Al Habib Salim bin Djindan adalah seorang ulama yang dilahirkan di Surabaya pada 7 September 1906 M[Kalender Hijriyah: 18 Rajab 1324][1]. Nama lengkapnya adalah Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Djindan bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Syaikhan bin Asy Syaik Abu Bakar bin Salim. Salim bin Djindan wafat di Jakarta pada 1 Juni 1969 [Kalender Hijriyah: 16 Rabiul Awal 1389][1] .

Al Habib Salim bin Djindan
Berkas:Habibsalimbindjindan.jpg
Lahir7 September 1906 (umur 118)[1]
BelandaKota Surabaya, Karesidenan Surabaya, Hindia-Belanda
Meninggal1 Juni 1969(1969-06-01) (umur 62)
Indonesia Jakarta
KebangsaanIndonesia
PekerjaanUlama, guru, Da'i, Pejuang
Orang tuaSalim bin Ahmad (ayah)

Kelahiran Beliau

Al Habib Salim menulis dalam salah satu buku beliau: Saya dilahirkan di kota Surabaya pada hari Jum'at pagi tatkala terbit fajar shadiq tepat pada pukul 05.06 WIB, tanggal 18 Rajab 1324 Hijriyah bertepatan pada 7 September 1906 Masehi. Di Kota Surabaya ibukota Jawa Timur di kampung Sawahan Gang Sasak di rumah kakek saya dari ibu Al Habib Ali bin Mushthafa bin Asy Syeikh Abi Bakar bin Salim di kamar sebelah utara di pojok rumah kami yang bertetangga dengan Rubath (pesantren) Al ‘Allamah KH. Ahmad bin Hamid bin Al Hasan Al Marzuqi. Pada hari ketujuh, ayahku membuat syukuran Aqiqah dan Tasmiyah. Ibuku mengandungku selama lebih dari 11 bulan. Saat bayi, keluargaku menjulukiku dengan sebutan tek-tek karena saat di kandungan ibuku terdengar suara seperti peletekan jari. Saya diberi nama Salim jauh dari sebelum ibu saya mengandung oleh seorang wali besar bernama Al Habib Salim bin Abdullah Al Haddar dan beliau memberikan kabar gembira kepada keluargaku bahwa Salim yang akan lahir nanti akan selamat hatinya, hidupnya dan akhiratnya serta akan menjadi seorang yang agung. lihat kitab Safinah Ibn Jindan.


Nasab Dari Ayah

Al Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Jindan bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Syaikhan bin Asy Syaikh Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin Asy Syeikh Abdurahman As Seggaf bin muhammad Maula Ad Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghuyyur bin Al Faqih Al Muqoddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Murbath bin Ali Khala' Qosam bin Alwi bin Muhammad Shahib Shawma'ah bin Alwi bin Ubaidillah bin Al Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al 'Uraidhi bin Ja'far Ash Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib, Al Husain Putra As Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam.

Nasab Dari Ibu

Al Habib Salim bin Asy Syarifah Muznah binti Ali bin mushthafa bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Salim bin Ahmad bin Al Husain bin Asy Syaikh Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin Asy Syeikh Abdurahman As Seggaf bin muhammad Maula Ad Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghuyyur bin Al Faqih Al Muqoddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Murbath bin Ali Khala' Qosam bin Alwi bin Muhammad Shahib Shawma'ah bin Alwi bin Ubaidillah bin Al Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al 'Uraidhi bin Ja'far Ash Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib, Al Husain Putra As Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam.

Guru Guru Beliau

Al Habib Salim Jindan menimba ilmu dari banyak ulama, baik secara langsung maupun dengan surat menyurat. Guru-guru beliau sangat banyak hingga mencapai lebih dari 400 guru yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Mereka semua tercatat dalam kitab-kitab Al Habib Salim Jindan lengkap dengan biografi mereka secara terperinci. Diantara mereka adalah:

