ANTIFERTILITAS HERBAL BIJI SAGA
Pendahuluan
Antifertilitas herbal adalah bahan alam yang dapat menghambat proses fertilisasi dengan cara kontrasepsi atau abortivum. Antifertilitas herbal saat ini dibutuhkan untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk yang begitu pesat. Jumlah penduduk Indonesia menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jika kecenderungan peningkatan penduduk ini tidak dapat dikendalikan, maka dikhawatirkan akan terjadi ledakan penduduk (baby boom). Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program yang digalakkan oleh pemerintah dalam rangka mengendalikan angka kelahiran penduduk. Metode KB yang digunakan adalah dengan menerapkan kontrasepsi bagi pasangan suami istri dalam usia subur. Pria juga memiliki peranan dalam keberhasilan pengendalian kelahiran. Salah satu alasan rendahnya partisipasi pria dalam keluarga berencana karena kontrasepsi yang tersedia sangat terbatas jenisnya. Hingga saat ini, kontrasepsi pria antara lain kondom, vasektomi dan coitus interuptus. Alat kontrasepsi yang ideal untuk pria harus dapat mencegah fertilisasi, aman, mempunyai kinerja cepat, tanpa efek samping dan tidak mempengaruhi potensi seks dan libido. Para peneliti terus mengembangkan riset untuk menemukan metode kontrasepsi ideal tersebut. Hal yang sedang dikembangkan saat ini adalah penggunaan tanaman obat alami Indonesia sebagai alternatif antifertilitas pria[1].
Macam-macam Antifertilitas Herbal
Terdapat 18 jenis tanaman yang berpotensi sebagai antifertilitas pria antara lain : bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L), pare (Momordica charantia), biji pepaya (Carica papaya), kunyit (Curcuma domestica), biji oyong (Luffa acutangula Roxb), daun manggis (Garcinia mengostana), tapak dara (Chatarantus roseus), biji kapas (Gossypium hirtusum), cantel (Andropogon sorghum), sitawar (Costus speciosus) dan gandarusa (Justicia gandarussa). Selain tanaman tersebut, Fakultas Farmasi Universitas Jember juga melakukan penelitian antifertilitas herbal pada biji saga (Abrus precatorius Linn.) dengan berbagai macam pelarut ekstrak dan fraksi[2] .
Kandungan Kimia Biji Saga
Biji saga mengandung alkaloid, fixed oil, steroid, lektin, flavonoid, dan antosianin. Kandungan minyak pada biji saga hanya sebesar 2,5% dan kaya akan asam oleat dan asam linoleat. Alkaloid yang terkandung di dalam biji saga meliputi abrin, hypaphorin, kolin, dan precatorin. Steroid yang terkandung di dalam biji saga meliputi α-sitosterol, stigmasterol, 5α-cholanic acid, abricin dan kolesterol. Warna yang terbentuk pada biji saga dikarenakan adanya kandungan glikosida, yang terdiri atas abranin, pelargonidin, cyaniding, dan delphinidin. Konstituen utama dari biji saga adalah abrin. Ekstrak metanol biji saga menunjukkan adanya efek kontrasepsi pada tikus jantan dewasa dan efek antimotilitas pada spermatozoa manusia. Ekstrak metanol biji saga dilaporkan mengandung tanin, alkaloid, dan glikosida. Dalam studi in vitro, alkaloid abrin yang berhasil diisolasi dari biji saga menunjukkan adanya aktivitas antifertilitas[3].
Aktivitas Biji Saga sebagai Antifertilitas
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Farmasi Universitas Jember, fraksi metanol biji saga dosis 75 mg/kgBB memiliki aktivitas antifertilitas tertinggi[4]. Dikarenakan biji saga memiliki kandungan racun yang cukup tinggi, penelitian selanjutnya menguji kombinasi antara biji saga dan biji pepaya sebagai antifertilitas diharapkan dapat bersinergis secara optimal dan mampu menurunkan efek samping dari kerusakan hati dan ginjal. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kombinasi ideal fraksi aktif biji saga dan biji pepaya yang memberikan efek antifertilitas optimal adalah 50:50 mg/kgBB yang juga memberikan efek kerusakan pada hati dan ginjal paling minimal yaitu 25%[5]. Antifertilitas biji saga ini bersifat reversible sehingga aman digunakan sebagai alat kontrasepsi herbal untuk pria.
Mekanisme Kerja Kandungan Biji Saga sebagai Antifertilitas
Kandungan abrin pada biji saga memberikan aktivitas antiovulatori akibat adanya aktivitas oksidasi pada fragmentasi DNA pada sel somatik yang menyebabkan kerusakan DNA pada spermatozoa. Abrin juga menyebabkan antifertilitas dengan cara menginaktivasi rRNA pada sel sertoli dan sel leydig sehingga akan menghambat sintesis protein sel sertoli dan sel leydig atau abrin akan berinteraksi secara langsung dengan membran mitokondria spermatid sehingga menyebabkan proses spermatogenesis menjadi terhambat[6].
Referensi
- ^ http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/56122/Nailul%20Birroh%20-%20092210101064_1.pdf?sequence=1
- ^ http://download.portalgaruda.org/article.php?article=199144&val=6570&title=Tanaman%20Obat%20Alami%20di%20Indonesia%20Sebagai%20Alternatif%20Antifertilisasi%20Laki-laki
- ^ http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/73172/Sekar%20Arum%20Puspitasar%20cover%20123.pdf?sequence=1
- ^ http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/56124/Rizka%20Yuliana%20-%20092210101066_1.pdf?sequence=1
- ^ http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/56124/Rizka%20Yuliana%20-%20092210101066_1.pdf?sequence=1
- ^ http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/66138/112210101005Ratih%20Iman%20Sari.pdf?sequence=1