Masuk SCTV November 27, 2007 - berita jam ????. Artikel ini menjadi sumber tandingan untuk pernyataaan Dubes Malaysia mengenai di bagian kontroversi Serenity 14:51, 27 November 2007 (UTC)

SCTV atau RCTI? Meursault2004ngobrol 09:43, 28 November 2007 (UTC)

Waduh ngga yakin, pembawanya beritanya Putra Nababan - I have to double check, my family told me :D Wikipedia.id on TV Serenity 09:52, 28 November 2007 (UTC)

Putra Nababan itu yang bawain berita di RCTI, waktu itu Seputar Indonesia, kebetulan waktu itu saya juga nonton Azmi 06:33, 30 November 2007 (UTC)

Reog

Reog adalah tarian rakyat yang telah puluhan tahun ditarikan. Ia tidak boleh di paten kerana sudah lupus tempoh paten, dan penciptanya tidak diketahui. Oleh itu ia sudah masuk Domain Umum (Public Domain) menjadi milik manusia sejagat. Selain itu tarian Barongan juga telah lama ditarikan sebelum zaman Perang Dunia II lagi. Oleh itu jangan ribut-ribut kerana situs Kementerian Kebudayaan Malaysia pun tidak pernah mengklim ia ciptaan Malaysia, hanya menyatakan ia adalah tarian rakyat di daerah Johor dan Selangor. Kita sepatutnya sama-sama bangga berkongsi budaya. Kalau ada orang yang mahu pelajari, patut langsung diajari lagi. Yosri 01:04, 28 November 2007 (UTC)

Yos, tapi deskripsinya salah semua. Analoginya begini deh, kalau pun itu pakai creative commons, penciptanya siapa kan harus disebutkan asalnya. Sebagai contoh waktu bos ku bilang bahwa lagu rasa sayang-sayange public domain, dan aku bilang kita merasa sakit hati karena negara tetangga main caplok aja - aku balik posisinya. Aku bilang "tau ngga, bendera negara kamu itu bagus sekali, ada garis merah putihnya dan bintang-bintang." dan dia terus senyum-senyum. Terus aku tambahin, "mirip sekali yah sama punya Malaysia." Dia langsung takut, dan konfirmasi balik ke aku bahwa untuk informasi desain, itu sudah ada duluan sejak 300 tahun yang lalu dan yang niru bukan negaranya. Aku bilang, "Gotcha!" Serenity 01:31, 28 November 2007 (UTC)


Creatif Common lain dari Public Domain. Tempoh perlesenan Creatif Common pun ada luputnya. Selain itu laman Kementerian tersebut tidak pernah mengklim mencipta maupun memiliki, kenapa perlu berbohong menyatakan Malaysia mendakwa Reog milik Malaysia. Perkataan Reog pun tidak disebut. Saya sendiri pun tak pernah tau tarian Reog. Yang saya tahu cuma tarian Barongan kerna melihatnya semasa sekolah dahulu. Membaca Reog membuat saya insaf bahawa banyak lagi persamaan antara kedua negara yang belum saya ketahui. Tetapi berterusan memutar-belit fakta bukannya pekerti yang baik. Yosri 04:27, 28 November 2007 (UTC)

Yah memang lain, kan perumpamaannya. Sekarang mudah saja, Indonesia sendiri terbagi dari banyak suku bangsa - namun kalau tari pendet orang bali diaku oleh orang sunda (karena mereka tidak punya tarian sendiri, misalnya) - apa orang bali tidak marah? Tapi hal itu tidak pernah kejadian disini karena selalu ada keterangan yang mengikuti: Tari Pendet dari Bali. Betul kementrian Malaysia tidak mengaku menciptakan dan memiliki, namun memberi nama lain dari tari pendet (dengan atribut persis sama) dan ditaruh dihalaman kementrian kesenian dan warisan Malaysia sebagai budaya malaysia apa bukan kata lain dari mengakui sesuatu yang asal mulanya bukan miliknya?