1. Al Habib Ahmad bin Husain bin Jindan, ayah kandung beliau 2. Al Habib Ali bin Mushthafa ibn Asy Syeikh Abi Bakar, ayah dari ibu beliau 3. Al Habib Muhammad bin Ahmad Al Mihdhar 4. Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bil Faqih 5. KH.Ahmad bin Hamid Al Marzuqi Sawahan 6. KH.Khalil bin Abdul Lathief, Bangkalan 7. Al Habib Muhammad bin Abdurahman Al Baar, Ternate 8. KH.Muhammad Arsyad At Thawiil, Manado 9. Al Habib Abu Bakar bin Muhammad As Seggaf, Gresik 10. Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi, Surabaya 11. Al Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas, Bogor 12. Al Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al Attas, Pekalongan 13. Al Habib Abdullah bin Abdurahman Al Attas, Jombang 14. Al Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir Al Haddad, Bogor 15. KH.Abdullah Azhari, Palembang 16. Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad, Johor 17. Asy Syeikh Umar bin Hamdan Al Mahrasi Al Jazairi, Makkah 18. As Sayyid Abdul Hayy bin Abdul Kabir Al Kattani, Maroko 19. As Sayyid Ali bin Falih bin Muhammad Adz Dzahiri, Makkah 20. Asy Syeikh Abdus Sattar bin Abdul Wahhab Ash Shiddiqi, Makkah 21. As Sayyid Abbas bin Abdul Aziz Al Maliki, Makkah 22. Asy Syeikh Muhammad bin Muhammad Zubaarah Al Yamani, Yaman 23. Asy Syeikh Abdul Waasi' bin Yahya Al Waasi'i, Yaman 24. Asy Syaikhah Amatullah binti Abdul Ghani Al Umariyah, Madinah 25. Asy Syarifah Husainah binti Al Habib Syeikh bin Ahmad Bafaqih, Surabaya 26. As Sayyid Abdullah bin Shadaqoh Dahlan

Selain nama-nama di atas, masih banyak lagi guru-guru Al Habib Salim Jindan. Tentang mereka Al Habib Salim pernah mengatakan, "Aku telah berjumpa dengan mereka semua, aku telah hadir di majelis-majelis mereka dan sungguh majelis-majelis mereka menyerupai majelisnya para sahabat Rasulillah shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, kekhusyu'an, ketentraman dan kebahagiaan serta kewibawaan dan keagungagn dirasakan di dalam hati. Sungguh siapapun yang memandang wajah mereka akan langsung mengigat Allah". Beliau juga pernah mengatakan tentang Al Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir Al Haddad dan Al Habib Abu Bakar bin Muhammad As Seggaf Gresik, "Sungguh cukup keduanya sebagai panutan yang terbaik untuk kami dan anak-anak kami". Bahkan beliau pernah menuliskan dalam kitabnya suatu bait syair yang berbunyi:

تمنيت القيامة ليس إلا لألقى من أحب من الحفاظ

سمعت المرء مع من أحب من أهل التقى و اللحاظ


"Saya merindukan kedatangan hari kiamat tiada lain karena saya ingin berjumpa dengan para ulama dan ahli hadits yang saya cintai. Karena saya mendengar dalam hadits Sang Nabi "Seseorang akan bersama yang dia cintai" dari manusia-manusia bertakwa dan peduli".


Pendidikan Beliau

Pendidikan pertama beliau adalah rumah beliau. Beliau tinggal di dalam rumah yang terdiri dari orang-orang yang bertaqwa kepada Allah. Ayah beliau adalah Al Habib Ahmad bin Husain bin Jindan yang merupakan seorang ulama yang sangat shaleh. Dari sejak kecil Al Habib Ahmad telah menimba ilmu dari para ulama besar diantaranya adalah ayah beliau Al Habib Husain bin Saleh bin bin Abdullah bin Jindan dan paman beliau Al Habib Salim bin Saleh bin Abdullah bin Jindan. Beliau juga menimba ilmu dari seorang ulama besar, Al Habib Abdullah bin Umar As Seggaf di Minahasa. Al Habib Abdullah bin Umar As Seggaf ini adalah seorang ulama besar di Palembang dan penyebar Islam di Sumatera serta seorang pejuang melawan penjajahan Belanda. Beliau ditangkap oleh Belanda dan untuk mempersempit gerak dakwahnya, Belanda mengasingkan beliau ke Minahasa di suatu kampung yang tidak ada seorang muslim pun. Namun tidak berlalu satu tahun melainkan tidak ada di kampung itu seorang selain muslim.

