Trimurjo, Lampung Tengah
Trimurjo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, Indonesia. Kata "tri" berarti tiga sedangkan "Murjo" artinya kemakmuran. "Tri" diambil dari bendungan atau dam yang ada di bedeng 1 yang bercabang tiga, ke arah kota Metro, ke arah Kota Gajah dan ke arah Bantul.
Trimurjo | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Lampung | ||||
Kabupaten | Lampung Tengah | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Juanda | ||||
Populasi | |||||
• Total | 50,843 jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 18.02.05 | ||||
Kode BPS | 1805050 | ||||
Luas | 68,43 km² | ||||
Kepadatan | 743 jiwa/km² | ||||
Desa/kelurahan | 14 kampung 2 kelurahan | ||||
|
Geografi
Desa
Secara administratif kecamatan Trimurjo memiliki 12 kampung dan 2 kelurahan dengan ibukota di Simbarwarinngin. Daftar kampung dan kelurahan:
Perbatasan
Utara | Kecamatan Punggur |
Timur | Kota Metro dan Kabupaten Lampung Timur |
Selatan | Kabupaten Lampung Selatan |
Barat | Kabupaten Pesawaran |
Pendidikan
Sekolah Dasar
Ada 41 unit
Sekolah Menengah Pertama
- SMP Negeri 1 Trimurjo, berlokasi di Purwodadi 13A
- SMP Negeri 2 Trimurjo, berlokasi di Liman Benawi
- SMP Negeri 3 Trimurjo, berlokasi di Pujobasuki
- SMP Muhammadiyah 1 Trimurjo, berlokasi di Adipuro, Jalan Trimurjo-Metro
- SMP PGRI 1 Trimurjo, berlokasi di Purwodadi, Jalan Metro-Wates Km 5
- SMP Purnama Trimurjo, berlokasi di Notoharjo
Sekolah Menengah Atas
- SMA Negeri 1 Trimurjo, berlokasi di Simbar Waringin, Jalan Karang Bolong 11F
- SMA Muhammadiyah Trimurjo, berlokasi di Adipuro, Jalan Trimurjo-Metro
- SMA Purnama Trimurjo, berlokasi di Notoharjo, Jalan Kyai Nusin
Sejarah
Kecamatan Trimurjo adalah tempat pertama dari tujuan transmigrasi pada zaman Belanda. Oleh karena itu istilah "bedeng" masih populer di kecamatan tersebut. Bedeng berarti kompleks lokasi rombongan para transmigran dari Jawa dan dibagi-bagi dalam bedeng-bedeng. Misal kelurahan Adipuro terdiri dari Bedeng 2 (Dusun Adirejo, Dusun Tegalrejo) dan Bedeng 3 (Dusun Widoro Kandang). Bedeng 4, 5, 10 (kelurahan Trimurjo), bedeng 6, 7 (kampung Liman Benawi), bedeng 7 dan 8 (Depokrejo), bedeng 11 (Simbarwaringin), bedeng 12 (Tempuran), bedeng 13 (Purwodadi), bedeng 17, 18, 19 (Pujodadi), bedeng 20 (Purwodadi), dll.
Untuk faktor sejarah pembentukan Metro pada zaman kolonial, untuk Trimurjo memang tidak bisa dipisahkan. Metro adalah "bedeng yang menjadi kota", yang awal mula koloni berada di Bedeng 1 (Trimurjo) sampai Bedeng 67 di Sekampung. Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Dibangunnya desa ini dimaksudkan untuk menampung sebagian dari kolonis yang didatangkan oleh perintah Hindia belanda pada tahun 1934 dan 1935, serta untuk menampung kolonis-kolonis yang akan didatangkan berikutnya.
Saat ini sedang berkembang wacana Kecamatan Trimurjo untuk masuk ke Kota Metro. Hal ini didasarkan pada sejarah yang sangat erat dengan berdirinya Kota Metro saat ini. Masyarakat Trimurjo sangat berkeinginan untuk bergabung dengan Kota Metro karena kedekatan wilayah dan kemudahan akses.
Ekonomi
Kawasan perdagangan ada di Jalan Simbarwaringin-Metro yaitu minimarket (Indomaret, Alfamart, Multi M), Pusat Fotokopi dan cetak foto Natar Baru, pasar Trimurjo, Pasar Simbarwaringin, pasar Welit, dll. Fasilitas umum yaitu kantor Pos Kantor (kode pos 34172), Polsek Trimurjo, BRI Simbarwaringin, dan Puskesmas yang ber-operasi 24 jam.
Aktivitas masyarakat Trimurjo pun lebih mudah ke Metro dibanding ke ibukota Lampung Tengah. Untuk mencapai Metro cukup waktu 15 menit, sedangkan ke Gunung Sugih menempuh 60 menit. Untuk akses kesehatan, warga akan lebih mudah ke RS di kota Metro, sebut saja RS Mardi Waluyo atau RS Muhammadiyah menjadi langganan warga berobat. Apalagi aktivitas perekonomian, masyarakat akan lebih senang berbelanja dan berdagang ke Metro.