Ginkaku-ji

bangunan kuil di Jepang
Revisi sejak 20 Januari 2008 08.26 oleh Midori (bicara | kontrib)

Ginkaku-ji (銀閣寺, Kuil Menara Perak) atau Kuil Paviliun Perak adalah nama populer untuk Jishō-ji (慈照寺), sebuah bangunan kuil Sekte Rinzai di distrik Sakyō, Kyoto, Jepang. Kuil ini adalah sebuah tatchū yang berada di luar kompleks kuil bernama Shōkoku-ji. Nama resminya adalah Tōzan Jishō-ji. Kuil ini dibangun atas perintah shogun Muromachi ke-8, Ashikaga Yoshimasa, sedangkan perintis pendirian kuil dikabarkan adalah seorang biksu bernama Musō Soseki. Namun Musō Soseki hidup satu abad sebelum Yoshimasa, sehingga kuil ini kemungkinan dibangun murid Musō Soseki yang mendirikan kuil ini dengan meminjam nama sang guru.

Jishō-ji

Jishō-ji (Ginkaku-ji)
Lokasi Kyoto, Jepang
Nama tempat Tōzan
Sekte Rinzai
Gohonzon Shaka Nyorai (Buddha Sakyamuni)
Tahun didirikan 1490
Pendiri Ashikaga Yoshimasa, Musō Soseki (atas nama)
Nama resmi Tōzan Jishō-ji
Nama lain Ginkaku-ji
Peninggalan
budaya
Ginkaku, Tōgudō, Kenpon Chakushoku Shunno Kumyōha (lukisan potret berwarna), taman tradisional Jepang
Ginkaku
Ginkaku tertutup salju

Bangunan bertingkat yang disebut Aula Kannon (Kannon-den) populer dengan sebutan Ginkaku. Aula Kannon bersama bangunan kuil secara keseluruhan disebut Ginkaku-ji. Nama Ginkaku-ji sudah digunakan dalam peta petunjuk tempat-tempat penting sejak zaman Edo.

Tidak seperti aula penyimpan tulang Buddha (shariden) di Kinkaku-ji (Kuil Paviliun Emas) yang dilapisi lembaran emas, aula Kannon di Ginkaku-ji (Kuil Paviliun Perak) tidak dilapisi lembaran perak.

Sejarah

Ashikaga Yoshimasa mewariskan jabatan shogun kepada putra pewarisnya, Ashikaga Yoshihisa pada tahun 1473. Setelah itu, Yoshimasa mulai mendirikan istana di tempat bernama Higashiyama, Kyoto. Di tempat tersebut dulunya terdapat kuil sekte Jōdo (Jōdo-ji) yang habis terbakar dalam Perang Ōnin. Hingga sekarang ini, nama Jōdo-ji tersisa sebagai nama tempat di lokasi bekas kuil bernama Jōdo-ji.

Setelah berakhirnya Perang Ōnin, Kyoto berada dalam kondisi ekonomi yang sulit. Keshogunan tidak memiliki uang sehingga Yoshimasa perlu menarik uang pajak sementara dari rakyat dan pajak tenaga berupa kewajiban bekerja untuk keshogunan. Semua dilakukan Yoshimasa bagi pembangunan Istana Higashiyama (Higashiyama-den). Selama pembangunan berlangsung, Yoshimasa menikmati hidup dengan upacara minum teh dan apresiasi seni lukis. Pembangunan istana terus berlangsung selama 8 tahun sebelum Yoshimasa meninggal dunia. Sebelum bangunan seluruhnya selesai, Yoshimasa pindah ke Istana Higashiyama pada tahun 1483. Di dalam Istana Higashiyama yang luas di antaranya terdapat aula rapat dan rumah kediaman shogun. Dibandingkan dengan Kinkaku-ji, Istana Higashiyama tidak begitu luas. Walaupun demikian, Istana Higashiyama memiliki arti penting di bidang politik karena digunakan sebagai gedung pemerintah Keshogunan Muromachi. Sekarang, bangunan dalam kompleks Istana Higashiyama hanya tersisa hanyalah Ginkaku-ji dan bangunan bernama Tōgudō.

Setelah Yoshimasa meninggal dunia pada tahun 1490, Istana Higashiyama dijadikan kuil peristirahatan untuk arwah Yoshimasa. Kuil tersebut diberi nama Jishō-ji, dan merupakan kuil cabang yang berada di luar kompleks Shōkoku-ji.

Pada akhir zaman Sengoku, Jishō-ji menjadi rumah peristirahatan seorang pejabat kampaku bernama Konoe Sakihisa. Sejak itu pula, biksu penjaga kuil Jishō-ji sebagian besar berasal dari keluarga besar Konoe. Setelah Sakihisa meninggal dunia, Jishō-ji menjadi kuil cabang dari Shōkoku-ji.

