Willy Amrull

Revisi sejak 17 Juni 2016 12.59 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Penggantian teks otomatis (-Hindia-Belanda +Hindia Belanda))

Abdul Wadud Karim Amrullah atau AWKA yang kemudian juga dikenal dengan nama Willy Amrull (7 Juni 1927 – 25 Maret 2012) adalah seorang pendeta Amerika Serikat keturunan Indonesia.

Willy Amrull
Berkas:Willy Amrull.jpg
LahirAbdul Wadud Karim Amrullah
(1927-06-07)7 Juni 1927
Belanda Kampung Kubu, Sungai Batang, Maninjau, Agam, Hindia Belanda
Meninggal25 Maret 2012(2012-03-25) (umur 84)
Amerika Serikat Los Angeles, California, Amerika Serikat
Kebangsaan Indonesia (awalnya)
 Amerika Serikat
Nama lainWilliam Karim Amrull[1]
PekerjaanPendeta
Suami/istriVera Ellen George (1970-2012)
AnakRehana Soetidja Amrull Rodriguez
Sutan Ibrahim Karim Amrullah (Sutan Amrull)
Siti Hindun Amrull Villarreal
Orang tuaAbdul Karim Amrullah
Siti Hindun[2]
KerabatAbdul Malik Karim Amrullah (kakak tiri)

Abdul Wadud atau Willy Amrull lahir sebagai anak tunggal dari istri ketiga Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) yaitu Siti Hindun. Ia merupakan adik lain ibu dari Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA). Abdul Wadud menghabiskan masa kecilnya di Maninjau. Sebta hukuaimana anak-anak Minangkabau lainnya, waktu kecil ia pergi ke surau di kampungnya dan pergi sekolah agama di Padang Panjang yang dikelola oleh murid-murid ayahnya.

Selanjutnya ia meninggalkan Minangkabau pada 8 Agustus 1941 bersama ayahnya ke Sukabumi, ketika ayahnya dibuang oleh pemerintah Hindia Belanda karena aktivitas perjuangannya.

Informasi berbeda dari Museum Buya Hamka di Sungai Batang Maninjau, bahwa dahulu Ayah Buya Hamka (H.Rasul) pernah menikah di kampungnya Sungai Batang Maninjau dengan seorang perempuan yang telah memiliki anak dan itulah ia yang bernama Abdul Wadud. Namun tidak lama dinikahinya perempuan itu lebih kurang hanya selama satu tahun dan kemudian H.Rasul kembali ke Padang Panjang ke Ibu Buya Hamka. Artinya isteri di kampung tadi sudah diceraikannya. Jadi Abdul Wadud itu adalah anak tiri H. Rasul dan bukan se ayah dengan Buya Hamka. Kata sumber dari museum Buya Hamka itu, Abdul Waldud sudah dibuang dari nagari Sungai Batang sepanjang adat, dan hak-hak sosial maupun budayanya sudah dicabut. Artinya ia bukan orang Minang lagi.

Petualanganadh

Selepas kematian ayahnya pada 1945, Abdul Wadud berangkat ke Rotterdam dengan bekerja sebagai tukang binatu di kapal MS Willem Ruys yang berangkat dari Tanjung Priok pada Februari 1949.

Selanjutnya ia meneruskan petualangan ke Amerika Serikat dan Amerika Selatan pada 1950 sebelum akhirnya memutuskan untuk menetap di San Francisco, California. Di California, Abdul Wadud mendirikan IMI (Ikatan Masyarakat Indonesia) tahun 1962. Kemudian ia menikah dengan Vera Ellen George, seorang gadis Indo, pada 6 Juni 1970 dan belakangan dikaruniai 3 orang anak. Ia juga aktif dalam kegiatan Islamic Center yang dikelola oleh para imigran Islam dari Indonesia dan negara-negara Islam lainnya di Los Angeles.

Kembali ke Indonesia

Pada tahun 1977 keluarga ini kembali ke Indonesia dan bekerja di biro perjalanan milik Hasjim Ning di Bali. Pada saat bisnis mereka bermasalah, istrinya yang mualaf kembali diajak teman-temannya untuk pergi ke gereja. Tidak itu saja, sang istri juga mengajak si suami untuk turut serta. Akibatnya mereka sering bertengkar hebat. Setelah cukup lama dalam kesulitan ekonomi, pada tahun 1981, ia setuju mengikuti agama istrinya. Pada tahun 1983, ia dibaptis oleh Pendeta Gereja Baptis Gerard Pinkston di Kebayoran Baru.

Selanjutnya ia kembali ke Amerika Serikat tahun itu juga, menyusul istri dan anak-anaknya yang sudah lebih dahulu meninggalkan Indonesia. Tidak lama kemudian Abdul Wadud ditahbiskan menjadi pendeta di Gereja Pekabaran Injil Indonesia (GPII) (sekarang Gereja Misi Injili Indonesia/GMII) di California. Sejak itu ia lebih dikenal dengan nama Pendeta Willy Amrull.

Kasus Wawah

Di Sumatera Barat (Sumbar), Willy Amrull dikenal sebagai Pendeta Willy. Pada tahun 1999, dirinya jadi perbincangan ramai karena Kasus Wawah yang menghebohkan masyarakat Sumbar. Pada kasus tersebut, Pendeta Willy bersama Yanuardi Koto menjadi "aktor" penting dalam upaya kristenisasi di Ranah Minang. Awalnya, Pendeta Willy memakai nama samaran Badru Amarullah, dan mengaku sebagai pengusaha dan juga orang yang berdinas di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amerika Serikat.[3]

Di Padang, Pendeta Willy tinggal di sebuah rumah yang dihadiahkan oleh seorang pengusaha hotel. Rumah tersebut juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya pendeta-pendeta muda yang akan melaksanakan misi kristenisasi di Sumatera Barat. Selama berdomisili di kota Padang, Badru Amarullah atau Pendeta Willy aktif sebagai pembina Persekutuan Kristen Sumatera Barat (PKSB), sebuah organisasi yang diketuai oleh Yanuardi Koto.[3]

Kemudian terjadilah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh orang-orang yang dibina oleh Badru Amarullah atau Pendeta Willy dan Yanuardi Koto. Dalam peristiwa yang menghebohkan tersebut, Wawah, seorang siswa, diculik dan dibaptis lalu juga ada yang memperkosanya. Kasus tersebut kemudian disidangkan di Pengadilan Negeri Padang, sedangkan Willy Amrull sudah menghilang entah kemana.

Referensi

  1. ^ Personal Highlights of Willy Amrull. Jabez Minang Outreach. Diakses 06-08-2015.
  2. ^ Minang Saisuak #108 - Seorang “Murtadin” Besar Minangkabau. niadilova.blogdetik.com. Diakses 06-08-2015.
  3. ^ a b Membongkar Praktik Kristenisasi Jilid Dua. Majalah Sabili. Diakses 07-08-2015.

Pranala luar