Taman Budaya Tionghoa Indonesia

taman di Indonesia
Revisi sejak 26 Agustus 2016 08.44 oleh AABot (bicara | kontrib) (Robot: Perubahan kosmetika)

Taman ini merupakan taman yang dibangun dengan menyuguhkan konsep bernuansa khas etnik Tionghoa. Taman ini berada di sisi timur, diapit oleh Wahana Pemancingan Telaga Mina dan Museum Perangko, Kompleks Taman Mini Indonesia Indah. Pendirian taman ini dimulai sejak tahun 2004, melalui Yayasan harapan Kita yang menyediakan lahan seluas 4,5 hektar kepada masyrakat Tionghoa Indonesia untuk membangun Taman Budaya Tionghoa di TMII. Kemudian pada tanggal 8 November 2006 dimulailah pembangunan Taman ini sekaligus peresmian pintu gerbang oleh ketua Yayasan Harapan Kita, Soeharto.

Dengan adanya Taman Budaya Tionghoa di TMII diharapkan akan menjadi daya tarik sekaligus menjadi salah satu wahana yang dapat memperlihatkan kepada masyarakat luas bahwa suku Tionghoa termasuk sejarah dan budayanya, merupakan bagian integral dalam sejarah dan budaya bangsa Indonesia. Pembangunan taman ini juga memiliki maksud dan tujuan untuk memamerkan artefak, foto-foto, arsitektur, taman, dan lain-lain yang berkaitan dengan eksistensi suku Tionghoa di kepulauan Nusantara ini.

Pembangunan kawasan taman ini didasari oleh keselarasan dan keseimbangan, filosofi paling tua yang dianut kalangan Tionghoa, dengan memadukan unsur yin (im) dan yang (kang), yakni unsur kekerasan (kasar) dan kelembutan (lembut), misalnya ada siang harus ada malam, ada daratan (dataran) harus ada lautan, ada air harus ada api, dan seterusnya. Itulah sebabnya taman ini berupa daratan dan danau buatan di bagian belakang.

Sepasang pilar pintu gerbang, lambing jantan dan betina, menjadi penanda pertama gugus taman. Di depan pintu gerbang terdapat sepasang patung kilin, hewan mirip Singa yang dipercaya sebagai peliharaan para Dewa. Di bagian belakang, tepat di tengah ruang, terdapat batu granit hitam berbentuk bulat sebagai citraan bola dunia. Batu dengan berat lebih dari satu ton itu ditopang penyangga sekaligus sebagai pipa yang dialiri air bertekanan tinggi untuk memutar batu granit bola dunia itu dengan arah putaran sesuai fengsui.

Kompleks taman ini dilengkapi dengan perkampungan kecil Tionghoa (pecinan) lengkap dengan segala pernak-pernik kampong pecinan, termasuk warna merah dan kuning emas yang mendominasi hampir semua kawasan ini berikut bangunan-bangunan berbentuk simetris. Selain itu, terdapat juga fasilitas lain untuk menambah kesan penggambaran secara lengkap kebudayaan Tionghoa Indonesia, seperti gazebo danau, sepasang tiang naga, patung Dewi Bulan, patung Kwan Kong, jembatan batu Sampek Eng Tay, dan Museum Laksamana Ceng Ho.

Pranala luar