Aokigahara (青木ヶ原, Aokigahara) adalah hutan yang terletak di sebelah Barat Laut Gunung Fuji, membentang dari kota Kawaguchiko hingga desa Narizawa, Prefektur Yamanashi. Aokigahara disebut juga "hutan lautan pohon" dan "lautan pohon gunung Fuji". Disebut demikian karena jika angin meniup pepohonan di sana terlihat seperti keadaan ombak di laut. Usia hutan ini diperkirakan sekitar 1200 tahun. Hutan ini dikenal sebagai tempat bunuh diri populer di Jepang.

Jalan setapak di Aokigahara.
Pepohonan hutan Aokigahara. Bahkan pada siang haripun terasa gelap.

Keadaan

Tanah Aokigahara terutama mengandung batuan vulkanik dan sulit ditembus dengan peralatan seperti beliung atau sekop. Terdapat pula berbagai jejak/penanda yang digunakan saat pencarian mayat tahunan yang dilakukan oleh relawan setempat. Hutan yang sepi di kaki Gunung Fuji ini benar-benar gelap. Sepanjang jalan, di beberapa titik hanya bisa terlihat pita-pita merah, tas ransel yang ditinggalkan pemiliknya, botol-botol sake kosong, kartu kredit, dan kaus kaki bekas. Benda itu adalah peninggalan orang-orang yang putus asa dan memilih mengakhiri hidupnya di sana. Dalam beberapa tahun terakhir, para wisatawan dan pendaki gunung yang menjelajahi Aokigahara menggunakan selotip plastik untuk menandai jejak mereka agar tidak tersesat.[1] Meskipun pihak berwenang mencoba menghilangkannya berkali-kali, wisatawan dan pendaki gunung terus saja meninggalkan sampah, dan sejumlah besar sampah berserakan di sepanjang kilometer pertama di hutan tersebut, sebelum sampai pada objek wisata yang banyak dikunjungi seperti Gua Es dan Gua Angin. Setelah kilometer pertama dan pada arah menuju Gunung Fuji, keadaan hutan tersebut lebih "lestari", seiring dengan sedikitnya sampah atau benda yang ditinggalkan pengunjung dan sedikitnya tanda-tanda keberadaan manusia.

Lokasi bunuh diri

Hutan tersebut dilaporkan sebagai tempat bunuh diri yang paling populer di seluruh Jepang dan masuk peringkat dua di dunia sebagai destinasi bunuh diri setelah Jembatan Golden Gate di San Francisco.[2][3] Angka kasus bunuh diri bervariasi, namun dari yang sejauh ini didokumentasikan sejak tahun 1988, sekurang-kurangnya ada 100 peristiwa bunuh diri terjadi tiap tahun di sana.[4]

Berbeda dengan kawasan-kawasan hutan wisata lain yang sering dikunjungi orang-orang, di pintu masuk Aokigahara akan ditemui papan besar yang berisi nasihat-nasihat dan kalimat persuasif untuk membatalkan niat bunuh diri. Jepang, menurut data WHO, adalah salah satu di antara sepuluh negara yang warganya gemar memilih bunuh diri. Tradisi itu bahkan ada sejak era keshogunan. nananananan\wfi78uyr76yu7ft

Referensi

  1. ^ "Intruders tangle 'suicide forest' with tape". Asahi Shimbun. 2008-05-03. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-06. Diakses tanggal 2008-05-03. 
  2. ^ Meaney, Thomas (April 15, 2006). "Exiting Early: Is life worth living? The question is perennial. The answers include 'no'". The Wall Street Journal. Diakses tanggal November 14, 2009. In a roundabout way of coming to terms with his death, Mr. Hunt made several trips to the cliffs of Beachy Head on the southern coast of England, which ranks as the third most popular suicide site in the world, after the Golden Gate Bridge and the Aokigahara Woods in Japan. 
  3. ^ Amazeen, Sandy. "Book Review: Cliffs of Despair A Journey to Suicide's Edge", Monsters & Critics.December 21, 2005.
  4. ^ Takahashi, Yoshitomo (1988). "EJ383602 - Aokigahara-jukai: Suicide and Amnesia in Mt. Fuji's Black Forest". Education Resources Information Center (ERIC). Diakses tanggal 2008-09-20. 

35°28′12″N 138°37′11″E / 35.47000°N 138.61972°E / 35.47000; 138.61972

HAI INI CERITA ANAK MAHAD, NAK GAWLLLLLLLLLLL... TERIMAKASIH SUDAH MEMBACANYAAAAAAAAAAAA