Periode senirupa modern Indonesia adalah suatu masa berkembangnya karya senirupa yang merupakan hasil kreativitas untuk menciptakan karya yang merupakan pembaruan. Kreativitas dalam senirupa di dalamnya terdapat estetika, karakter, inovasi, dan orisinalitas.[1][2][3][4]

Peirode perintis (1826-1880)

Perkembangannya diawali oleh pelukis Raden Saleh. Berkat pengalamannya belajar menggambar dan melukis di luar negeri seperti di Belanda, Jerman, Perancis, dia dapat merintis kemunculan senirupa modern di Indonesia. Corak lukisannya beraliran romantis dan naturalis. Aliran romantisnya menampilkan karya-karya yang berceritera dahsyat, penuh kegetiran seperti tentang perkelahian dengan binatang buas. Gaya naturalisnya sangat jelas nampak dalam melukis potret.

Peiode Indonesia jelita

Masa ini merupakan kelanjutan dari masa perintisan setelah pakum beberapa saat karena meninggalnya Raden Saleh. Kemudian munculah seniman Abdullah Surio Subroto dan diikuti oleh anak-anaknya, Sujono Abdullah, Basuki Abdullah, dan Trijoto Abdullah. Pelukis-pelukis Indonesia yang lain seperti Pirngadie, Henk Ngantung, Suyono, Suharyo, dan Wakidi. Masa ini disebut dengan masa Indonesia jelita karena pelukisnya melukiskan tentang kemolekan/keindahan objek alam. Pelukis hanya mengandalkan teknik dan bahan saja. Karya Abdullah SR.

Periode PERSAGI

Pada masa ini di Indonesia sedang terjadi pergolakan. Bangsa Indonesia berjuang untuk mendapatkan hak yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain, terutama hak untuk merdeka dari penjajahan asing. Pergolakan di segala bidang pun terjadi, seperti dalam bidang kesenian yang berusaha mencari ciri khas Indonesia. Pelopor masa ini yang dikenal memilki semangat tinggi adalah S. Sdjojono. Dia tidak puas dengan kehidupan senirupa jelita yang serba indah, karena dianggap bertolak belakang dengan kejadian yang melanda bangsa Indonesia. Sebagai langkah perjuangannya, S. Sudjojono dan Agus Jayasuminta bersama kawan-kawannya mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia). Persagi bertujuan untuk mengembangkan seni lukis di Indonesia dengan mencari corak Indonesia asli. Konsep persagi itu sendiri adalah semangat dan keberanian, bukan sekadar kecakapan melukis melainkan melukis dengan tumpahan jiwa. Karya-karya S. Sudjojono.

Periode pendudukan Jepang

Kegiatan melukis pada masa ini dilakukan dalam kelompok Keimin Bunka Shidoso. Tujuannya adalah untuk propaganda pembentukan kekaisaran Asia Timur Raya. Kelompok ini didirikan oleh tentara Dai Nippon dan diawasi oleh seniman Indonesia, Agus Jayasuminta, Otto Jaya, Subanto, Trubus, Henk Ngantung, dll. Untuk kelompok asli Indonesia berdiri kelompok PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat), tokoh-tokoh yang mendirikan kelompok ini adalah tokoh empat serangkai yaitu Ir. Sukarno, Moh. Hatta, KH. Dewantara dan KH. Mas Mansyur. Khusus yang menangani bidang seni lukis adalah S. Sudjojono dan Affandi. Pelukis yang ikut bergabung dalam Putra diantaranya Hendra Gunawan, Sudarso, Barli, Wahdi, dll. Pada masa ini para seniman memiliki kesempatan untuk berpameran, seperti pameran karya dari Basuki Abdullah, Affandi, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, Henk Ngantung, Otto Jaya, dan lain-lain.

Periode pasca-kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka bermunculanlah kelompok-kelompok seniman lukis Indonesia, diantaranya:

  • Sanggar Masyarakat (1946) dipimpin Affandi, kemudian diganti nama menjadi SIM (Seniman Indonesia Muda) yang dipimpin oleh S. Sudjojono;
  • Pelukis Rakyat (1947), Affandi dan Hendra Gunawan keluar dari SIM dan mendirikan Pelukis Rakyat dipimpin oleh Affandi;
  • Perkumpulan Prabangkara (1948);
  • ASRI (Akademi Senirupa (1948), tokoh-tokoh pendirinya RJ. Katamsi, S.Sudjojono,Hendra Gunawan, Jayengasmoro, Kusnadi dan Sindusisworo;
  • Tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar yang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarya, Mochtar Apin, Ahmad Sadali, Sujoko, Edi Karta Subarna;
  • Tahun 1955, berdiri Yin Hua oleh Lee Man Fong ( perkumpulan pelukis Indonesia keturunan Tionghoa);
  • Tahun 1958, berdiri Yayasan seni dan desain Indonesia oleh Gaos Harjasumantri.
  • Tahun 1959, berdiri Organisasi Seniman Indonesia oleh Nashar.

Periode akademi (1950)

Pengembangan senirupa melalui pendidikan formal. Lembaga pendidikan yang bernama ASRI yang berdiri tahun 1948 kemudiaan secara formal tahun 1950 lembaga tersebut mulai membuat rumusan-rumusan untuk mencetak seniman-seniman dan calon guru gambar. Pada tahun 1959 di Bandung dibuka jurusan Senirupa Institut Teknologi Bandung (ITB), kemudian dibuka pula jurusan Senirupa di semua Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) diseluruh Indonesia.

Periode senirupa baru

Pada sekitar tahun 1974 muncul kelompok baru dalam seni lukis. Kelompok ini menampilkan corak baru dalam seni lukis Indonesia yang membebaskan diri dari batasan-batasan senirupa yang telah ada. Seniman muda yang mempelopori kelompok ini adalah Jim Supangkat, S. Prinka, Dee Eri Supria. Konsep kelompok ini adalah:

  • Tidak membedakan disiplin seni;
  • Menghilangkan sikap seseorang dalam mengkhususkan penciptaan seni;
  • Mendambakan kreatifitas baru;
  • Membebaskan diri dari batasan-batasan yang sudah mapan;
  • Bersifat eksperimental.

Lihat pula

Referensi