Prijanto
Mayjen (TNI) Purn Prijanto (Ngawi, 26 Mei 1951) adalah seorang tokoh TNI. Jabatan terakhirnya adalah Aster KASAD dengan pangkat Mayor Jendral.Dibalik kebersahajaan seorang Prijanto, purnawirawan TNI ini juga merupakan sosok yang sangat religius dalam kehidupannya sehari-hari. Pria kelahiran Ngawi Jawa Timur, 26 Mei 1961 ini sejak kecil hingga kini masih rajin melakukan ritual puasa sunnah Senin-Kamis serta rutin melaksanakan ibadah sholat malam (tahadjud).
Prijanto merupakan anak ketujuh dari sembilan bersaudara lahir dari pasangan Sumantri Wignjowijandjono dan Sumirah. Sang ayah merupakan seorang guru agama Islam di Ngawi serta merupakan pegawai kantor Pendidikan Agama di Karesidenan Madiun.
Prijanto kecil dikenal sebagai anak yang pandai bergaul dan memiliki banyak teman, namun untuk menjaga dari hal-hal negatif orangtuanya terus membekali Prijanto dengan ilmu agama.
Sebagai seorang guru agama, ayahanda Prijanto bahkan turun langsung menggembleng anak-anaknya dengan selalu menggelar pengajian di rumah. "Kadang-kadang pengajiannya dilakukan dirumah, kadang di rumah tetangga. Yah, hitung-hitung sambil membangun silaturahmi dengan lingkungan," ujar Prijanto.
Dalam pengajian itu, Prijanto kecil juga mengajak serta teman-teman bermainnya untuk bersama-sama menimba ilmu agama dari sang guru yang notabene adalah ayahnya sendiri. "Sejak kecil ayah saya selalu menanamkan bahwa dalam hidup ini bekal paling penting adalah agama. Ini mutlak dan perlu. Tidak bisa ditawar-tawar," jelas pria yang pensiun dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal TNI itu.
Hingga saat ini, lanjut Prijanto, dirinya tetap berusaha istiqomah dan tetap berusaha konsisten mengikuti aturan agama. "Ketika ada godaan untuk sedikit menyimpang, saya ingat Firman Allah dalam surat Yasin ayat 12. Dalam surat itu kita diingatkan bahwa setelah kita dimatikan Allah SWT, maka nanti kita akan dihidupkan dan diminta pertanggungjawabannya atas perilaku ketika kita masih di dunia. Disana kita tidak akan mungkin menutup-nutupi segala sesuatu karena Allah pasti melihat dan mencatat segala perilaku kita semasa hidup. Inilah yang saya tanamkan juga kepada anak-anak serta prajurit saya di lapangan," terang Prijanto.
Beberapa teman satu SMA menuturkan, sosok Prijanto merupakan pribadi yang sederhana, namun juga sangat dermawan. "Pandai bergaul dan tidak pilih-pilih teman. Dia bergaul dengan semua kalangan," ujar Dr Ir Kardono, sahabat dekat Prijanto semasa di bangku SMA Negeri I Ngawi, Jawa Timur.
Dikisahkannya, Prijanto di mata para sahabat adalah sosok yang sempurna. "Dia agamis, bisa bergaul pintar, jujur dan polos. Kita dulu lima sekawan seringkali jalan-jalan. Tapi dulu kalau kita jalan-jalan selalu naik sepeda, bahkan dari Ngawi sampai ke Surabaya kita pernah tempuh bareng," kenang Kardono yang kini bekerja di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Soal nilai pelajaran di sekolah, Prijanto cukup pintar dan berprestasi walaupun bukan menjadi peringkat pertama. Prijanto muda, menurut sahabat karibnya itu, dikenal sangat menguasai mata pelajaran ilmu ukur. ruang. "Menjelang kelulusan, Prijanto sempat bercerita dirinya ingin masuk sekolah militer, namun orangtuanya berharap agar dirinya tidak jadi tentara. Karena itu ia masuk kampus IKIP," cerita Kardono.
Walau demikian, Prijanto diam-diam tetap berusaha untuk bisa kuliah di Akademi Militer. Menurutnya, menjadi seorang prajurit merupakan sebuah kebanggaan setiap anak muda saat itu. "Apalagi saya lihat kakak-kakak saya banyak yang jadi tentara, ada di Angkatan Darat dan Angkatan Laut," beber mantan Asisten Teritorial Mabes TNI Angkatan Darat itu.
Namun demi menghormati harapan sang ayah yang ingin tidak semua anaknya 'lari' ke militer, maka selepas SMA, Prijanto melanjutkan kuliah di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang Fakultas Keguruan Eksakta pada tahun 1970.
Belum tuntas menyelesaikan pendidikan di kampus calon guru itu, angan-angan Prijanto untuk menjadi seorang tentara justru makin menggebu. Akhirnya tahun 1972 Prijanto pindah ke AKABRI dan selesai pada tahun 1975.
Biasa hidup bebas dalam lingkungan perkuliahan di IKIP, pertama kali menjalani pendidikan kemiliteran Prijanto mengaku kaget. Ketatnya aturan dan disiplin yang tinggi menjadi alasan kekagetannya. "Untung sejak kecil orangtua telah menanamkan kedisiplinan sehingga saya cepat bisa beradaptasi," imbuh suami Widyastuti itu. Prijanto terpilih sebagai wakil gubernur DKI Jakarta mendampingi Fauzi Bowo pada Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah DKI Jakarta 2007. Prijanto pernah terlibat aktif dalam Operasi Seroja di Timor Timur pada tahun 1978.
Pendidikan
- SD 1963
- SMP 1966
- SMA 1969
- Lulus AKABRI 01-12-1975
- Sussargab 1976
- Sus Pa Turbak Arhanud 1980
- Susjurpal.70 1981
- Sussarpur 1985
- Seskoad 1990
- Sesko ABRI 1997
- Lemhanas 2006
Karir militer
Jabatan militer yang dipegangnya secara berturut-turut :
- Danton 1976
- Danrai 1979
- Kasi-2/Ops Yonarhanudri 1983
- Gumil Akmil 1987
- Wadanyon Demon Akmil 1989
- Ps. Kabagbinsat Arh Pusenart 1990
- Kabagbinsat Arh Pussenart 1991
- Danyon Arhanudse-6 Dam Jaya 1992
- Padyalat Sopsdam Jaya 1993
- Kaspri Pangdam Jaya 1995
- Kasmen Arhanudsedam Jaya 1995
- Pamen Dam Jaya 1997
- Danmen Dam Jaya 1997
- Koorspri 1998
- Danrem Jayakarya Dam Jaya 1999
- Pamen Ahli Kasad Bid Sosbud 2000
- Dandenma Mabesad 2002
- Kasgartap Jakarta 2003
- Kasdam Jaya 2005
- Aster Kasad 2006
- Pensiun dini atas permintaan pribadi untuk mengikuti Pilkada DKI Jakarta, 2007
Penghargaan
- Satya Lencana Kesetiaan VIII
- Satya Lencana Kesetiaan XVI
- Satya Lencana Kesetiaan XXII
- BY. Kepnarya
- BY. Yudha Dharma Nararya
- Satya Lencana Dwijasista
Karir politik
- Wakil gubernur DKI Jakarta, 2007-2012
Keluarga
Prijanto beristri Widyastuti Endang S dan mempunyai dua anak yaitu Whisnu Putro dan Putri.