Zhangsun

Revisi sejak 17 Juli 2016 14.12 oleh Hafidh Wahyu P (bicara | kontrib) (Dibuat dengan menerjemahkan halaman "Empress Zhangsun")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Permaisuri Zhangsun (長孫皇后, Zhǎngsūn huánghòu) (601 – 28 juli 636[1]), secara resmi Permaisuri Wendeshunsheng (文德順聖皇后, Wén dé shùn shèng huánghòu) atau, singkatnya, Permaisuri Wende (文德皇后, Wén dé huánghòu), adalah seorang permaisuri Kaisar Tiongkok. Dia adalah istri dari Kaisar Taizong dan ibu dari Kaisar Gaozong. Dia berasal dari Xianbei dan berpendidikan tinggi.[2]

Latar belakang

Permaisuri lahir pada tahun 601. Ayahnya adalah jenderal pada masa Dinasti Sui, Zhangsun Sheng (長孫晟). Ibunya berasal dari marga Gao, putri dari seorang pejabat bernama Gao Jingde (高敬德).[3] Dia memiliki setidaknya empat kakak—kakak tertua Zhangsun Xingbu (長孫行布, tewas pada 604 saat melawan pemberontakan dari saudara Kaisar Yang, Yang Liang Pangeran dari Han), Zhangsun Heng'an (長孫恆安), Zhangsun Anye (長孫安業), dan Zhangsun Wuji. (Zhangsun Wuji adalah saudara seayah-seibu dari permaisuri, Zhangsun Anye berbeda ibu; sedangkan ibu dari Zhangsun Xingbu dan Zhangsun Heng'an tidak tercatat dalam sejarah.) Zhangsun Sheng meninggal di 609 dan Zhangsun Anye mengusir adik-adiknya beserta ibu tirinya ke kediaman Gao Shilian, paman permaisuri dari pihak ibu. Pada tahun 614, dia menikah dengan Li Shimin, putra kedua dari jenderal Li Yuan. Saat itu Li Shimin berusia 15 tahun dan Zhangsun baru 13 tahun.

Sebagai Putri dari Qin dan Putri Mahkota

Pada tahun 618, Li Yuan menyatakan diri sebagai kaisar dan mendirikan Dinasti Tang, yang kemudian dianugerahi gelar Kaisar Gaozu. Kemudian kaisar baru menunjuk putranya, Li Shimin, sebagai Pangeran Qin, dan istrinya sebagai Putri dari Qin. Pasangan itu akhirnya memiliki tiga anak laki – Li Chengqian, Li Tai, dan Li Zhi – dan setidaknya tiga anak perempuan, yang kemudian dinamai Putri Changle, Jinyang, dan Xincheng.

Pada keberjalanannya, Li Shimin menjadi jenderal yang paling handal pada upaya menyatukan tanah Tiongkok setelah kejatuhan Dinasti Sui, seperti mengalahkan Xue Rengao sang Kaisar Qin, Liu Wuzhou sang Khan Dingyang, Wang Shichong sang Kaisar Zheng, dan Dou Jiande Pangeran Xia. Capaian itu membuat pengaruhnya mengungguli kakaknya, Li Jiancheng sang putra mahkota. Pada gilirannya, hal ini membuat perselisihan di antara keduanya dan usaha Putri Zhangsun untuk meredam ketegangan di antara mereka tidak berhasil.

Hubungan kedua saudara tersebut semakin memburuk. Puncaknya, pada tahun 626, Putra Mahkota Li Jiancheng dan saudaranya yang lain, Li Yuanji Pangeran Qi, mengatur siasat untuk menyergap Li Shimin. Tapi Li Shimin mendengar tentang perangkap ini dan berusaha melawan dengan mengerahkan pasukan pribadinya di kediamannya. Dikatakan bahwa Putri Zhangsun bertemu secara pribadi di hadapan para pasukan guna menyemangati mereka. Kakak Putri Zhangsun, Zhangsun Wuji adalah salah satu ahli siasat utama Li Shimin dalam masalah ini. Li Shimin yang mampu untuk menangkal Li Jiancheng dan Li Yuanji di Gerbang Xuanwu kemudian membunuh mereka, dan lantas memaksa Kaisar Gaozu untuk menunjuk dia menjadi putra mahkota dan Putri Zhangsun ditetapkan sebagai putri mahkota. Dua bulan kemudian, Kaisar Gaozu turun tahta dan Li Shimin naik tahta (kelak dianugerahi nama kuil "Taizong"). Hal ini menjadikan Putri Zhangsun dinobatkan sebagai permaisuri dan putra tertua mereka, Li Chengqian, menjadi putra mahkota.