Mana tulisan: Barongan, berasal dari Ponorogo dan dinamakan Reog di daerah asalnya, namun tarian ini juga ditarikan di Malaysia... kalau saja ada tulisan itu, tidak akan ada masalah. Ahlinya memutar belit fakta kan orang Malaysia, dengan menghilangkan pengakuan yang seharusnya ada. Menghilangkan fakta yang benar adanya juga bukan pekerti yang baik loh. Serenity 05:15, 28 November 2007 (UTC)

Referensi: blog Parvita, Reog, Ian Douglas Wilson. Serenity 06:41, 28 November 2007 (UTC)


Sebenarnya nama tarian Barongan itu bukannya dicipta oleh Kementerian Penerangan. Ia adalah nama yang diguna pakai oleh penari tarian Barongan yang telah lama berakar umbi di Johor dan Selangor. Saya diberitahu bahawa ia telah diamalkan sebelum Perang Dunia II. Jadinya, situs Kementerian hanya melaporkan faktanya sahaja, iaitu namanya Barongan dan terdapat di Selangor dan Johor. Berkenaan dakwaan ia berasal dari Ponorogo dan dinamakan Reog di daerah asalnya, baru tahun ini saya dengar. Jadinya mungkin ia tidak diletakkan kerana ia tidak ketahuan. tetapi dengan mencabar sebegini pastinya kurang elok, kerana mungkin fakta itu bukannya dengan sengaja dihilangkan. Mungkin kerana kurang periksanya. Lagipun, rencana itu sendiri tidak sempurna dan menyeluruh. Hanya beberapa patah perkataan. Jangan sampai mencabar berkali-kali. Nanti sama-sama yang rugi. Baiknya masing-masing menyebarkan lebih banyak maklumat mengenai budaya masing-masing. Jadinya, tanpa diberitahu apabila dilihat sahaja sudah tahu asal tarian itu dari mana. Yosri 12:15, 28 November 2007 (UTC)
Sebenarnya kan bisa saja tarian reog ini dibawa ke Semenanjung Malaysia oleh para migran dari Jawa. Saya pernah lihat wayang Kelantan bentuknya juga mirip dengan wayang Jawa. Bahkan di dalam rekaman sejarah seperti di Sejarah Melayu dan Hikayat Hang Tuah dulu saya sempat dengar/baca bahwa keris dari Raja Malaka berasal dari Jawa. Meursault2004ngobrol 01:35, 29 November 2007 (UTC)
Jika benar pun ia dibawa oleh para migran dari Jawa yang kemudiannya mewarisinya kepada para warisan mereka sebagai budaya, dengan itu ia telah menjadi warisan tempatan. Dengan itu, situs kementerian tidak salah menyatakan ia ditarikan di Johor dan Selangor, kerana mungkin yang menarikannya adalah para warisan para migran dari Jawa itu yang memanggilnya Barongan. Situs kementerian tidak pernah mengklim ia dicipta atau berasal dari Johor atau Selangor. Hanya menyatakan ia ditarikan oleh penduduk situ. Meletakkan dakwaan bahawa Situs itu ada mengklim tarian itu milik Malaysia adah satu penipuan terang-terangan, dan tidak layak digelar ensiklopedia. Sila baca balik Situs asal benar-benar, jangan sekadar mengikut dakwaan orang. Berkenaan keris raja berasal dari Jawa, itu tidak pelik kerana ketika itu hubungan antara kerajaan adalah rapat dan masing-masing saling berbalas hadiah. tetapi bukan bererti keris tidak dihasilkan di Melaka, kerana terdapat juga catatan bahawa Sultan Melaka menyuruh pandai besi menempa 40 pasang keris untuk diberi kepada orang-orangnya. Perinciannya nanti saya rujuk lagi. Yosri 10:08, 29 November 2007 (UTC)
Para migran dari Jawa sememangnya ramai di Malaysia dan diterima baik. Malah banyak tempat yang mempunyai tempat diberi nama Kampung Jawa, kerana ramainya migran yang tinggal di situ. Kebanyakan mereka sudah tetap di Malaysia dan warisan mereka sudah dianggap sebahagian warisan Malaysia. Mereka dianggap bumiputera dan menikmati keistimewaan bumiputera. Lihat saja caria Kampung Jawa di sini http://www.google.com.my/search?q=%22Kampong+Jawa%22+Selangor&hl=en&safe=off Yosri 10:20, 29 November 2007 (UTC)

