Zarmi Bachtiar
Zarmi Bachtiar (lahir 27 September 1945) adalah seorang mantan atlet binaraga Indonesia. Ia memulai karier atletnya pada tahun 1970, dan tiga tahun kemudian (1973) ia mendapatkan medali perak pada PON VIII di Jakarta. Pada ajang internasional, Zarmi juga berhasil merebut medali perunggu di SEA Games Manila pada tahun 1981, medali perak di SEA Games 1987, serta medali emas secara berturut-turut di kejuaraan tingkat ASEAN pada tahun 1983, 1984, dan 1985. Atas prestasinya tersebut, Zarmi dianggap sebagai maestro binaraga dan pahlawan binaraga Indonesia di kancah internasional.[1][2]
Zarmi Bachtiar | |
---|---|
Berkas:Zarmi Bachtiar.jpg | |
Lahir | 27 September 1945 Bukittinggi, Sumatera Barat |
Kebangsaan | Indonesia |
Pekerjaan | Olahragawan |
Dikenal atas | Binaragawan legendaris Indonesia |
Riwayat
Zarmi berasal dari keluarga sederhana di sebuah kampung sekitar 9 kilometer dari kota Bukittinggi. Sejak remaja ia sudah punya keinginan menjadi atlet binaraga, namun ia tak mampu ikut iuran untuk latihan binaraga seperti yang dilakukan teman-temannya. Zarmi kemudian mengambil inisiatif dengan membuat peralatan sederhana berupa potongan pohon kelapa untuk dijadikan barbel. Kegiatannya itu mendapatkan cemoohan dari warga kampungnya, ia sering dibilang gila dan kurang pekerjaan. Cemoohan itu tidak membuat Zarmi patah semangat, tapi malah membuatnya makin giat.[1]
Pada tahun 1970, setamat STM di Bukittinggi, Zarmi pergi merantau ke Pekanbaru dengan tujuan mencari pekerjaan sebagai pegawai negeri. Ia sempat menjadi kuli panggul di pasar untuk menyambung hidup. Pada tahun 1973, Zarmi dikirim untuk pertama kali ikut PON VIII di Jakarta di mana cabang binaraga masih berstatus eksebisi. Dalam ajang tersebut Zarmi berhasil menggaet medali perak pada kelas pendek. Prestasi yang diraih Zarmi mengharumkan nama Riau, sehingga pada ajang-ajang berikutnya Zarmi selalu jadi andalan Riau pada cabang binaraga. Zarmi juga berhasil mempersembahkan medali emas untuk Riau pada PON 1981, 1985 dan 1989. Pada PON 1996, dalam usia 51 tahun, Zarmi masih bisa meraih medali perak sebagai persembahan terakhirnya pada Riau. Ia jadi atlet tertua dalam sejarah binaraga nasional yang masih mampu berprestasi.[1]
Pada ajang binaraga tingkat regional dan internasional, Zarmi juga telah mempersembahkan medali perak pada SEA Games 1981 di Manila dan peringkat sepuluh di kejuaraan dunia 1983 di Singapura. Setelah tidak lagi aktif sebagai atlet, Zarmi kemudian menjadi pelatih binaraga dan mendirikan 'Riau Barbell Club Pekanbaru'. Salah satu anak binaannya, Asrelawandi, kemudian juga berhasil menjadi juara di Asian Beach Games 2008 di Bali dan Asian Beach Games 2010 di Muscat, Oman.[1]
Prestasi dan dedikasi Zarmi pada dunia binaraga kemudian menempatkan namanya sebagai salah satu dari 100 atlet legendaris Indonesia versi buku KONI Pusat pada tahun 2002. Pada ajang PON XVIII 2012 di Riau, Zarmi mendapat kehormatan yang diidamkan para atlet nasional, yaitu sebagai pembawa obor terakhir untuk menyulut kaldron pada acara pembukaan pesta olahraga nasional terbesar itu.[1][3]
Rujukan
- ^ a b c d e "Zarmi, kuli pasar yang jadi legenda" Antara. Diakses 16 Oktober 2015.
- ^ "Atlet Binaraga yang Harumkan Indonesia di Mata Dunia" Citizen Daily, 11 November 2014. Diakses 16 Oktober 2015.
- ^ "Tombakan Zarmi Bachtiar Nyalakan Api Kaldron" Republika, 11 September 2012. Diakses 16 Oktober 2015.
Pranala luar
- "7 Tokoh Pahlawan Binaraga Kebanggaan Indonesia" Reps Fitness Indonesia.