GPIB Marga Mulya Yogyakarta

gereja di Indonesia
Revisi sejak 30 Oktober 2016 03.36 oleh Imanuel321995 (bicara | kontrib) (Menolak perubahan teks terakhir (oleh 202.67.40.6) dan mengembalikan revisi 11456835 oleh JohnThorne)

GPIB Marga Mulya Yogyakarta adalah jemaat Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat yang bekedudukan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gedung gereja yang ditempati berada di Jl. Jendral Achmad Yani no. 5, Yogyakarta, yang menyatu dengan Jalan Malioboro Yogyakarta yang terkenal itu.

Sejarah

 

Kapan tanggal dan tahun terbentuknya Jemaat GPIB “Marga Mulya” Yogjakarta secara pasti belum diketahui, karena penelitian untuk itu belum dilakukan. Berdasarkan catatan yang diketemukan, pada tanggal 14 Desember 1830 dilaksanakan rapat Majelis Gereja yang pertama. Jemaat gereja pada saat itu masih dilayani oleh seorang Pendeta dari Solo. Karena pada saat itu jemaat belum memiliki gedung gereja, maka kebaktian diselenggara-kan di rumah-rumah anggota jemaat.

Mulai 8 April 1831, dicoba untuk mengusahakan memperoleh sebuah gedung gereja. Tempat ibadah yang direncanakan adalah gedung sekolah milik pemerintah yang kemudian mendapat persetujuan pemerintah. Gedung sekolah yang dipakai sebagai tempat ibadah warga jemaat tersebut sebelum dan selama dipakai mengalami perbaikan sebanyak 3 kali dengan biaya swadaya warga jemaat. Pada akhirnya dirasakan bahwa gedung sekolah tidak dapat menampung warga jemaat yang jumlahnya semakin bertambah dan disadari perlunya membangun sebuah gereja.

Sejak 24 Januari 1857, kebaktian-kebaktian gereja tidak lagi diselenggarakan di gedung sekolah akan tetapi diselenggarakan di Balai Karesidenan. Pada waktu itu jemaat telah memiliki Pendeta yaitu Ds. Begemen sebagai Pendeta pertama yang didatangkan ke Jogjakarta. Pada saat itu pembangunan gedung gereja telah dimulai dan ditangani serius. Gambar dan bangunan di buat oleh Ir. P.A van Holm. Berdasarkan catatan rapat Majelis Jemaat pada tanggal 24 Juli 1857 disebutkan bahwa pembangunan gedung gereja sudah berjalan dengan baik meskipun belum selesai seluruh-nya dan masih diperlukan biaya untuk penyelesaian pembangunan gedung gereja dan pengadaan peralatan atau perabot gereja. Untuk kebutuhan tersebut pendeta pendeta memutuskan mencari dana warga jemaat dan pinjaman dari Dana Diakonia. Pemerintah juga telah ikut membantu pembangunan gedung gereja. Hal ini terbukti dari adanya surat dari pihak gereja tertanggal 29 Mei 1857 yang meminta bantuan pemerintah dan berhasil. Dari Dana Diakonia mendapat pinjaman uang sejumlah f 700. Dari catatan yang ada diperoleh keterangan bahwa gedung gereja sungguh-sungguh dibangun atas biaya swadaya anggota jemaat. Hal itu terbukti dari laporan opster G.R Lavalette untuk memberikan perhitungan dan pertanggung-jawaban dari dana-dana yang telah diterima lengkap dengan daftar sumbangan yang telah dipakai habis untuk pembiayaan pembangunan gedung gereja

 

Akhirnya rapat Majelis Gereja tanggal 13 Oktober 1857 menyatakan bahwa pembangunan Gereja telah selesai, pemakaiannya akan dimulai dengan suatu upacara pada tanggal 15 Oktober 1857.

Dari catatan yang ada disebutkan Sri Sultan tercatat sebagai pribadi yang telah memberikan bantuan secara financial. Uluran tangan Sri Sultan dan almarhum Kakandanya berupa bahan-bahan bangunan. Untuk itu Majelis Gereja telah menyampaikan ucapan terima kasih. Seluruh anggaran yang tersedia untuk pembangunan gedung gereja tersebut berjumlah f 16.000, berasal dari sumbangan sukarela sebanyak f 11.000 ditambah Dana Diakonia f 400. Jumlah tersebut belum termasuk sumbangan berupa bahan-bahan bangunan yang diberikan oleh Sri Sultan dan almarhum kakandanya. Dalam arsip disebutkan gereja memiliki 500 buah kursi

Pendeta/Ketua Jemaat

  1. Ds. Begeman (1857)
  2. Ds. H. Snel (1923 – 1925)
  3. Ds. Nikiyuluw (1925 – 1927)
  4. Ds. A.C Christoffels (1927 – 1928)
  5. Ds. Bieger (1929 – 1932)
  6. Ds. Kelling (1933 – 1934)
  7. Ds. Niauw Poourt (1934)
  8. Ds. J. Beers (1935 – 1936)
  9. Ds. Langlout (1937 – 1939)
  10. Ds. FR. Hutwen (1940)
  11. Ds. Reddingius (1941 – 1944)
  12. Ds. Geissler (1945 – 1952)
  13. Pdt. Hardin (1952 - 1955)
  14. Pdt. Matulapelwa (1955 – 1957)
  15. Pdt. S. Matulapelwa (1957 – 1960)
  16. Pdt. A. Therick (1960 – 1967)
  17. Pdt. P. H Sapulete., S.Th (1967 – 1977)
  18. Pdt. S.Th Kaihatu., M.Th (1977 – 1982)
  19. Pdt. H.H Jacob., S.Th (1982 – 1988)
  20. Pdt. F. Suwu., S.Th (1988 – 1991)
  21. Pdt. A.J.Z. Pelletimu, Sm.Th (1991 – 1995)
  22. Pdt. Drs. J.W.Ch Sompotan, S.Th (1996 – 2001)
  23. Pdt. Agustian M. Manalu., M.Si (2001 – 2005)
  24. Pdt. J. Ginting., S.H., M.Si (2005 - 2008)
  25. Pdt. Murwanto Moesamu., S.Th (2008 - Sekarang)

Pranala luar