Jika benar? ehehehe...maling mah maling aja Yos-Yos. Kamu itu polos atau bingung? <--halus. Politik Malaysia dari dulu ngga berubah, mereka lagi mengenjot pariwisata tapi ngga ada yang bisa dijual. Paling nggak Singapura bisa berbesar hati mengakui bahwa mereka ngga punya budaya khusus turun temurun - wong negara baru - dan kreatif nyiptain budayanya sendiri: BreadTalk! Hmm... and environment controlled all night party *LoL* Sekarang jualan apa yang bisa "laku" untuk negara Malaysia, yang tiba-tiba pas udah ngomongin budaya jadi berlindung dibelakang kata Nusantara? Ya budayanya negara tetangga lah, ambil mobil toyota-import badannya, cabut mereknya, dan akui sebagai punya sendiri, dan namain proton, beres, iklanin deh di situs pariwisata dan pas diprotes tinggal bilang bahwa oh kan sama-sama mobil, sah dong wong sudah masuk sini sebelum perang dunia ke dua. Konsep Nusantara itu harus disetujui bersama + gue ngga lihat perjanjian tertulis hitam putih kalo sama-sama tergabung dengan nusantara boleh "main caplok" budaya negara lain untuk dijual? Maaf deh, ngga bisa itu jualannya Indonesia, apa hak Malaysia klaim itu boleh dan menghapus referensi asal budayanya? Informasi kurang lengkap? That's bullshit, sampai setelah ributpun informasi itu tidak dibetulkan atau direvisi. Your government like to fake information for their own benefit. Itu budaya, kebanggaan, dan jualannya pariwisata Indonesia, Malaysia ngga boleh ngaku-ngaku TITIK. Karena alasan yang sama kaos Djogger Bali tidak dijual ditempat lain, cos if you want to see it you have to come here...our complicated and beautiful Indonesia bukan negara tetangga yang inovatif dalam hal mengambil... Kalo mau bikin cabang, kayak breadtalk..hmm Serenity 13:59, 29 November 2007 (UTC)


Cis Malaysia tidak pernah malu mengakui perkara yang sebenar. Lihat saja di situs Kementerian itu. Mana-mana budaya yang diketahui jelas saja ditunjukkan asalnya. Tarian Hadrah, Tarian Zapin diberitahu asal Parsi. Saja kamu yang suka menuduh-nuduh orang mengklim tanpa usul periksa. Lagipun sulur-galur migran itu mempratik warisan mereka sendiri loh. Kenapa kamu saja-saja mahu menuduh mereka menciplak, kerana itu warisan mereka sendiri dari datuk-nenek mereka sendiri dari dulu lagi, sehingga pemerintah Malaysiapun sudah menganggap mereka asal di Malaysia. Mereka lagi berhak bagi warisan mereka dari kaum lain di Malaysia, dan juga mereka lagi berhak bagi warisan mereka dari kaum lain di luar Ponorogo. Saya katakan ia diamalkan sebelum perang kerana itu yang saya tahu, tetapi mungkin mereka lebih lama sebelum itu, kerana dalam Sulatatus Salatin pun disebut Sultan Mansur Syah bernikah Raden Galuh Cendera Kirana dari Majapahit dan dkatakan segala permainan dari Jawa di tunjukkan. Ini menunjukkan hubungan Malaysia dan Indonesia berlansong sejak zaman Kesultanan Melaka lagi. Mungkin Barongan di bawa semasa itu lagi, siapa kan tahu kerna belum diselidik. Pokoknya, menukar apa yang ada di Situs itu dengan ayat sendiri suka-suka tidak layak di ensiklopedia. Lebih elok di Tololpedia mungkinnya. Yosri 02:01, 30 November 2007 (UTC)

