Tunggal Hati Seminari
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP88Lukas (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 8 April 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Halaman ini terakhir disunting oleh BP88Lukas (Kontrib • Log) 2948 hari 680 menit lalu. |
Tunggal Hati Seminari adalah sebuah aliran dari bela-diri Indonesia, pencak silat yang bernafaskan agama Katolik, didirikan oleh 7 dewan pendiri, termasuk Rm. Hadi,Pr. dan Rm. Sandharma Akbar,Pr.[1] Aliran ini memiliki motto Pro Patria et Ecclesia yang berarti perjuangan demi bangsa dan gereja dan memiliki semboyan perjuangan, Fortiter in Re Suaviter in Modo yang berarti kokoh dalam pendirian namun lembut cara mencapainya.[1] Dengan kata lain, sikap yang mau ditampakkan yaitu sikap berani, ulet dan rendah hati.[1]
Lambang Seminari Menengah Mertoyudan, asal mula tumbuhnya THS | |
Juga dikenal sebagai | THS |
Pencipta | Rm. Hadi,Pr. dan Rm. Sandharma Akbar,Pr. |
Sejarah Pembentukan THS-THM
Latihan pertama pencak silat tunggal hati seminari diadakan pada tahun 1983 di Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan, diajarkan oleh Frater Hadiwijoyo.[2] Saat itu, latihan sama dengan latihan pencak silat pada umumnya: langkah, pukulan, dan tendangan. Awalnya ada 90 orang seminaris bergabung.[2] Namun, seiring berjalannya waktu semakin berkurang tinggal 11 orang yang tekun berlatih, padahal 1 tahun lagi Frater Hadiwijoyo akan ditahbiskan dan hal itu berarti ia tidak lagi bertugas di Seminari.[2] Maka, saat liburan tiba, ia mengajak ke-11 seminaris tersebut untuk mengadakan retret rohani sekaligus mematangkan gerakan pencak silat.[3][2] Frater Hadiwijoyo mengajak para seminaris berjalan kaki dari Kentungan menuju Kaliurang, di lereng Gunung Merapi.[2]Sampai di Kaliurang, mereka mengolah rohani dan mematangkan gerak pencak silat. [2] Pada liburan berikutnya, Frater Hadiwijoyo mengajak para seminaris ke Pantai Parangtritis.[2] [4] Di sinilah tercipta jurus-jurus otentik seminari yang dikreasi sendiri oleh para seminaris.[4][5] Jurus-jurus ini menggunakan gerak abjad A sampai Z.[4] Tanggal 4 Juli 1984, Frater Hadiwijoyo ditahbiskan menjadi imam dan ditugaskan di Paroki Santo Fransiskus Xaverius Tanjung Priok, Jakarta Utara.[4] Di sini, Romo Hadiwijioyo prihatin melihat kaum muda yang enggan beraktivitas di gereja.[4] Diapun memanggil para seminaris untuk melatih mereka pencak silat.[4] Beladiri ini dijadikan sarana untuk aksi panggilan, sebuah kegiatan untuk mempromosikan seminari kepada kaum muda.[4] Seiring berjalannya waktu, para seminaris mengusulkan agar dibuat sebuah organisasi resmi.[4] Akhirnya, tanggal 10 November 1985 – tepat peringatan Hari Pahlawan dan tahun 1985 sebagai Tahun Pemuda Internasional – diresmikanlah di Gelanggang Remaja Jakarta Utara berdirinya Organisasi Beladiri Pencak Silat Katolik Tunggal Hati Seminari.[3] Syukur kepada Tuhan, anggota yang tercatat berjumlah 223 orang Organisasi Beladiri Pencak silat Katolik Tunggal Hati seminari (THS).[4] Tujuan organisasi ini adalah menyatutunggalkan hati dengan panggilan para seminaris.[4] Satu tahun kemudian, 10 November 1986, diresmikan Tunggal Hati Maria (THM) untuk perempuan.[4] Awalnya, wadah ini menjadi salah satu sarana aksi panggilan, namun akhirnya berkembang menjadi alat kerasulan khas dari bumi Indonesia.[4]
Perkembangan THS
Memasuki tahun 1987, jumlah anggota THS-THM sudah mencapai lebih dari 2300 orang yang tersebar di kota-kota Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, Wonogiri, Muntilan, Bandung, Lampung dan Banjarmasin.<ref name = "ref1"/>Organisasi ini memiliki jalur koordinasi mulai dari tingkat pusat hingga di daerah-daerah. [4] Di pusat terdapat Koordinatorat Nasional yang berkedudukan di Jakarta. [4] Di bawahnya terdapat distrik-distrik yang mengikuti wilayah keuskupan. [4] Sementara di tingkat paroki terdapat ranting organisasi THS.[4] Selain itu, ada pula unit latihan khusus, misal di sekolah-sekolah atau pendidikan tinggi. [4] Sampai sekarang, THS-THM terus berkembang seiring dengan bertambahnya waktu, bahkan merambah hingga negara-negara tetangga, seperti Timor Leste. [1] [4]