Al Habib Ahmad juga selalu surat menyurat dengan kakeknya di Hadramaut yang bernama Al Habib Saleh bin Abdullah bin Jindan yang usianya saat wafat sekitar 145 tahun. Al Habib Saleh berguru kepada banyak ulama besar sehingga beliau memiliki hubungan sanad dengan Al Imam Muhammad Murtadha Az Zabidi pengarang kitab Ithaf As Saadah Al Muttaqin Syarah Ihya Ulumuddin. Dalam surat menyurat Al Habib Saleh memberikan ijazahnya kepada anak cucunya yang ada di Indonesia. Beliau wafat di Hadramaut Sedangkan usia Al Habib Salim sekitar 3 tahun.

Al Habib Salim tumbuh di satu rumah besar bersama kakeknya, ayah dari ibunya yaitu Al Habib Ali bin Mushthafa bin Asy Syeikh Abi Bakar bin Salim. Beliau adalah murid Al Imam Ahmad bin Zaini Dahlan. Beliau juga berguru kepada Al Habib Idrus bin Umar Al Habsyi hingga membaca di hadapannya lebih dari 200 kitab. Beliau juga belajar kepada Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi, Al Habib Ahmad bin Hasan Al Attas dan para ulama lainnya.

Di rumah besar tersebut hidup wanita-wanita hebat yang shalehah. Ibu Al Habib Salim Asy Syarifah Muznah binti Ali bin Mushthafa ibn Asy Syeikh Abi Bakar, yang merupakan seorang wanita shalehah ahli ibadah. Kakak perempuan Al Habib Salim, Asy Syarifah Khadijah binti Ahmad bin Jindan seorang wanita shalehah dan berilmu luas. Beliau adalah isteri seorang ulama dan wali besar Al Habib Ahmad bin Ghalib Al Hamid. Asy Syarifah Khadijah wafat dalam usia sangat muda, yaitu kurang dari 30 tahun. Di rumah semacam inilah Al Habib Salim hidup dan tumbuh hingga beliau melanjutkan belajarnya di Madrasah Al Khairiyah yang dipimpin oleh Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih.

Karya Tulis Al Habib Salim Jindan

Al Habib Salim banyak menulis kitab membahas tentang berbagai disiplin ilmu. Diantaranya tentang sejarah, baik itu sejarah Islam di Nusantara maupun sejarah secara umum. Diantaranya ilmu nasab sehingga beliau menulis banyak kitab tentang nasab-nasab qobilah-qobilah arab. Bahkan saya mendapati beberapa lembaran kertas catatan beliau tentang nasab suku-suku nusantara. Diantaranya biografi ulama-ulama dan tokoh-tokoh dunia Islam. Beliau menulis tentang biografi para gurunya hingga berpuluh jilid. Adapun tulisan beliau tentang sanad dan riwayat serta ijazah sungguh sangat banyak sekali. Demikian juga beliau menulis tentang beberapa permasalahan aktual pada masanya. Diantaranya tentang hukum memakai pakaian yang menjadi ciri barat saat itu, tentang qunut dalam shalat, dan masih banyak lagi tulisan beliau.

Saya menemukan daftar isi suatu kitab yang beliau tulis yang berjudul Mu'jam Al Awadim Fi Al Ansaab wa At Taraajim, dari daftar isinya saya mengambil kesimpulan bahwa beliau dalam kitab itu menulis tentang sejarah dan nasab umat manusia dari Nabi Adam sampai waktu beliau. Tertulis dalam daftar isi kitab tersebut pembahasan demi pembahasan hingga mencapai 1200 halaman. Kemudian di akhir daftar isi tersebut, beliau menyatakan ini adalah jilid pertama dari 16 jilid. Masya Allah, jilid pertama terdiri dari 1200 halaman dan kitab keseluruhan terdiri dari 16 jilid, dan kesemua itu adalah tulisan tangan beliau. Namun sayangnya kitab tersebut hilang dan tidak diketahui keberadaannya. Itu adalah salah satu dari sekian banyak karya tulis beliau. Saat ini yang terdata bahwa karya beliau mencapai lebih dari 100 judul antara karya yang ringkas hingga yang berjilid-jilid. Hal yang luar biasa di atas itu semua, bahwa sebagian besar karya beliau ditulis oleh beliau dari hafalan beliau.

