Joseph Theodorus Suwatan

uskup Indonesia
Revisi sejak 6 Agustus 2016 14.35 oleh Medelam (bicara | kontrib)

Mgr. Joseph Theodorus Suwatan, M.S.C. (lahir 10 April 1940) adalah Uskup Manado yang telah menjabat sejak ditunjuk pada 8 Februari 1990.

Mgr.

Joseph Theodorus Suwatan

Uskup Manado
Berkas:Mgr. Jos Suwatan.jpg
GerejaGereja Katolik Roma
KeuskupanManado
Penunjukan8 Februari 1990
PendahuluTheodorus Hubertus Moors, M.S.C.
Imamat
Tahbisan imam
8 Januari 1969
(55 tahun, 322 hari)
Tahbisan uskup
29 Juni 1990
(34 tahun, 149 hari)
oleh Francesco Canalini
Informasi pribadi
Nama lahirJoseph Theodorus Suwatan
Lahir10 April 1940 (umur 84)
Belanda Tegal, Jawa Tengah
Kewarganegaraan Indonesia
DenominasiKatolik Roma
KediamanKeuskupan Manado
Jabatan sebelumnya
  • Provinsial MSC Indonesia (1981–1990)
SemboyanCredidimus Caritati (Yoh. 4:16)
(Kita telah mengenal dan telah percaya akan cinta Allah kepada kita)
LambangLambang Joseph Theodorus Suwatan

Latar belakang

Uskup Suwatan adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Theodorus Chairwakim dan Chatarina Srilany.[1] Masa SD dan SMP Suwatan dihabiskan di Kota Tegal. Setelah lulus dari SMP Pius, ia memutuskan mendaftar ke SMA Kanisius di Jakarta sejak 1955 hingga 1959. Selama bersekolah, ia bertempat tinggal di asrama. Pada saat duduk di kelas tiga, ia menjadi praeses (Ketua Kongregasi Maria). Selama muda, Suwatan bercita-cita menjadi dokter, namun karena gagal tes, ia akhirnya sempat menjalani pendidikan di FIPIA (Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam), Institut Teknologi Bandung (ITB), jurusan farmasi.

Di kampus ia ikut kegiatan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). Ia juga aktif dalam Kongregasi Maria untuk mahasiswa. Panggilan Suwatan ke dalam imamat terkait cerita oleh guru agamanya, Pater Kooymans OSC, yang menceritakan bahwa seorang imam muda telah meninggal dunia akibat kecelakaan. Hal ini membuat Suwatan bertekad untuk menggantikannya, dan kemudian ia memutuskan keluar dari ITB.

Dari mula, Suwatan hendak bergabung dengan tarekat MSC. Superior MSC Keuskupan Purwokerto, tempatnya mendaftar, langsung mengirimnya ke Purbalingga untuk belajar bahasa Latin. Setelah satu tahun, ia dinyatakan lulus dan dibolehkan masuk Novisiat MSC di Pineleng, Sulawesi Utara. Karena tahun 1960-an sedang berkecamuk perang Permesta, ia dikirim ke Filipina untuk Novisiat. Setelah novisiat, ia belajar filsafat dan teologi di Pineleng, Sulawesi Utara.

Karya

Ia mengucapkan kaul pertama pada 31 Mei 1962, yang bertepatan dengan Pesta Santa Perawan Maria mengunjungi Elisabeth. Kaul kekal ia ucapkan tiga tahun kemudian.[2] Ia ditahbiskan menjadi imam dari Ordo Misionaris Hati Kudus pada 8 Januari 1969 di paroki asalnya di Tegal. Setelah ditahbiskan, ia sempat menjadi pastor pembantu di Paroki Santo Josef, Purwokerto Timur. Setelah satu tahun bertugas di paroki, ia ditugaskan untuk studi lanjut di Universitas Katolik Leuven, Leuven, Belgia untuk mempelajari teologi dokmatik sejak tahun 1970 hingga tahun 1974.

Setelah lulus, ia diminta menjadi dosen teologi di Seminari Pineleng merangkap pembina para frater skolastikat. Selanjutnya ia ditugaskan menjadi superior skolastikat, pemimpin rumah bina para calon imam MSC di Pineleng selama tujuh tahun. Kapitel (rapat umum anggota) MSC Provinsi Indonesia tahun 1981 memilihnya menjadi Provinsial MSC Indonesia selama sembilan tahun atau tiga periode masa jabatan. Pada Februari 1990, Petrus Canisius Mandagi, M.S.C. terpilih sebagai Provinsial MSC.[3]

Pada 8 Februari 1990, Paus Yohanes Paulus II menunjuknya sebagai Uskup Manado. Ia ditahbiskan menjadi Uskup Manado pada 29 Juni 1990 di Stadion Klabat. Bertindak sebagai Uskup Konsekrator adalah Uskup Agung Francesco Canalini, Pro-Nuncio Apostolik untuk Indonesia dengan gelar Uskup Agung Valeria, sementara Uskup Emeritus Manado Theodorus Hubertus Moors, M.S.C. bersama dengan Uskup Agung Semarang Julius Darmaatmadja, S.J..

Mgr. Suwatan menjadi Uskup Penahbis Pendamping bagi Mgr. Johannes Liku Ada' sebagai Uskup Tituler Amantia ketika ia diangkat menjadi Uskup Auksilier Ujung Pandang pada 2 Februari 1992.[4]

Mgr Josef Suwatan dipilih menjadi Ketua KWI untuk masa jabatan 1997–2000. Dalam kedudukannya sebagai Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan dalam kaitan dengan peringatan hari kemerdekaan Indonesia pada tahun 1999 ia menulis pernyataan keras mengecam para pemimpin negara yang gagal melayani kepentingan rakyat, serta menyerukan diakhirnya korupsi yang meluas di lingkungan pemerintah. Uskup Suwatan juga turut berperan dalam ikut meredakan kerusuhan di Poso, Sulawesi Tengah. Pada tahun 2001 ia mengimbau komunitas internasional agar mencegah terjadinya genosida di Poso.[5] Ia juga memimpin perayaan Ekaristi untuk memberikan penghormatan terakhir kepada seorang imam Yesuit, Tarcisius Dewanto, S.J., anggota Serikat Yesus Provinsi Indonesia yang ikut menjadi korban tindak kekerasan di Timor Timur, di kompleks Gereja Nossa Senhora de Fatima, Suai pada awal September 1999.

Ia dikenal sebagai sosok yang mandiri, humoris dan suka anak-anak.

Referensi

Pranala luar

Jabatan Gereja Katolik
Didahului oleh:
Theodorus Hubertus Moors, M.S.C.
Uskup Manado
8 Februari 1990kini
Petahana