Avianti Armand

seniman Indonesia
Revisi sejak 17 Februari 2016 03.53 oleh Spinnet (bicara | kontrib) (→‎Latar belakang: Avianti Armand mengetuai Komite Desain di pameran buku internasional Frankfurt.)

Avianti Armand (lahir 12 Juli 1969) adalah seniman berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui sejumlah karyanya berupa puisi yang dipublikasikan di beberapa media massa. Selain menulis, dia juga berprofesi sebagai arsitek dan dosen tamu di Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia dan Disain Interior, Fakultas Disain Interior Universitas Pelita Harapan. Avianti Armand merupakan salah satu penerima Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa untuk kategori Puisi melalui karyanya, Perempuan yang Dihapus Namanya, pada tahun 2011.[1][2][3][4][5]

Berkas:Avianti Armand.jpg
Avianti Armand

Latar belakang

Avianti Armand lahir di Jakarta, 12 Juli 1969. Sejak usia muda, dia sudah mengakrabi dunia kesenian dengan menulis karya sastra berupa puisi yang dipublikasikan di berbagai media massa. Selain menulis, Avianti Armand juga berprofesi sebagai arsitek sejak tahun 1992. Disain rumah tinggalnya, bahkan memenangi Penghargaan IAI (Ikatan Arsitek Indonesia), pada tahun 2008. Pada tahun 2010 dia menggagas bengkel kerja dan pameran arsitektur dan kota bertajuk Ruang Tinggal Dalam Kota yang diselenggarakan di Komunitas Salihara. Tahun itu pula dia ditunjuk sebagai kurator Pameran Arsitek Muda Indonesia. Di tahun 2015, Avianti Armand mengetuai Komite Desain di pameran buku internasional Frankfurt.

Sejak tahun 2008, produktivitas Avianti di dunia tulis-menulis semakin meningkat dengan menulis fiksi, puisi, dan artikel mengenai arsitektur. Kumpulan cerita pendeknya yang pertama, terbit tahun 1999 dengan judul Negeri Para Peri. Salah satu cerita dalam buku tersebut memenangi Penghargaan Cerpen Terbaik Kompas pada tahun 2009. Kumpulan puisinya yang berlatar belakang kitab suci Perjanjian Lama berjudul Perempuan yang Dihapus Namanya, terbit tahun 2010 dan memenangi Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa untuk kategori Puisi, bersama Arafat Nur melalui karyanya, Lampuki (fiksi) dan Nirwan Dewanto melalui karyanya, Buli-Buli Lima Kaki (puisi), pada tahun 2011.

Lihat pula

Referensi