Pujian dan Pengakuan Ulama Besar

Banyak ulama-ulama dunia yang memuji dan mengakui betapa agungnya Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan. Diantaranya adalah:

1- Guru beliau Muhaddits Al Hijaaz Al 'Allamah Asy Syeikh Umar bin Hamdan Al Mahrasi Al Jazairi. Dalam naskah ijazah beliau kepada Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan beliau menulis, "Sesungguhnya aku telah memberikan ijazahku untuk As Sayyid yang sempurna Salim bin Ahmad bin Jindan”.

2- Guru beliau juga Al 'Allamah Mufti Johor Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad. Dalam naskah ijazah beliau kepada Al Habib Salim beliau menulis, "Sesungguhnya telah meminta kepadaku Ijazah As Sayyid yang terhormat, yang kokoh berprinsip, yang ditalqinkan baginya ilmu, yang diberikan kepadanya ilham, seorang yang memiliki hafalan yang sangat kuat, yang selalu meneliti ilmu, yang kritis, yang setiap hari selalu datang dengan membawa pembahasan ilmiyah yang unik As Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan”.

Di dalam kitab-kitab yang ditulis oleh Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad sering kali Al Habib Alwi mengutip dan bertumpu kepada apa yang dinyatakan oleh Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan.

3- Asy Syeikh Hasan Al Massyaath ulama besar Makkah pernah mengatakan dalam kitabnya yang berjudul Ats Tsabat Al Kabiir sebagai berikut, "Diantara guruku adalah As Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan Al Hadrami Al Alawi yang tinggal di kota Jakarta di tanah Jawa. Aku selalu berjumpa dan berkumpul dengannya di Masjidil Haram dan di rumahku. Beliau sering kali memberikan Ijazah kepadaku, beliau berada di tempat yang sangat agung dalam ilmu dan ketaqwaan serta dalam berdakwah di jalan Allah. Beliau memiliki sanad-sanad yang bersambung dengan guru-guru dan leluhurnya, bahkan diantara sanad tersebut terdapat yang sangat dekat sekali dan tinggi sekali”.

4- Seorang ulama besar di kota Makkah yang bernama Al 'Allamah Asy Syeikh Abdullah bin Sa'id Al Lahji pernah mengatakan dalam buku beliau yang berjudul Al Miqooh Ila Ar Riwayah wa Ar Ruwaah sebagai berikut, "Diantara guruku adalah Al 'Allamah, yang menguasai berbagai macam disiplin ilmu, yang merupakan keajaiban zaman ini, Al Muhaddits As Sayyid Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Jindan”.

5- Al Habib Jindan bin Novel bin Jindan pernah menyampaikan kepada saya bahwa Al Habib Ali bin Abdur Rahman Al Jufri mendengar langsung dari Al Qutb Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad As Seggaf bahwa beliau mengatakan, "Tiga tokoh Alawiyyin yang merupakan keajaiban dalam hafalan dan kecerdasan, Al Habib Abdur Rahman bin Ubaidillah As Seggaf, Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad dan Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan”.

6- Saya mendengar dari Al 'Allamah KH.Muhammad Syukur Ya'qub bahwa beliau mendengar Al 'Allamah Al Habib Zain bin Abdullah Al Idrus Ash Shalabiyah berkata, "Kami para habaib dalam perihal hadits dan periwayatan menghadap dan berkiblat kepada Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan”.

Serta masih banyak lagi lainnya. Nama Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan sangat harum dari ujung timur Indonesia sampai ke ujung baratnya, dari selatan pulau Jawa hingga paling utara Asia Tenggara, di Timur tengah hingga ke Timur Jauh. Setiap orang yang berjumpa langsung dengan beliau, mengenal dekat dan bergaul dengannya pasti menyatakan kekagumannya kepada beliau.

