Tim nasional sepak bola Indonesia
Tim nasional sepak bola Indonesia memiliki kebanggaan tersendiri, menjadi tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia FIFA pada tahun 1938. Saat itu mereka masih membawa nama Hindia Belanda dan kalah 6-0 dari Hungaria, yang hingga kini menjadi satu-satunya pertandingan mereka di turnamen final Piala Dunia. Indonesia, meski merupakan negara besar dengan jumlah penduduk yang juga sangat besar, tidak termasuk jajaran tim-tim terkuat di AFC.
Lencana kaos/Lambang Asosiasi | |||
Julukan | Merah Putih | ||
---|---|---|---|
Asosiasi | Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia | ||
Konfederasi | AFC (Asia) | ||
Sub-konfederasi | AFF (Asia Tenggara) | ||
Pelatih | Ivan Kolev | ||
Penampilan terbanyak | Kurniawan Dwi Yulianto (60) | ||
Pencetak gol terbanyak | Kurniawan Dwi Yulianto (33) | ||
| |||
Pertandingan internasional pertama | |||
China 2 - 0 Hindia Belanda (Filipina; 5 Mei 1934) Nan Hwa 2 - 2 Indonesia (Semarang, Indonesia; 7 Agustus 1937) | |||
Kemenangan terbesar | |||
Indonesia 13 - 0 Filipina (Jakarta, Indonesia; 23 Desember 2002) | |||
Kekalahan terbesar | |||
Denmark 9 - 0 Indonesia (Kopenhagen, Denmark; 3 September 1974) | |||
Piala Dunia | |||
Penampilan | 1 (Pertama kali pada 1938) | ||
Hasil terbaik | Babak 1, 1938 | ||
Piala Asia | |||
Penampilan | 4 (Pertama kali pada 1996) | ||
Hasil terbaik | Babak 1, 1996, 2000, 2004, dan 2007 |
Di kancah Asia Tenggara sekalipun, timnas belum pernah berhasil menjadi kampiun Piala AFF (dulu disebut Piala Tiger). Prestasi tertinggi timnas 'hanya'-lah tempat kedua di tahun 2000, 2002 & 2005. Di ajang SEA Games pun kita jarang meraih medali emas, yang terakhir diraih tahun 1991.
Di kancah Piala Asia, timnas meraih kemenangan pertama pada tahun 2004 di China setelah menaklukkan Qatar 2-1. Yang kedua diraih ketika mengalahkan Bahrain dengan skor yang sama tahun 2007, saat menjadi tuan rumah turnamen bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Raihan 3 angka dari jumlah pertandingan yang sama (2-1 melawan Bahrain, 1-2 Arab Saudi, dan 0-1 Korea Selatan), terbukti tidak cukup untuk mengantar tim asuhan Ivan Kolev ini ke babak perempat final. Namun, perjuangan luar biasa anak-anak Tim Merah Putih dalam semua pertandingan patut diajungi jempol. Terutama saat melawan Arab Saudi (yang pada akhirnya meraih tempat kedua setelah Irak) & Korea Selatan, dua tim langganan Piala Dunia yang notabene kekuatannya jauh di atas timnas.
Namun, sayangnya timnas tidak mampu lolos ke fase ketiga kualifikasi Piala Dunia 2010 setelah takluk secara mengecewakan di tangan Suriah dengan agregat 1-11. Timnas U-23 pun juga mengalami kegagalan di SEA Games ke-24 di Thailand; setelah takluk dari Thailand di pertandingan babak penyisihan grup yang terakhir.
Rekor di Piala Dunia
Rekor di Piala Asia
Pemain terkenal
Susunan tim nasional
Tim utama
Pelatih: Ivan Venkov Kolev
Cadangan
No. | Pos. | Pemain | Tanggal lahir (umur) | Tampil | Klub |
---|---|---|---|---|---|
24 | GK | Achmad Kurniawan | 31 Oktober 1979 | N/A | Arema Malang |
25 | DF | Aris Budi Prasetyo | 22 Oktober 1975 | N/A | Persik Kediri |
26 | DF | I Gusti Ngurah Agung Bayu Sutha | 28 Mei 1977 | N/A | Persib Bandung |
27 | DF | Achmad Amiruddin | 3 Oktober 1982 | N/A | PSM Makassar |
28 | MF | Achmad Jufriyanto | 7 Februari 1987 | N/A | Persita Tangerang |
29 | MF | Legimin Raharjo | 10 Mei 1981 | N/A | PSMS Medan |
30 | FW | Irsyad Aras | 4 Maret 1979 | N/A | PSM Makassar |
Susunan tim Piala Asia 2007 [1]
Kostum
Kostum tim nasional Indonesia tidak hanya merah-putih sebab ada juga putih-putih, biru-putih, dan hijau-putih. Menurut Bob Hippy, yang ikut memperkuat timnas sejak tahun 1962 hingga 1974, kostum Indonesia dengan warna selain merah-putih itu muncul ketika PSSI mempersiapkan dua tim untuk Asian Games IV-1962, Jakarta.
Saat itu ada dua tim yang diasuh pelatih asal Yugoslavia, Toni Pogacnic, yakni PSSI Banteng dan PSSI Garuda. Yang Banteng, yang terdiri dari pemain senior saat itu, seperti M. Zaelan, Djamiat Dalhar, dan Tan Liong Houw, selain menggunakan kostum merah-putih juga punya kostum hijau-putih. Sedangkan tim Garuda, yang antara lain diperkuat Omo, Anjik Ali Nurdin, Ipong Silalahi, dan saya sendiri, juga dilengkapi kostum biru-putih. Tetapi, setelah terungkap kasus suap yang dikenal dengan "Skandal Senayan", sebelum Asian Games IV-1962, pengurus PSSI hanya membuat satu timnas. Itu sebabnya, di Asian Games IV-1962, PSSI sama sekali tidak mampu berbuat apa-apa karena kemudian kedua tim itu dirombak. Selanjutnya digunakan tim campuran di Asian Games.
Fan Tek Fong, asisten pelatih klub UMS, yang memperkuat timnas mulai tahun 1964 hingga 1972, menjelaskan bahwa setelah dari era Asian Games, sepanjang perjalanan timnas hingga tahun 1970-an, PSSI hanya mengenal kostum merah-putih dan putih-putih. Begitu juga ketika timnas melakukan perjalanan untuk bertanding di sejumlah negara di Eropa pada tahun 1965. Saat itu setiap kali bermain, kita hanya menggunakan merah-putih dan putih-putih dengan gambar Garuda yang besar di bagian dada hingga ke perut. Seragam hijau-putih kembali digunakan saat mempersiapkan kesebelasan pra-Olimpiade 1976, dan kemudian digunakan pada arena SEA Games XI-1981 Manila. "Begitu juga ketika Indonesia bermain di Thailand, di mana saat itu Indonesia menjadi runner-up Kings Cup 1981," kata Ronny Pattinasarani yang memperkuat PSSI tahun 1970-1985.
Di Piala Asia 2007 yang digelar mulai 8 Juli hingga Minggu 29 Juli, Nike juga telah mendesain kostum tim nasional Indonesia, tetapi kali ini bukan hijau-putih, melainkan putih-hijau. Tentu tetap dengan detail yang sama, seperti Garuda yang selalu bertengger di dada.