Mangkunegara V
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara V (MN V) adalah penguasa kelima Kadipaten Praja Mangkunegaran yang bertakhta relatif singkat (1881-1896). Nama lahirnya adalah Gusti R.M. Sunita, putra kedua dari MN IV dengan permaisuri kedua, R.A. Dunuk (Kg.B.R.Ay. Adipati Arya MN IV)[1] Kakak kandung laki-lakinya, G.R.M. Prabu Sudibya, yang disiapkan oleh MN IV untuk menggantikannya sebagai pemegang takhta ternyata wafat pada usia remaja, sehingga Sunita-lah yang kemudian dipersiapkan sebagai pewaris takhta.
K.G.P.A.A. Mangkunegara V | |
---|---|
Berkas:KGPAA 5 MGR.JPG | |
Adipati Mangkunegaran | |
Masa jabatan 1881–1896 | |
KGPAA Prabu Prangwedana V | |
Masa jabatan 5 September 1881 – 4 Mei 1894 | |
KGPAA Mangkunegara V | |
Masa jabatan 4 Mei 1894 – 2 Oktober 1896 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Gusti R.M. Sunita 16 April 1855 (Senin Legi, 29 Rejeb 1783 tahun Dal, windu Kuntara Surakarta |
Meninggal | 2 Oktober 1896 (malam Jumat Legi, 24 Rabingulakir 1826 tahun Jimakir, windu Sengara) Hutan Kethu, Wonogiri |
Makam | Astana Girilayu, Matesih, Karanganyar. |
Suami/istri | Padmi: R.Aj. Kusmardinah (tidak berputra) Selir berputra: 17 orang |
Anak | 25 orang (dari 17 selir) |
Orang tua | Ayah: Mangkunegara IV Ibu: R.A. Dunuk (padmi/permaisuri) |
Tempat tinggal | Istana Mangkunegaran |
Sunting kotak info • L • B |
Pemerintahan MN V diwarnai dengan kesulitan keuangan karena suramnya situasi perdagangan gula tebu, komoditas yang menjadi andalan pemasukan ekonomi Praja. Sedemikian parahnya, sehingga Praja harus berhutang kepada pemerintah Hindia-Belanda dan hutang ini tidak terbayarkan hingga wafatnya, pada tahun 1896. Meskipun demikian, MN V dikenal menyukai kesenian, sehingga pada masa pemerintahannya tercipta beberapa tarian Jawa klasik gaya Mangkunegaran yang populer dan masih dipergelarkan hingga saat ini.
MN V digantikan oleh adik kandungnya, G.R.M. Suyitna, sebagai Mangkunegara VI, mengingat putranya tertua belum mencapai kedewasaan pada saat wafatnya.
Pemerintahan
Pemerintahan Mangkunegara V tergolong relatif singkat dan beberapa catatan yang dapat ditulis mengenai pemerintahannya adalah sekitar masalah meneruskan usaha bisnis Praja yang telah dirintis oleh ayah dan pendahulunya yakni Mangkunegara IV.
Dalam masa pemerintahannya, pabrik-pabrik gula milik Praja (PG Colomadu dan PG Tasikmadu) mengalami defisit anggaran dan keberlangsungan industri gula. Mangkunegara V tahun 1885 berusaha mencari pinjaman kepada Belanda melalui Residen Surakarta tetapi ditolak. Penolakan ini didasarkan karena Mangkunegara V tidak memberi kepastian penghentian model pengurusan keuangan yang salah urus. Belanda mengusulkan soal keuangan diserahkan kepada suatu komisi yang diangkat oleh Residen setelah dirundingkan dengan Mangkunegara V. Dalam komisi ini Belanda juga mengusulkan agar asisten Residen masuk dalam komisi bersama dengan para keturunan Mangkunegara II, III, IV, dan V dalam suatu kepanitiaan[butuh rujukan].
Komisi itu dinamakan Dewan Pengawas yang mengatur urusan keuangan, tanah dan barang barang milik Mangkunegaran. Mangkunegara V menolak adanya komisi tersebut karena pada hakikatnya Belanda mencampuri urusan dan mengawasi Mangkunegaran dalam urusan keuangan. Mangkunegara V didukung oleh patihnya, Raden Tumenggung Jaya Sarosa, yang sudah menjabat patih sejak Mangkunegara IV. Masa pemerintahan Mangkunegara V berakhir 2 Oktober 1896 karena ia meninggal setelah mengalami kecelakaan di Hutan Kethu, Wonogiri, dalam usia 41 tahun.
Dalam berbagai literatur[siapa?] disebutkan bahwa mangkatnya Mangkunegara V tidak meninggalkan putra mahkota sehingga menurut salah satu sumber dikatakan bahwa penggantinya sebagai Mangkunegara VI adalah adiknya adalah atas persetujuan dan arahan dari ibundanya G.R.Ay. Dunuk.