Murid-Murid Al Habib Salim

Kami mendengar dari guru-guru kami bahwa ketiga ulama besar ini adalah guru besar bangsa Indonesia. Ketiganya adalah Al Habib Ali bin Abdurahman Al Habsyi, Al Habib Ali bin Husain Al Attas dan Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan. Tidak ada saat ini seorang alim ulama di JABODETABEK secara khusus dan di Indonesia secara umum melainkan ketiga ulama besar ini adalah mata air utamanya.

Diantara mereka adalah: 1. Al 'Allamah Al Habib Abdurahman bin Ahmad As Seggaf

2. Al 'Allamah Al Faqiih KH.Muhammad Syafi'i Hadzami

3. Al 'Allamah KH.Abdullah Syafi'i

4. Al 'Allamah KH.Tohir Rahili

5. Muhaddits Al Haramain As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki

6. Al Musnid Al 'Allamah As Sayyid Umar bin Hamid Al Jailani

7. Al 'Allamah Al Habib Ali bin Abdurahman As Seggaf

8. Al 'Allamah KH.Muhammad Syukur Ya'qub

9. Al 'Allamah KH.Muhammad Tayyib Izzi

10. Al Habib Abdurahman bin Abdullah Ba Qodir Al Attas

11. Al Habib Novel bin Al Habib Salim bin Jindan

12. Al Ustadzah Asy Syarifah Fatimah binti Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan

13. Al Ustadzah Asy Syarifah Fatimah binti Abdullah Ba Qodir Al Attas

14. dan masih banyak lagi.

Tidak sedikit ulama-ulama besar dunia yang ingin masuk dalam ikatan sanad Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan hingga mereka meminta kepada beliau agar dituliskan Ijazah khusus oleh Al Habib Salim untuk masing-masing mereka. Diantara mereka adalah:

1. Al 'Allamah Al Muhaddits Al Habib Salim bin Hafidz

2. Al 'Allamah Al Faqih Al Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz

3. Al 'Allamah Asy Syeikh Hasan bin Muhammad Al Massyath

4. Al 'Allamah As Sayyid Muhammad bin Hasan bin Muhammad Fad'aq

5. Al 'Allamah Mufti Zanjubar Al Habib Umar bin Ahmad bin Sumaith

6. Al 'Allamah Asy Syeikh Muhammad bin Salim Al Baihani

7. Al 'Allamah As Sayyid Alwi bin Abbas Al Maliki

8. dan masih banyak lagi.


Perjalanan Beliau ke Berbagai Pelosok

Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan dari sejak usia sangat muda gemar melakukan perjalanan ke berbagai pelosok untuk tujuan menuntut ilmu, berbagi ilmu, dakwah di jalan Allah, menjalin hubungan dengan para ulama dan kaum shalihin, memberikan perhatian besar kepada umat, meneliti sejarah dan mengumpulkan data-data sejarah, mendengar hadits-hadits Nabi dan mengumpulkan sanad dan periwayatan. Terkadang perjalanan tersebut memakan waktu berbulan-bulan. Beliau sering kali menjelajahi Indonesia bagian timur. Sulawesi beliau jelajahi hingga ke ujung hutannya. Ternate, Manado, Minahasa, Gorontalo, Makasar, Palu, Tondano, dan lain-lainnya. Kepulauan Maluku hingga ke ujung laut dan pulaunya. Bahkan hingga masuk sampai ke Filipina. Bali, kepulauan Nusa tenggara beliau jelajahi. Kalimantan hingga ke pelosoknya. Pulau Sumatera sangat mencintainya. Kota palembang dari ujung ke ujung mencintai beliau dan tidak ingin melepaskan beliau. Kenangan manis yang hingga saat ini masih selalu diceritakan di tanah Palembang. Ketika saya bersama kakak saya Al Habib Jindan berdakwah di Melaka Malaysia, para ulama tua di Melaka bercerita kepada kami bahwa Al Habib Salim bin Jindan dahulu berdakwah di Melaka dan sempat tinggal lebih kurang satu tahun di Melaka.

