Mineral indeks

Revisi sejak 30 Januari 2016 16.18 oleh Rachmat-bot (bicara | kontrib) (Robot: Perubahan kosmetika)

Indeks mineral digunakan dalam geologi untuk menentukan derajat metamorfisme yang dialami oleh batuan. Hal ini bergantung pada komposisi asal serta tekanan dan temperatur yang dialami oleh protolith (batuan induk). Reaksi kimia antar mineral dalam keadaan solid menghasilkan mineral - mineral jenis baru. Ketika indeks mineral ditemukan di batuan metamorf, hal itu mengindikasikan tekanan dan temperatur minimum yang protolith harus alami untuk dapat menyebabkan mineral tersebut terbentuk. Semakin tinggi tekanan dan temperatur yang membentuk batuan, semakin tinggi derajat batuan.

Konsep ini ditemukan pada tahun 1912, ketika G.M. Barrow memetakan zona - zona metamorfisme di bagian selatan skotlandia. Setiap zona dinamakan berdasarkan indeks mineral yang muncul didalamnya. Contohnya, zona klorit dinamakan karena adanya klorit.

Zona - zona mineralogi

Batulumpur, sebuah  batuan sedimen berbutir halus yangsering mengandung mineral - mineral kaya alumunium, memproduksi mineral - mineral berikut setelah termetamorfosis, dengan urutan dari derajat rendah hingga tinggi sebagai berikut:[1]

  • Zona klorit : kuarsa, klorit, muskovit dan albit.
  • Zona biotit : kuarsa, muskovit, biotit, klorit dan albit.
  • Zona garnet : kuarsa, muskovit, biotit, garnet, Na plagioklas.
  • Zona staurolit : kuarsa, muskovit, biotit, garnet, staurolit, plagioklas.
  • Zona kyanit : kuarsa, muskovit, biotit, garnet, kyanit, plagioklas, +/- staurolit.
  • Zonna silimanit : kuarsa, muskovit, biotit, garnet, silimanit, plagioklas

Referensi

  1. ^ Blatt, Harvey and Robert J. Tracy, Petrology, Freeman, 1996, 2nd ed., p. 375 ISBN 0-7167-2438-3