XTC
XTC atau Exalt To Coitus[note 1] adalah komunitas otomotif yang berdiri pada tahun 1982 oleh 4 orang pemuda Bandung. seperti yag tergambar pada logo XTC indonesia 4 bintang di bawah melambangkan pendiri XTC indonesia. Belakangan nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity dengan simbol kelompok berupa bendera berwarna paling atas putih-biru, muda-biru tua, tengahnya bergambar lebah yang secara harfiah oleh anggota kelompok XTC dimaknai sebagai solidaritas antar anggota, jauhnya, bila salah satu di antara mereka ada yang diserang, maka yang lainnya akan membela seperti halnya lebah. [2] Untuk menjadi anggota XTC, calon anggota harus mengikuti penggojlogan di Lembang. Biasanya calon akan diuji ketahanan fisik seperti ditendang, diinjak, dan dipukul. Selanjutnya diadakan tes mengendarai motor ke rumah tanpa rem. Kegiatan lainnya konvoi, adu balap, dan kriminal, seperti penodongan.
Sejarah
Awalnya XTC yang berarti Exalt To Coitus didirikan paramuda Bandung sebagai bentuk identitas kelompok yang menggemari dunia otomotif. Lambat laun organisasi non-formal ini mendapat apresiasi dari kalangan muda, utamanya remaja Sekolah Menengah Pertama dan Atas. Kelompok XTC dalam persepsi sebagian masyarakat dianggap gangster karena aktivitas jalanan berupa kebut-kebutan, balapan liar, bahkan tindak pidana ringan hingga berat berupa aksi massa yang mengakibatkan perkelahian massal dengan korban jiwa.
Aktivitas komunal seperti XTC mengenal terminologi Panglima Perang (Koordinator Perang) atau Rampasan Perang sebagai bagian dari hirarki dan psikologi kelompoknya. Panglima Perang adalah orang yang ditunjuk berdasarkan musyawarah internal dan berkewajiban menjadi garda terdepan apabila terjadi bentrokan dengan kelompok otomotif atau gangster sejenis. Sedangkan Rampasan Perang dalam terminologi mereka adalah upaya untuk meningkatkan harga diri sebagai penguasa wilayah tertentu. Rampasan Perang dipandang mereka bukan aksi kriminal, kilahnya, Rampasan Perang yang rata-rata berupa kendaraan otomotif berupa motor mereka rampas dari rivalnya tidak untuk diperjualbelikan melainkan hanya dibakar dan sebagai penanda unjuk kekuatan kelompok.
Pada masa pemilihan umum XTC menjadi simpatisan bayaran dari politisi dan partai politik dengan kompensasi berupa kucuran finansial. Semakin banyak massa semakin besar pula pendapatan kelompok yang masuk kas organisasi.
Menuju usia dekade ke-4, XTC Indonesia akhirnya mengikrarkan diri sebagai organisasi masyarakat (ormas) di tempat kelahirannya di Bandung, Minggu 7 Juni 2015. Perubahan tersebut menjadi yang kali kedua setelah pada 23 April 2013 eks geng bermotor terbesar di Bandung ini bertransformasi menjadi organisasi kepemudaan (OKP). "Organisasi kepemudaan tidak bisa bertahan lama karena terpatok oleh umur, sedangkan anggota XTC ada yang sudah berumur di atas 40 tahun. Ini wajar saja karena umur organisasi ini sudah 33 tahun," ujar Ketua Dewan Pembina XTC Indonesia, Ivan Rivky, kepada awak media di Bandung.
Ivan menjelaskan, XTC Indonesia mengalami perubahan karena tuntutan zaman. Pada awal berdiri, 31 Desember 1982 silam, XTC berwujud sebagai organisasi otomotif. Anggota organisasi ini menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan hingga ke Jepang dan Los Angeles, Amerika Serikat. Dari catatan terakhir, hingga kini, anggota XTC Indonesia mencapai 200.000 di 25 provinsi di Indonesia. Jumlah terbanyak berada di Bandung, yakni sebanyak 15.000 orang. "Selain Jabar, kantong-kantong anggota XTC terbanyak berada di Lampung dan Bali. Bahkan, Riau anggotanya mencapai 4.000 orang. Namun, saat ini, kami sedang mendata ulang anggota kami. Targetnya, sebelum munas, data resmi anggota sudah kami pegang," ucapnya.
Namun, dalam perkembangannya, XTC dikenal menjadi geng bermotor yang meresahkan, mulai dari perang antar-geng bermotor serta kerusuhan yang pernah melibatkan XTC. Hingga akhirnya XTC bertransformasi menjadi OKP dan menjadikan organisasi ke arah yang lebih baik. "Kami berubah ke arah lebih baik. Kami ingin menghilangkan stigma negatif. Geng motor adalah masa lalu kami yang telah kami bubarkan zamannya Pak Moeldoko dulu," tuturnya.
Berbagai cara untuk mengubah stigma negatif pun ditempuh. XTC memperketat tata tertib keanggotaan dan menjalin komunikasi dengan berbagai instansi, seperti polisi, TNI, termasuk pemerintah. Ivan mengaku organisasinya siap membantu semua program pemerintah, TNI, ataupun Polri. "Kami organisasi nonpartisan, tetapi membuka diri untuk bekerja sama dengan organisasi politik maupun nonpolitik demi terwujudnya Indonesia yang tenteram, adil, makmur, dan sejahtera dengan memegang moto 'Kekuatan dalam Persaudaraan'," katanya.
Ivan mengaku hingga kini masih ada segelintir orang yang berperilaku sebagai anggota geng bermotor. Mereka terkadang mengatasnamakan XTC. Namun, pendiri XTC ini meyakinkan bahwa organisasinya sudah berubah. Bahkan, polisi sudah mengetahui mana XTC asli dan XTC palsu.
Pranala luar
- "Geng Motor XTC Indonesia, Akan Bertransformasi Menjadi Ormas". beritaplatmerah.com. 7 Juni 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 28, 2015 3:06:29 AM UTC. Diakses tanggal 28 September 2015.
Lihat juga
Catatan
- ^ Exalt to Coitus artinya kurang lebih 'menyenangi segala sesuatu tentang seks'. Namun, sekarang berganti menjadi Exalt to Creativity. XTC dibentuk pada 1987 oleh tujuh orang siswa SMA swasta Bandung. Lambang XTC, lebah membawa samurai. Semboyan XTC: "Loe asik gw santai, loe usik gw bantai." Anggota XTC sekitar 5 ribu di Jawa Barat dengan pusat di Bandung. [1]
Referensi
- ^ Evan. Pusat Data Analisis Tempo (SELASA, 17 APRIL 2012 11:44 WIB). "Ini Geng Motor Paling Ditakuti di Jakarta-Bandung". metro.tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 28, 2015 4:04:01 AM UTC. Diakses tanggal 28 September 2014.
- ^ Reni Susanti, Bambang Priyo Jatmiko (ed.) (Minggu, 7 Juni 2015 17:41 WIB). "Salah Satu Geng Bermotor Terbesar di Bandung Bertransformasi Menjadi Ormas". regional.kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 Jun 15. Diakses tanggal 28 September 2015.