Sebagai Permaisuri

Sebagai permaisuri, kehidupan Permaisuri Zhangsun dikatakan terbilang sederhana, hanya mengambil persediaan yang dibutuhkan tanpa bermewah-mewahan. Ketika ibu susu dari Li Chengqian, Nyonya Sui'an, mengatakan bahwa istana tidak memiliki cukup barang dan meminta tambahan, permaisuri menjawab, "Semua putra mahkota harus khawatir tidak cukup memiliki kebajikan dan kemasyhuran. Mengapa khawatir tidak cukup memiliki barang-barang?" Juga dikatakan bahwa permaisuri jarang marah terhadap para dayang atau kasim yang melayaninya. Dia sering memberi Kaisar Taizong contoh-contoh dari sejarah yang mengilhami untuk memerintah lebih baik. Jika Kaisar Taizong marah pada dayang atau kasim tanpa alasan, permaisuri akan berpura-pura menjadi marah juga dan meminta untuk secara pribadi menginterogasi mereka dan menahan mereka di dalam tahanan. Bila kemarahan sang kaisar telah reda, permaisuri mulai memohon pengampunan atas nama mereka, menjadikan berkurangnya hukuman yang tak layak dalam istana. Dikatakan bahwa setiap kali para selir Taizong atau para dayang jatuh sakit, dia akan secara pribadi mengunjungi mereka dan mengurangi pengeluarannya sendiri untuk merawat mereka.

Kaisar Taizong kerap berdiskusi dengan permaisuri mengenai masalah hadiah dan hukuman untuk melihat pendapatnya, tetapi permaisuri selalu menolak dengan alasan bahwa itu bukan tempatnya. Dia juga tidak menyetujui saudaranya, Zhangsun Wuji, yang telah berjasa besar terhadap Taizong diangkat menjadi menteri, guna mencegah hal buruk terjadi sebagaimana yang terjadi pada Permaisuri Lü Zhi dan Huo Guang pada masa Dinasti Han.



Pada tahun 627, saudara permaisuri yang lain, Zhangsun Anye, terlibat dalam upaya pemberontakan bersama beberapa jenderal. Sebagaimana hukum yang berlaku, para pemberontak harus dihukum mati. Tetapi permaisuri menengahi masalah ini dan beralasan bahwa meski saudaranya pantas mati, orang-orang akan mulai berpikir kalau ini adalah upaya balas dendam permaisuri atas perlakuan saudaranya di masa kecil. Taizong mengampuni jiwa Zhangsun Anye dan menggantinya dengan hukuman pengasingan.

In 632, Emperor Taizong was about to marry the Princess Changle to Zhangsun Wuji's son Zhangsun Chong (長孫沖). As the princess was born of Empress Zhangsun and was his favorite daughter, Emperor Taizong ordered that her dowry had to exceed that for his sister, the Princess Yongjia. The chancellor Wei Zheng advised against it, pointing out that this was contrary to Emperor Ming of Han's observation that his sons should not be as honored as his brothers. Emperor Taizong agreed and also informed Empress Zhangsun, who was greatly impressed with Wei's honest advice, and therefore, after receiving permission from Emperor Taizong, she had her eunuchs send rewards of money and silk to Wei, praising him for his honesty. On another occasion, after Emperor Taizong returned from an imperial gathering, he was angry and yelled, "Let me find a chance to kill this red-neck!" Empress Zhangsun asked whom he was referring to, and he replied, "I am referring to Wei Zheng. He always find a way to insult me in front of everyone in the imperial hall!" Empress Zhangsun retreated to her bedchambers and put on the official empress gown; standing solemnly, she prepared to bow to Emperor Taizong. He was surprised, and asked her what the reason was. She responded, "I have heard that only a most able emperor will have subordinates who have integrity. Wei shows this much integrity because you are an able emperor. How can I not congratulate you?" Emperor Taizong's anger turned to happiness, and he did not punish Wei. Later that year, on an occasion when Emperor Taizong and she personally visited Emperor Gaozu (who had then taken the title of Taishang Huang (retired emperor)) at his Da'an Palace (大安宮), they personally served a feast to him.

References

Footnotes

  1. ^ 兩千年中西曆轉換
  2. ^ Barbara Bennett Peterson (2000). Barbara Bennett Peterson, ed. Notable women of China: Shang dynasty to the early twentieth century (edisi ke-illustrated). M.E. Sharpe. hlm. 181. ISBN 0-7656-0504-X. Diakses tanggal 28 June 2010. 
  3. ^ While historical records clearly state that Lady Gao was Zhangsun Sheng's wife, she might have not been his first wife, as while it was possible that Empress Zhangsun's older brother Zhangsun Anye, who was said to have expelled Zhangsun Wuji and Empress Zhangsun from the Zhangsun household, could have done so merely on pure strength, he might not have otherwise had the authority to do so had his mother not also have been a wife (i.e., a wife who died prior to Zhangsun Sheng's marriage to Lady Gao) rather than a concubine.