Roekmini Koesoema Astoeti
Brigadir Jenderal Pol (Purn) Drs. Roekmini Koesoema Astoeti (4 September 1938 – 2 September 1996) adalah wanita kedua yang mencapai pangkat Jenderal Polisi di Indonesia. Roekmini Koesoemo Astoeti anak keenam dari delapan bersaudara dari pasangan R. Soedarso dan Raden Ayu Soemina. ayahnya, Kepala Kehutanan Saradan, Madiun, meninggal dunia saat Roekmini baru berusia 7 tahun dan masih duduk di Sekolah Dasar. Sepeninggal ayahnya itu, Roekmini bersama kakaknya, Palupi, ikut pamannya. Masa kecilnya dilaluinya dengan berat.[1]
Roekmini Koesoema Astoeti | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Lahir | Bojonegoro, Hindia Belanda | 4 September 1938
Meninggal | 2 September 1996 Jakarta | (umur 57)
Suami/istri | Ir. Mas Soejono |
Anak | 1. Sih Wening Wijayanti 2. Ardi Wijaya 3. Giri Wijaya Sidi 4. Bagus Aji Mandiri |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | Polri |
Masa dinas | 1965-1966 |
Pangkat | Brigadir Jenderal Pol |
Satuan | Polwan |
Sunting kotak info • L • B |
Riwayat
Tahun 1964, Roekmini melanjutkan studinya di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Setelah tamat, atas saran sahabat dekatnya, Pater Blood, ia memilih kariernya di kepolisian. Berbagai tugas pernah dilaluinya: menjadi Staf Asisten Intel Khusus di Polwil 096 Yogyakarta.
Tahun 1972, Setelah pangkatnya naik menjadi mayor, ia ditugaskan ke Polda Jawa Tengah, dan berturut-turut menjabat sebagai Kepala Seksi Pengawas Keamanan Negara (PKN), Kepala Seksi Pembinaan Ketertiban Masyarakat, Kepala Seksi Psikologi, Kepala Biro Organisasi Sosial Politik Kowilhan II/Jawa Madura. Namun salah satu tugasnya yang paling berat ialah ketika sebagai Staf Asisten Intel ia harus menangani kasus pemerkosaan Sum Kuning yang melibatkan anak-anak penggede di wilayahnya
Tahun 1978, Roekmini adalah Lulusan terbaik kedua kursus kekaryaan ABRI.
Tahun 1982, Roekmini ditunjuk sebagai anggota DPR untuk mewakili Polri, sebagai satu-satunya perempuan di antara 90 anggota Fraksi ABRI saat itu. Ia sempat ditugasi di Komisi IX dan Komisi IV, dan belakangan di Komisi II yang berhadapan dengan banyak kasus yang menyangkut kehidupan rakyat kecil langsung.
Roekmini adalah tokoh yang unik di Gedung MPR/DPR karena sebagai anggota Fraksi ABRI keberpihakannya kepada rakyat kecil sangat jelas. Tampaknya pengenalannya secara langsung akan kehidupan rakyat kecil menyebabkan Roekmini tampil sebagai anggota DPR yang sangat vokal.
Tahun 1992, Selesai menjalankan tugasnya di DPR, Roekmini dipindahkan ke Markas Besar ABRI sebagai staf yang membantu Kasospol ABRI.
Tahun 1993, Roekmini kemudian mendapat kepercayaan untuk duduk di Komisi Nasional Hak-hak Asasi Manusia. Tampaknya ini adalah tempat yang sangat tepat baginya karena pada masa-masa terakhir Orde Baru Komnas HAM menjadi tumpuan pencari keadilan.
Wafat
Ketika kanker di tenggorokan dan pita suaranya menggerogoti tubuhnya, Roekmini Koesoemo Astoeti harus dirawat intensif di RSPAD Jakarta. 2 September 1996, pada umur 57 tahun. Roekmini Koesoemo Astoeti berpulang kepada Penciptanya. di Jakarta, Jenazahnya dibawa ke Desa Baerejo, Kebonsari, Madiun, untuk dimakamkan di Mangunarsan, makam keluarganya. Roekmini Koesoemo Astoeti meninggalkan suami, Ir. Mas Soejono, seorang dosen di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, dan seorang anak perempuan dan tiga laki-laki. Ke-empat anaknya punya prestasi memuaskan dalam pendidikan. Sih Wening Wijayanti adalah mahasiswi Fakultas Psikologi UGM, Ardi Wijaya kuliah di Fakultas Sastra UGM, Giri Wijaya Sidi belajar di FISIP UGM dan Bagus Aji Mandiri di SMA III Yogyakarta.