Tari Gambyong
Gambyong merupakan salah satu bentuk tarian Jawa klasik yang berasal-mula dari wilayah Surakarta dan biasanya dibawakan untuk pertunjukan atau menyambut tamu. Gambyong bukanlah satu tarian saja melainkan terdiri dari bermacam-macam koreografi, yang paling dikenal adalah Tari Gambyong Pareanom (dengan beberapa variasi) dan Tari Gambyong Pangkur (dengan beberapa variasi). Meskipun banyak macamnya, tarian ini memiliki dasar gerakan yang sama, yaitu gerakan tarian tayub/tlèdhèk[1]. Pada dasarnya, gambyong dicipta untuk penari tunggal, namun sekarang lebih sering dibawakan oleh beberapa penari dengan menambahkan unsur blocking panggung[1] sehingga melibatkan garis dan gerak yang serba besar[2].
Sejarah
Pada mulanya tarian ini hanyalah tarian jalanan yang juga dipentaskan oleh penari jalanan yang biasa disebut dengan sebutan Tledek (Bahasa Jawa).[3] Nama Tledek yang menarikan tarian ini adalah Gambyong, ia cukup terkenal hampir di seluruh wilayah Surakarta pada Zaman Sinuhun Paku Buwono IV ( 1788 s/d 1820).[3] Si Gambyong memiliki suara yang indah serta gerakan yang gemulai, sehingga ia mudah dikenal orang.[3] Semenjak itulah tarian yang dimainkannya dijuluki Tarian Gambyong.[3]
Gerak Tari
Secara umum, Tari Gambyong terdiri atas tiga bagian, yaitu: awal, isi, dan akhir atau dalam istilah tari Jawa gaya Surakarta disebut dengan istilah maju beksan, beksan, dan mundur beksan.[4]
Yang menjadi pusat dari keseluruhan tarian ini terletak pada gerak kaki, lengan, tubuh, dan juga kepala.[3] Gerakan kepala dan juga tangan yang terkonsep adalah ciri khas utama tari Gambyong.[3] Selain itu pandangan mata selalu mengiringi atau mengikuti setiap gerak tangan dengan cara memandang arah jari-jari tangan juga merupakan hal yang sangat dominan.[3] Selain itu gerakan kaki yang begitu harmonis seirama membuat tarian gambyong indah dilihat.[3]
Penggunaan
- Pada awalnya, tari gambyong digunakan pada upacara ritual pertanian yang bertujuan untuk kesuburan padi dan perolehan panen yang melimpah.[1] Dewi Padi (Dewi Sri) digambarkan sebagai penari-penari yang sedang menari.[1]
- Sebelum pihak keraton Mangkunegara Surakarta menata ulang dan membakukan struktur gerakannya, tarian gambyong ini adalah milik rakyat sebagai bagian upacara.[1]
- Kini, tari gambyong dipergunakan untuk memeriahkan acara resepsi perkawinan dan menyambut tamu-tamu kehormatan atau kenegaraan.[1]
Ciri khusus
Rujukan
- ^ a b c d e f g Hari Sulastianto (2006). Seni Budaya. Bandung: Grafindo. ISBN 979-758-368-6.
- ^ Sigit Astono, Margono, Sumardi (2007). Seni Tari dan Seni Musik. Jakarta: Yudhistira. ISBN 979-746-155-6.
- ^ a b c d e f g h Rahimawati. "Tari Gambyong Tradisi Jawa Tengah yang Aduhai". Diakses tanggal 4 Mei 2014. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "tari4" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ TimIndonesiaExploride/IndonesiaKaya. "Tari Gambyong". Diakses tanggal 30 April 2014.
- ^ a b Yoyok R.M (2008). Pendidikan Seni Budaya. Jakarta: Yudhistira. ISBN 978-979-746-940-5.