Namun tuan Yosri, bisakah anda jelaskan mengapa barongan adalah cerita Nabi Sulaiman? Azmi 04:26, 2 Desember 2007 (UTC)

Saya kurang pasti kerana perkara ini masih belum diselidiki oleh para sejarahwan. Tetapi pada hemah saya, tarian ini mungkin telah dibawa masuk sebelum zaman Islam atau oleh migran bukan berugama Islam yang kemudian mengubah cerita asalnya agar boleh diterima oleh masyarakat setempat yang berugama Islam. Ini kerana jika diletak unsur Hindu yang terlalu tebal, mungkin tarian ini terus pupus kerana akan ditolak langsung oleh masyarakat Islam masa itu. Yang lebih baiknya perlu ditanya kepada yang mengamal seni Barongan, kerana itu adalah warisan turun-temurun mereka, mereka lebih arif mengenainya. Saya sendiri kurang periksa sebab itu saya tidak berani-berani menokok tambah pada apa yang ada tertera pada situs kementerian. Kesenian ini pun tidak benyak berkembang kenegeri lain, kemungkinannya disebabkan hanya masih diamal mereka dari golongan asal migran tersebut, kerana peralatannya banyak dan memerlu modal tebal, dan patung sebegini kurang digemari di Malaysia disebabkan tegahan ugama Islam menyimpan patung di rumah. Yosri 01:31, 3 Desember 2007 (UTC)

apa pernyataan serenity masih kurang jelas?  Mimihitam   Bicara  08:31, 10 Desember 2007 (UTC)

Mungkin pemerintah (Malaysia) harus lebih berpikir lagi kerana ini adalah seni Hindu, mengapa diklaim milik ISLAM? Azmi 02:58, 18 Desember 2007 (UTC)

Apakah orang Melayu di Malaysia bodoh?

Maaf jika kata-kata saya terdengar keras atau kasar tapi inilah kenyataannya. Saya berfikir atau mendapat kesan bahwa masyarakat Melayu di Malaysia itu bodoh atau suka mendapat nama dari usaha orang lain. Saya mengikuti SEA Games dan sebagian atlitnya yang penampilannya bagus adalah orang Malaysia yang keturunan China yang notabene tidak memiliki hak 'bumiputera' atau apapun istilahnya. Begitu pula dengan pertumbuhan ekonomi Malaysia. Malaysia sekarang sudah lebih kaya dan maju daripada Indonesia, padahal banyak perantau dari Indonesia menetap di sana. Lalu yang memberikan pertumbuhan ekonomi pesat adalah sebagian besar adalah sumbangsih orang China dan India yang bukan bumiputera. Komunitas 08:20, 15 Desember 2007 (UTC)

Anda bercakap tanpa mengetahui fakta. Sebelum banyak cakap, cermin diri anda dahulu. Sebagian besar sumbangsih di Indonesia juga orang China dan India. Tetapi orang Malaysia yang keturunan China masih memiliki budaya mereka, apa China Indonesia boleh berkata sebegitu. Hak bumiputera bukan kerana keistimewaan, tetapi sebagai mengimbangi kekayaan mereka. Yosri 08:20, 18 Desember 2007 (UTC)

Ya Tuan Yosri anda memang benar. Orang China di Indonesia memang banyak yang pandai. Tapi di Indonesia tidak banyak orang keturunan India. Memang mungkin dalam masa orde baru Suharto orang China tidak diperbolehkan menampakkan budaya mereka secara mencolok. Tapi di dalam rumah dan lingkungan sendiri kan boleh. Tapi harus diakui juga bahwa pembauran dengan orang-orang pribumi di Indonesia lebih baik. Di Indonesia hampir semua orang CHina bisa berbahasa Indonesia. Lalu tidak ada status hukum yang membedakan antara orang pribumi (istilah INdonesia untuk bumiputera) dan orang non-pribumi. Komunitas 11:29, 26 Desember 2007 (UTC)

Kembali ke halaman "Reog".