Dua putra Mangkunegara V yakni KPH.Suryakusuma dan RMA. Suryasuparta secara potensial adalah generasi penerus Mangkunegara tetapi karena suatu proses politik dan kekuasaan yang terus berjalan mengharuskan kedua kakak-beradik itu dengan rela harus menerima keberadaan pamannya KPH.Dayaningrat sebagai Mangkunegara VI yang mengemban tugas menyelamatkan keuangan kerajaan yang terjebak dalam hutang kepada kerajaan Belanda.
Pembinaan kesenian
Kesenian, terutama seni tari, di Istana Mangkunegaran pada masa MN V mengalami perkembangan yang pesat, di tengah lesunya perekonomian. MN V sangat menyukai seni pertunjukan, terutama tari, dan didukung oleh para pelatih tari dan koreografer handal sejak masa MN IV. Banyak tari-tarian klasik gaya Surakarta-Mangkunegaran yang populer di era moderen diciptakan pada masa pemerintahan MN V. Beberapa tarian klasik yang diciptakan pada masa pemerintahan MN V adalah Tari Gatutkaca Gandrung, Tari Gatutkaca Dadungawuk, dan Tari Srimpi Mandrarini. Kesenian Langendriyan juga dikembangkan pada masa MN V.
Kesenian Wayang Wong gaya Surakarta yang diciptakan oleh Pangeran Sambernyawa[butuh rujukan] dan memuncak dalam zaman Mangkunegara IV sedikit menggelepar sebelum akhirnya seorang Tionghoa bernama Gam Kang dengan restu Mangkunegara V (1895) mendirikan Grup Wayang Orang profesional di luar Istana yang pertama di Surakarta dengan nama Wayang Wong Sriwedari.[butuh rujukan]
Bintang Jasa Mangkunegara V
Mangkunegara V adalah pemegang bintang Singa Netherlands
Putra Putri Mangkunegara V
1. BRAj. Sutikah menikah dengan RMPj. Gondokusumo 2. KPA. Suryokusumo menikah dengan BRaj. Catharina Bertha 3. BRAj. Samekti 4. BRAj. Marwestri 5. BRAj. Sutantinah menikah dengan KPA. Kusumodiningrat 6. BRAj. Sutitah 7. KPAr. Suryosutanto 8. RM. Suparto ( KGPAA Mangkunegara VII) 9. BRM Ar. Suryosukanto 10. KPA. Suryosudarso 11. BRMA. Suryosugiyanto 12. BRM. Suryosurarto 13. BRM. Suryosubandriyo 14. BRAj. TgA. Daryosugondo 15. KPA. Suryosumarno 16. BRAj. PA. Mloyokusumo 17. BRM A. Suryosuwito 18. BRM A. Suryosumanto 19. BRA. Subastutu sedo 20. BRMA. Suryosularjo 21. BRAj. Sugiyanti sedo 22. BRM. Sukamto sedo 23. BRM Ar. Suryosubandoro 24. BRM. Suryosumasto
Catatan kaki
- ^ Soemahatmaka et al., 1973; hal. 171.
Rujukan
- Soemahatmaka et al. 1973. Pratelan Para Darah Dalem Soewarg Kangdjeng Goesti Pangeran Adipati Arja Mangkoenagara I. hing Soerakarta Hadiningrat: Asalsilah Djilid I. Istana Mangkunegaran. Surakarta.
- Suryasuparta. 1916. Cariyos Kêkesahan saking Tanah Jawi dhatêng Nagari Walandi. Seri dari: Serie uitgaven door bemiddeling der Commissie voor de Volkslectuur. Jenis: Cetakan, Bhs. Jawa, Hrf. Jawa, Bentuk: Gancaran, Jml.hal. 234, No.Rec. 530.
- Jayang Gêni. 1935. Cariyos Lêlampahanipun Ki Padmasusastra Dhatêng Nagari Nèdêrlan. Jml.hal. 31, No.Rec. 249.
- http://www.persee.fr/web/revues/home/prescript/article/arch_0044-8613_1982_num_24_1_1771
- http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:boVPC0rBQRkJ:en.rodovid.org/wk/Person:26116+Mangkunegara+V&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id
- http://gondosuputran.blogspot.com/2007/03/legiun-mangkunegaran.html
- Wasino. 2008. Kapitalisme Bumi Putra: Perubahan Masyarakat Mangkunegaran. LKiS.´Jakarta. ISBN: 979-1283-11-7. ISBN 13: 978-979-1283-11-3.
Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Mangkunegara IV |
Adipati Mangkunegara 1881-1896 |
Diteruskan oleh: Mangkunegara VI |