Asas
Tunggal Hati Seminari dan Tunggal Hati Maria berasaskan Pancasila dan beriman Katolik
Sifat
Kehidupan dan hubungan dalam THS-THM bersifat kekeluargaaan, persaudaraan, kebersamaan dan kesetiakawanan dengan semangat Katolik.[1]
Kemandirian
Organisasi THS-THM dibentuk oleh rohaniwan Katolik dan kaum awam Katolik secara mandiri dengan tidak berafiliasi pada salah satu organisasi politik manapun[1]
Tujuan
- Membina dan mengembangkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sikap mental, nilai-nilai dan tingkah laku yang baik sehingga setiap anggota THS-THM menemukan kepribadian/jatidirinya sendiri dalam beriman Katolik.[1]
- Membina dan mengembangkan aspek olahraga, beladiri pencak silat, mental spiritual, kebangsaan, seni budaya dan kesehatan dalam menuju masyarakat yang berbudi pekerti luhur sebagai sarana pembangunan manusia seutuhnya.[1]
Fungsi
THS-THM berfungsi sebagai wadah perjuangan kaum awam Katolik untuk mencapai tujuan organisasi dan pembinaan bagi anggota-anggotanya.[1]
Tugas Pokok
- Mengusahakan agar THS-THM beserta nilai-nilainya dapat menjadi sarana untuk membangun manusia seutuhnya yang berketahanan jasmani dan rohani, mampu membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan gereja.[1]
- Memantau, menampung, menyalurkan serta memperjuangkan terwujudnya aspirasi seluruh jajaran THS-THM.[1]
- Merencanakan dan mengembangkan THS-THM beserta nilai-nilainya untuk meningkatkan kemajuan sosial ekonomi, budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi.[1]
- Menggali, melestarikan, mengembangkan serta memasyarakatkan kesenian yang berkembang dalam masyarakat Indonesia khususnya Pencak Silat sebagai karya nyata yang memperkaya seni budaya nasional dan sumbangan bagi seni beladiri universal.[1]
Semboyan
Semboyan THS-THM adalah Pro Patria et Ecclesia yang berarti Untuk Tanah Air dan Gereja.[1]
Motto
Motto perjuangan THS-THM adalah Fortiter In Re, Suaviter In Modo yang berarti kokoh kuat dalam prinsip, luwes lembut cara mencapainya.[1]
Janji Prasetya
Dengan kemauan sendiri dan itikad baik saya menyatakan: bersedia menjadi anggota Organisasi Tunggal Hati Seminari-Tunggal Hati Maria dengan segala tanggung jawabnya.[1] Apabila saya melanggar ketentuan yang telah digariskan oleh organisasi maka saya bersedia dikeluarkan dari organisasi.[1] Maka saya berjanji:
- Bersedia menjadi pribadi yang rendah hati[1]
- Berani menjaga, membela dan mengembangkan nama baik Organisasi[1]
- Taat dan setia sampai mati bagi Gereja Katolik Roma[1]
- Bersedia taat dan patuh kepada orang tua[1]
- Menghayati dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945[1]
Semoga Tuhan Yesus dan Bunda Maria berkenan memberkati Janji Prasetya saya ini, Amin.[1]
Janji Prasetya ini wajib dikumandangkan oleh semua anggota pada setiap kegiatan THS-THM.[6]
Rujukan
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w "Tunggal Hati Seminari". Universitas Atma Jaya. Diakses tanggal 30 April 2014.
- ^ a b c d e f g "Tunggal Hati Seminari". Paroki Santa Maria Regina. Diakses tanggal 30 April 2014.
- ^ a b "Tunggal Hati Seminari". thscc.com. Diakses tanggal 30 April 2014.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r "Tunggal Hati Seminari". Hidup Katolik. Diakses tanggal 30 April 2014.
- ^ "Tunggal Hati Seminari". Kedaulatan Rakyat. Diakses tanggal 30 April 2014.
- ^ http://agnesoktaviany.blogspot.com/2013/08/janji-prasetya-tunggal-hati-seminari.html