Pada tanggal 29 Maret 1952, Kementerian Pendidikan Jepang menetapkan taman di dalam kuil Jishō-ji sebagai situs bersejarah dan tempat berpemandangan indah. Pada 17 Desember 1994, Ginkaku-ji (Jishō-ji) sebagian bagian dari Bangunan Bersejarah Kota Lama Kyoto ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

Bangunan dalam kompleks

 
Tembok Ginkaku-ji di musim salju
 
Tōgudō
 
Kogetsudai
 
Taman pasir Ginshadan
  • Tembok Ginkaku-ji
Tembok ini terdapat di kedua sisi gerbang jalan masuk Jishō-ji hingga taman kuil.
  • Taman tradisional Jepang (situs bersejarah, tempat berpemandangan indah)
Di tengah-tengah taman terdapat sebuah kolam bernama Kinkyō. Kolam dikelilingi taman seperti lazimnya taman tradisional Jepang bergaya Chisen Kaiyū. Taman ini awalnya dibangun mengikuti model taman Saihō-ji (Kokedera), namun sudah direnovasi pada zaman Edo sehingga bentuk awal dari taman ini sudah tidak ada lagi. Di dalam taman terdapat taman pasir bernama Ginshadan (銀沙灘) dan gundukan pasir bernama Kōgetsudai (向月台). Keduanya sudah dibangun sejak akhir zaman Edo, walaupun juga sudah pernah dibangun sebelumnya. Pada tahun 1931, dari situs penggalian Istana Higashiyama ditemukan sisa-sisa taman pasir (Karesansui) yang diperkirakan berasal dari zaman Muromachi.
  • Tōgudō (東求堂, Aula Tōgu) (pusaka negara)
Ashikaga Yoshimasa mendirikan kuil pribadi pada tahun 1486. Kuil tersebut oleh biksu bernama Ōsen Keisan diberi nama Tōgudō. Dibangun berhadapan dengan kolam, bangunan ini berbentuk bujur sangkar keempat sisi yang panjanganya 6,4 meter. Di sisi bagian dalam tampak muka bangunan terdapat altar Buddha (butsuma), sedangkan di sisi kanan terdapat ruang kerja (shōin) milik Yoshimasa. Di sisi sebelah utara ruang kerja Yoshimasa terdapat sudut ruang dengan model Tsukeshoin (付書院) dan rak model Chigaidana (違棚). Keduanya merupakan peninggalan tertua dalam sejarah arsitektur ruangan tradisional Jepang, dan keduanya hingga sekarang digunakan sebagai model dalam pembangunan ruangan tradisional bergaya arsitektur Shoinzukuri dan ruangan upacara minum teh.
  • Ginkaku (銀閣) (pusaka negara)
Ginkaku adalah nama untuk Aula Kannon (観音殿, Kannon-den) yang didirikan Yoshimasa di Istana Higashiyama. Nama "Ginkaku" digunakan untuk menandingi Kinkaku-ji yang dibangun Ashikaga Yoshimitsu. Pemancangan tiang pertama dilakukan tahun 1489. Bangunan dibuat bertingkat, atap berbentuk hōgyō-zukuri[1], dengan penutup dari kokerabuki.[2]. Bila dilihat dari atas, panjang dan lebar bangunan adalah 8,2 x 7 meter. Lantai dasar disebut Shinkūden, dan bergaya arsitektur rumah tinggal. Lantai pertama disebut Kannon-kaku yang berfungsi sebagai butsudō (kuil). Sejak awal, pendiri bangunan ini memang tidak memiliki rencana untuk melapisi bangunan dengan lembaran perak. Alasannya, halaman bangunan dipenuhi dengan batu kerikil dan pohon-pohon yang bagus. Bahan bangunan yang digunakan juga bahan bangunan kelas satu. Penggunaan lembaran perak untuk melapisi bangunan tidak sesuai dengan konsep Kebudayaan Higashiyama yang berintikan budaya upacara minum teh dan ajaran Zen.

Daftar pustaka

  • Koji junrei Kyoto20 Kinkaku-ji, Ginkaku-ji. penyuting: Inoue Yasuhi, Tsukamoto Zenryū. Tankosha, 1977.
  • Takemura Toshinori. Shōwa Kyoto Meisho Zue. Volume "Rakutō". Shinshindo, 1981.
  • Shūkan Asahi Hyakka Nihon no Kokuhō. No. 68 (Jishō-ji hoka). Asahi Shimbun, 1998.
  • Nihon rekishi chimei taikei. Volume Kyōto-shi no chimei. Heibonsha, 1981.
  • Kadokawa nihon chimei daijiten. Kadokawa Shoten, 1991.
  • Kokushi daijiten. Yoshikawa Kōbunkan, 1928.

Pranala luar