Alfred van Sprang

Revisi sejak 8 Juni 2016 09.42 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Penggantian teks otomatis (-karir +karier))

Alfred van Sprang (27 April 1917 – 24 November 1960) adalah wartawan Belanda.

Ia memulai karier kewartawanannya di harian Het Vaderland yang berasal dari Den Haag. Setelah itu, ia bekerja sebagai koresponden untuk sejumlah media cetak di Amerika Serikat. Setelah negerinya diserbu oleh Jerman Nazi, ia berhenti bekerja di sana dan pindah ke Hindia-Belanda (kini Indonesia). Di sana, Van Sprang bekerja di Java-bode dan Nederlands Indische Radio Omroep Maatschappij, tempat Bert Garthoff juga bekerja sama dengannya.

Pada tahun 1942, Van Sprang ditawan di kamp konsentrasi Jepang. Setelah dibebaskan, ia bekerja untuk United Press Association di AS. Di situ, ia membuat laporan mengenai aksi polisionil, yang belakangan juga dijelaskannya dalam buku berjudul Wij werden geroepen.

Semasa kunjungan singkat di Belanda pada tahun 1947, ia membuat laporan pertama untuk Nederlandse Christelijke Radio Vereniging. 2 tahun kemudian, rubrik berita terkini Vandaag. De Radiokrant van Nederland diciptakan dan Van Sprang menjadi reporternya dari luar negeri. Di tahun tersebut, segera ia menjadi salah satu kontributor terkenal radio Belanda. Ia berkeliling ke seluruh daerah yang bergolak di dunia, seperti Korea, Vietnam, Persia dan Mesir.

Yang terkenal adalah laporannya dari Budapest pada tahun 1956. Ia menjelaskan pengalamannya turut dalam tank Uni Soviet saat Revolusi Hongaria dipadamkan. Lalu, Van Sprang juga bekerja untuk media baru, televisi. Sehingga, ia membuat laporan mengenai ekspedisi ke pedalaman Papua Belanda pada tahun 1959. Ia menggabungkan pekerjaannya untuk NCRV dengan laporan untuk mingguan De Spiegel. Reportasi besar terakhirnya dilakoni pada tahun 1960 dari Kongo-Kinshasa yang tengah bergejolak.

Kehidupan Alfred van Sprang tidaklah mudah: ia pernah mengalami hidup dalam kamp konsentasi dan homoseksual, yang menjadikan lingkungan Protestan NCRV di tahun 1950-an tidak bersahabat baginya. Kematiannya yang mendadak pada usia 43 tahun menimbulkan banyak kecurigaan. Namun, setelah kematiannya, tidak dilakukan otopsi atasnya; polisi menyimpulkan kematiannya diakibatkan oleh henti jantung. Ia dikebumikan di pemakaman Oud Eik en Duinen, Den Haag.