Masjid Sultan Singapura telah menjadi saksi bisu bagaimana dahulu Al Habib Salim berceramah dan berdakwah di Singapura. Madrasah Al Junaid Singapura pun berbangga ketika Al Habib Salim membuka dan menjadi tamu kehormatannya dalam acara pembukaan dan peresmiannya. Johor pun menjadi saksi ketika beliau menyalin naskah Kitab Al Khulashah Asy Syafiyah karya Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad tatkala beliau menimba ilmu darinya. Dalam perjalanan haji beliau masuk ke Srilangka dan Kolombo hingga berjumpa dengan para ulamanya. Berbulan beliau di tanah suci untuk menimba ilmu dari para Ahli Hadits dan ulama-ulama besarnya dan kemudian beliau tunaikan kewajiban Haji kepada Allah.

Tatkala beliau banyak menulis kitab tentang sejarah Hadramaut dan nasab kabilah-kabilah Arab Hadramaut, tidak cukup baginya data sejarah dan nasab yang beliau dapatkan di Indonesia, namun beliau pergi dan berangkat ke Hadramaut untuk menykasikan langsung dengan mata kepalanya segala data sejarah dan nasab-nasab kabilah Arab Hadramaut. Seluruh pelosok Hadramaut beliau kunjungi. Dan setiap pelosok menyambut beliau dengan sambutan yang meriah yang hingga saat ini masih disebut-sebut oleh para orang tua pelaku sejarah. Ketika pertama kali beliau masuk ke kota Tarim, Al Habib Alwi bin Abdullah bin Syahab menyambut beliau di gerbang masuk kota Tarim atas isyarat dan perintah para leluhurnya. Arak-arakan Khuddam Seggaf mengantar beliau dan rombongan para penyambut hingga masuk ke pekuburan Zanbal. Di hadapan pusara Al Faqih Al Muqoddam di depan halayak ramai beliau berceramah dan mengatakan kepada penduduk kota Tarim, "Wahai penduduk kota tarim, kalian bukanlah manusia, namun kalian lebih menyerupai para malaikat Allah yang senantiasa beribadah dan menyembah kepada Allah".

Saat bersama para ulama dan habaib dari keluarga Asy Syeikh Abu Bakar bin Salim berziarah ke Makam Nabi Hud AS. Makam Nabi Hud berada di puncak gunung dan para peziarah harus berjalan menaiki anak tangga hingga sampai di makam. Saat itu Al Habib Salim bercanda dan mengatakan kepada rombongan ulama dan habaib yang sebagian besar mereka adalah orang tua, "Mari kita balapan lari hingga sampai di puncak". Mereka semua tertawa. Kisah ini saya dengar langsung dari Al Habib Abu Bakar bin Syeikh bin Ahmad bin Asy Syeikh Abi Bakar bin Salim. Al Habib Abu Bakar bin Syeikh juga pernah bercerita kepada saya saat beliau mendampingi Al Habib Salim berziarah ke makam-makam para awliya di Hadramaut, bahwa setiap berziarah ke makam, Al Habib Salim bertanya kepada kami, "Makam siapa ini?" Maka kami menjawab "ini adalah makam Al Habib Abdullah bin Husain bin Thahir". Mendengar itu, Al Habib Salim langsung membawakan suatu hadits yang beliau dengar dari gurunya, gurunya mendengar dari gurunya dan terus mata rantai sanad di sampaikan oleh Al Habib Salim hingga bersambung kepada Al Habib Abdullah bin Husain bin Thahir dan kemudian berlanjut guru demi guru hingga sampai kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. Seterusnya begitu setiap kali berziarah ke makam siapapun dari para awliya.

