Andi Pangerang Petta Rani

Revisi sejak 10 November 2016 22.00 oleh Amhnews (bicara | kontrib)

Andi Pangerang Pettaeani atau Andi Pangerang Petta Rani Karaeng Bontonompo Arung Macege Matinroe Ri Panaikang merupakan seorang bangsawan bugis,dilahirkan pada awal abad XX tepatnya tanggal 14 Mei 1903 di desa Mangasam,desa ini terletak di kawasan Kabupaten Gowa, daerah Kabupaten Gowa telah lama kondang sebagai sebuah kerajaan yang terbesar di wilayah Indonesia bagian timur.Andi Pangerang Petta Rani Karaeng Bontonompo Arung Macege Matinroe Ri Panaikang adalah putra dari Raja Bone ke XXXI yang bernama Andi Mappanyukki dan ibunya adalah seorang ningrat yang bernama I Batasai Daeng Taco.

Sebagai bentuk penghargaan kepada Indonesia, Andi Pangeran Pettarani dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar. Atas jasanya pula pemerintah setempat mengabadikan namanya sebagai nama jalan.

Kehidupan Keluarga

Andi Pangerang Petta Rani memiliki tiga istri dan delapan anak. Istri pertamanya Basse Daeng Talanna mengaruniakannya lima anak, istri keduanya Daeng Karang mengaruniakannya tiga anak, dan istri ketiganya Ratna Winis Daeng Carammeng tidak mengaruniakannya anak.

Pendidikan

Pendidikan umum yang pernah di geluti oleh Andi Pangerang Petta Rani yaitu ketika mengikuti pendidikan di HIS,MULO dan OSVIA di Makassar. Ia menamatkan pendidikan OSVIA Makassar, dan memangku suatu jabatan dalam dewan penguasa Bone pada tahun 1930-an.

Masa Penjajahan Hindia-Belanda

Andi Pangerang Pettarani menjalani profesi sebagai tentara dan turut berjuang melawan penjajah yang pada masa itu tentara Hindia Belanda sempat mengusai kawasan di Sulawesi Selatan bahkan Pemerintah Hindia Belanda memiliki beberapa Benteng pertahanan di yang terletak di beberapa lokasi.

Masa Perjuangan Kemerdekaan

Pada bulan Agustus 1945 ia ditunjuk sebagai anggota delegasi Sulawesi ke Komite Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Bersama Dr. Sam Ratulangi dan Andi Sultan Daeng Radja, dia mengikuti rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di Jakarta pada 1945.

Dimana pada saat sekutu mendarat di Makassar,Gubernur Ratulangi mengundang raja raja dan pemimpin partai untuk mendukung kesetiaan terhadap proklamasi kemerdekaan RI.Tawaran kerja sama dengan pemerintah Belanda pun ditolak mentah mentah.Dan pertemuan yang dihadiri raja raja termasuk Andi Pangerang Petta Rani ini kembali mengeluarkan pernyataan kalau rakyat sulawesi mendukung sepenuhnya NKRI. Dan atas dasar itulah Belanda dan para sekutunya menahan Andi Pangerang Petta Rani dan keluarganya di Rantepao.

Perjalanan Karir

Pada tahun 1950 ia diangkat menjadi Kepala Daerah Bone, suatu kedudukan yang dipegangnya sampai tahun 1955 ketika itu dirinya dijadikan Residen-koordinator untuk Sulawesi Selatan.

Pada tanggal 12 Juli 1956 ia diangkat menjadi Gubernur Sementara Sulawesi, jabatan yang dipangkunya sampai tanggal 20 April1960.

Pada tanggal 2 Maret 1957 Andi Pangeran Pettarani adalah salah satu orang yang ikut dalam penanda tanganan Piagam Permesta , dan diangkat sebagai Gubernur Militer Sulawesi Selatan – Tenggara oleh Pemerintahan Militer Permesta.

Pada tanggal 1 April 1957 secara resmi dirinya diangkat sebagai Gubernur Militer Sulawesi dan diberi pangkat Perwira Menengah TNI.

THE GODFATHER

Beliau juga dikenal sebagai pemimpin yang manunggal dengan rakyat, sehingga rakyat sulsel terutama warga kota makassar memberi julukan Good Father. Dimana ketika dia menjabat sebagai gubernur Sulawesi (1956-1960),dirinya pernah mengajak anaknya pergi ke tempat cukur.Sang anak langsung menyiapkan mobil sedan,tapi Andi Pangerang Petta Rani kemudian memanggil becak. Diatas becak tersebutlah,Andi Pangerang Petta Rani menasehati anaknya bahwa, “Kita harus merasakan hidup sebagai orang biasa,jangan sombong walau seorang anak gubernur atau raja sekalipun.Tidak selamanya mempunyai mobil dan tidak selamanya menjadi anak gubernur atau raja.Dan suatu saat bila jabatan lepas dan tidak punya mobil kita tak harus canggung".

Hidup Sederhana

Hidup sederhana memang melekat dalam diri pemimpin yang satu ini. Tanah warisannya lebih banyak dia bagikan kepada rakyatnya. Dan suatu saat ia dihadiahi oleh seseorang sebuah rumah yang cukup mewah oleh seseorang. Tapi pemberian tersebut ditolaknya dengan bijak,dia mengatakan, “saya lebih suka tinggal dirumah sendiri”.

Karena orang itu memang berniat memberikan hadiah dengan ikhlas,sebagai gantinya,Petta Rani dihadiakan sebuah jam tangan. “Untuk mengingatkan Petta bilamana waktu shalat tiba,” katanya memberi alasan,merasa berat untuk menolak lagi akhirnya Petta Rani menerimanya.

  1. amhnews (bicara)