Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa

Revisi sejak 3 November 2016 00.24 oleh AABot (bicara | kontrib) (Robot: Perubahan kosmetika)

Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) adalah salah satu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum Orde Baru. Sesuai dengan namanya, pelajaran ini upaya mendalami nilai-nilai sejarah. PSPB ini masuk dalam kurikulum 1984 dan penyusunannya didominasi sejarawan dari Pusat Sejarah ABRI yang diarsiteki oleh Nugroho Notosusanto. [1]

Sejarah

Pelajaran PSPB ini sebenarnya berawal dari masalah internal ABRI yang diangkat menjadi masalah nasional. Momen lahirnya PSPB ini dicetuskan oleh Jenderal M. Jusuf yang mendapati kenyataan bahwa taruna Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia saat itu memiliki pengetahuan yang dangkal mengenai sejarah perjuangan bangsa. Fakta ini oleh M. Jusuf disampaikan kepada Soeharto yang sudah sejak lama menginginkan juga penanaman nilai perjuangan bangsa ke dalam hati siswa tidak hanya sebagai pelajaran belaka.

pemberlakukan PSPB sebagai salah satu mata pelajaran secara spesifik diatur dalam TAP MPR No II/MPR/1982 tentang GBHN. "Dalam rangka meneruskan & mengembangkan jiwa, semangat & nilai-nilai 1945 kepada generasi muda, maka di sekolah-sekolah baik negeri maupum swasta, wajib diberikan pendidikan sejarah perjuangan bangsa."

Dalam perjalanannya pelajaran PSPB ini banyak dikritisi karena sangat menonjolkan peranan tentara & terkesan mengecilkan kontribusi pihak lainnya. Menurut sejarawan senior LIPI, Aswi Warman Adam, tujuan pengajaran sejarah tersebut jelas bermuatan politis yang sesuai dengan pandangan rezim Orba. Tahun 1985 Nugroho Notosusanto, arsitek sejarah orba ini meninggal & sejak tahun 1994 oleh Mendikbud saat itu, Fuad Hasan, pelajaran PSPB ditiadakan.

Rujukan

  • Adam, Asvi Warman. Pelurusan Sejarah Indonesia.

Referensi

  1. ^ Opie (19 Januari 2015, 11:39 AM). "Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB): Masalah Internal ABRI Yang Dinasionalkan". Sejarawan.com. Diakses tanggal 8 Agustus 2015.