Ali Kalora

pengikut ISIS dan teroris asal Indonesia

Ali Kalora, dengan nama lahir Ali Ahmad, (Bahasa Arab: علي أحمد) adalah seorang militan Islam Indonesia dan anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Ia diduga bersembunyi di hutan belantara Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah bersama dengan sisa kelompok Santoso. Pada 18 Juli 2016, setelah kematian Santoso, ia diduga menggantikan posisi Santoso sebagai pemimpin di kelompok MIT bersama dengan Basri.[1]

Ali Kalora
Berkas:Ali Kalora (Ali Ahmad).png
Nama asalعلي أحمد
LahirAli Ahmad
Kalora, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah, Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Nama lainAli Ahmad
OrganisasiMujahidin Indonesia Timur
Negara Islam Irak dan Syam
Dikenal atasTerorisme, Pengeboman
GelarAnggota Mujahidin Indonesia Timur
Lawan politikKepolisian Negara Republik Indonesia
Tentara Nasional Indonesia
Suami/istriTini Susantika

Kehidupan pribadi

Ali lahir di Kalora, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah, Indonesia. Dia memiliki seorang istri yang bernama Tini Susantika, alias Umi Farel. Nama 'Kalora' di namanya, di ambil dari wilayah tempatnya dilahirkan, sehingga nama Ali Kalora seringkali digunakan di media massa.[2]

Keterlibatan dalam terorisme

Mujahidin Indonesia Timur

Ali merupakan salah satu pengikut senior Santoso di kelompok Mujahidin Indonesia Timur. Setelah kematian Daeng Koro, salah satu figur senior di kelompok MIT, Ali dipercayakan untuk memimpin kelompok teroris yang sebelumnya dipimpin oleh Daeng Koro. Faktor kedekatannya dengan Santoso dan mengenal medan gerilya membuat ia diangkat menjadi pemimpin. Selain itu, Ali juga merupakan tokoh senior yang sejak awal mengikuti Santoso.

Peneliti Terorisme Intelijen Universitas Indonesia Ridwan Habib, berpendapat bahwa Ali Kalora adalah sosok penunjuk arah dan jalan di pegunungan dan hutan Poso. Ini karena Ali merupakan warga asli dari Desa Kalora, Poso, sehingga dirinya diyakini telah menguasai wilayah tempat tinggalnya. "Ali Kalora ini menjadi penunjuk arah dan jalan bagi rekan-rekannya. Kan bukan ada yang bukan dari Poso, Sulawesi. Ada juga yang datang dari China," katanya.[2]

Menurut Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen (Pol.) Rudy Sufahriadi, Ali Kalora adalah sosok radikal senior di kalangan gerilyawan di Poso. Rudy melanjutkan, Ali Kalora berpotensi menjadi 'Santoso baru' karena latar belakang pengalamannya yang cukup senior. "Selama ini memang dia paling senior. Paling lama jadi teroris di sana," ujar Rudy. Meski demikian, ia yakin kekuatan gerilya di bawah kepemimpinan keduanya tidak akan sebegitu merepotkan dibandingkan Santoso. Dia mengatakan bahwa Polri akan tetap melanjutkan program anti-radikalisme di Poso.[3]

Kapolri Jenderal (Pol.) Tito Karnavian, berpendapat bahwa Ali tidak memiliki kemampuan kepemimpinan yang sama dengan Santoso dan Basri, begitu pula dengan spesialisasi dan militansi. Tetapi dia berpendapat, kaderisasi bisa terjadi apabila aparat dan pemerintah menghentikan operasi penanggulangan terorisme di Poso sehingga operasi harus terus dilakukan untuk menetralisir dan menangkal ideologi radikal pro-kekerasan di Poso.[4]

Pemburuan

Tito Karnavian mengatakan, Operasi Tinombala akan terus dilanjutkan untuk menangkap teroris lainnya, yaitu Ali Kalora. Tito juga menghimbau kepada sisa pengikut Santoso yang lain untuk menyerahkan diri kepada pihak berwajib secara baik-baik, sehingga permasalahan konflik di Poso bisa diselesaikan secara bertahap.[5]

Referensi

  1. ^ "Polri Sebut Ali Kalora Jadi Pengganti Santoso". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2015-07-19. 
  2. ^ a b "Mengenal Sosok Ali Kalora, Pengganti Santoso di Poso". Tribunnews. Diakses tanggal 2016-07-19. 
  3. ^ "Setelah Santoso Tewas, Polisi Duga Ali Kalora Lanjutkan Gerilya". Kompas. Diakses tanggal 2016-07-19. 
  4. ^ "Inilah Sosok Ali Kalora yang Diduga Menggantikan Santoso". Status Aceh. Diakses tanggal 2016-07-19. 
  5. ^ "Santoso Tertembak, Target Selanjutnya Ali Kalora". Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 2016-07-19.