Saat di kota Inat beliau di sambut dengan sambutan meriah. Bersama rombongan beliau berziarah ke makam Asy Syeikh Abu Bakar dan setelah itu mereka berbondong-bondong berjalan dengan arak-arakan ke rumah Asy Syeikh Abu Bakar bin Salim dan di adakan majelis Rauhah hingga menjelang maghrib. Kemudian mereka bersama-sama ke Masjid Asy Syeikh Abu Bakar bin Salim dan selepas maghrib diadakan majelis besar. Saat itu Al Habib Salim berdiri berbicara tentang keutamaan Ilbaas Al Khirqoh dan ceramahnya beliau membawakan 40 hadits dengan sanadnya tentang Ilbaas Al Khirqoh. Usai ceramah, beliau memberikan ijazah kepada semua yang hadir dengan memakaikan satu persatu kepada mereka semua Alfiyah beliau dengan sanad mata rantai yang bersambung sampai kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Tegas

Habib Salim terkenal sebagai ulama yang tegas dan keras, terutama dalam hal-hal kemaksiatan, Ia juga sering kali mengingatkan umat akan kerusakan moral. Kepada kaum wanita, Habib mengingatkan mereka agar memerhatikan cara berpakaian dan menutup aurat[1].

Tentang Autobiografi [1]

Saat masih hidup, pernah seseorang ingin menuliskan autobiografinya guna dipublikasikan. Namun, dengan tegas, Habib Salim menolaknya.

”Apa yang kalian lakukan? Menulis autobiografi saya, nantinya akan membuat anak cucu saya fakhr (berbangga diri-Red),” ujarnya.

Kemudian, Habib Salim meminta baik-baik naskah autobiografi itu dan merobek-robeknya, tanpa peduli si penulis yang menyatakan bahwa orang seperti dia perlu menerbitkan autobiografi agar diketahui masyarakat banyak.

Kolonel Sabur [1]

Ibnu Umar Junior dalam risalah Fenomena Kramat Jati menulis, ”Gara-gara keberaniannya, Kolonel Sabur (salah satu ajudan Bung Karno) sampai berang setengah mati kepada Habib Salim ketika dia melancarkan kritik-kritik terhadap pemerintah di sebuah acara di Palembang tahun 1957 yang dihadiri Presiden Soekarno.”

“Kolonel Sabur menyuruh Habib Salim turun dari mimbar. Di kesempatan itu, ia berkata kepada para hadirin, ‘Suara rakyat adalah suara Tuhan. Apakah saya harus terus ceramah atau tidak?’ Serempak para hadirin menjawab, ‘Teruuus!’.”

Meninggal Dunia [1]

Pada 1 Juni 1969 M [Kalender Hijriyah: 16 Rabiul Awal 1389], singa podium itu wafat[1]. Ribuan umat Islam dari berbagai pelosok Jabodetabek bertakziah ke kediamannya di Otista (Jalan Otto Iskandardinata), umat Islam pun merasa kehilangan dengan kepergian sang ulama.

Dari kediamannya di Otista ke Qubah Pekaburan Al-Hawi, Condet, Cililitan, Jakarta Timur, jenazah dihantar oleh lebih dari 150.000 pelayat dan digotong secara geranting. Di sepanjang jalan sekitar 4 kilometer, mereka membaca takbir dan tahlil. Peziarah yang memadati Jalan Condet Raya itu tidak dapat memasuki tempat pemakaman akibat penuhnya massa.

Selepas kepergiannya, Habib Salim mewariskan majelis taklim dan ilmu pengetahuan melalui buku-buku yang tersimpan di dalam perpustakaannya. Di perpustakaan ini, tak kurang darilimaribu kitab, termasuk kitab-kitab dari mancanegara. Ini menunjukkan bahwa Habib Salim bin Djindan adalah seseorang yang haus akan ilmu.

Sepeninggal Habib Salim, dakwah dan perjuangannya dilanjutkan oleh kedua putranya, Habib Shahahuddin dan Habib Novel. Keduanya kini telah wafat. Habib Novel membuka majelis taklim di Larangan, Tangerang, dan kini diteruskan oleh kedua putranya Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan dan adiknya Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan.

Kedua kakak beradik alumnus Darul Mustafa, Tarim, Hadramaut, ini merupakan lulusan pertama dari pesantren yang dipimpin oleh Habib Umar bin Hafidz bin Syekh Abu Bakar.

Catatan kaki

Daftar pustaka

Website

Lihat Pula

  1. Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi(Habib Ali Kwitang)
  2. Al-Habib Ali bin Husein Al-Attas

Pranala luar =

  1. (Indonesia) ahlussunahwaljamaah.wordpress.com - Al-Habib Salim bin Jindan