Andi Pangerang Petta Rani

Revisi sejak 10 November 2016 23.38 oleh Amhnews (bicara | kontrib) (link keterangan)

Andi Pangerang Pettarani atau Andi Pangerang Petta Rani Karaeng Bontonompo Arung Macege Matinroe Ri Panaikang merupakan seorang bangsawan Suku Bugis,dilahirkan pada awal abad XX tepatnya tanggal 14 Mei 1903 di desa Mangasam,desa ini terletak di kawasan Kabupaten Gowa, daerah Kabupaten Gowa telah lama kondang sebagai sebuah kerajaan yang terbesar di wilayah Indonesia bagian timur.Andi Pangerang Petta Rani Karaeng Bontonompo Arung Macege Matinroe Ri Panaikang adalah putra dari Raja Kesultanan Bone ke-XXXII yang bernama Andi Mappanyukki dan ibunya adalah seorang ningrat yang bernama I Batasai Daeng Taco.

Sebagai bentuk penghargaan kepada Indonesia, Andi Pangeran Pettarani dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar. Atas jasanya pula pemerintah setempat mengabadikan namanya sebagai nama jalan.

Kehidupan Keluarga

Andi Pangerang Petta Rani memiliki tiga istri dan delapan anak,diantaranya ;

  • Istri pertamanya adalah Basse Daeng Talanna telah dikaniakan lima anak
  • istri kedua adalah Daeng Karang mengaruniakan tiga anak,
  • Istri ketiga adalah Ratna Winis Daeng Carammeng tidak dikaruniakan anak.

Pendidikan

Pendidikan umum yang pernah di tempuh oleh Andi Pangerang Pettarani yaitu ketika mengikuti pendidikan di HIS,MULO dan OSVIA di Makassar. Ia menamatkan pendidikan OSVIA Makassar, dan memangku suatu jabatan dalam dewan penguasa Bone pada tahun 1930-an.

Masa Penjajahan Belanda (1800–1942)

Andi Pangerang Pettarani menjalani profesi sebagai tentara dan turut berjuang melawan penjajah yang pada masa itu tentara Hindia Belanda sempat mengusai kawasan di Sulawesi Selatan bahkan Pemerintah Hindia Belanda memiliki beberapa Benteng pertahanan di yang terletak di beberapa lokasi.Seperti Benteng Fort Rotterdam dan Benteng Somba opu

Masa Kebangkitan Nasional (1899-1942)

Pada bulan Agustus 1945 ia ditunjuk sebagai anggota delegasi Sulawesi ke Komite Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Bersama Dr. Sam Ratulangi dan Andi Sultan Daeng Radja, dia mengikuti rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia  (独立準備委員会 Dokuritsu Junbi Iinkai?) atau PPKI yang pada saat itu diselenggarakan di Jakarta pada tahun 1945.

Di lain sisi tepatnya pada saat sekutu mendarat di Makassar,Gubernur Ratulangi mengundang raja raja dan pemimpin partai untuk mendukung kesetiaan terhadap proklamasi kemerdekaan RI.Tawaran kerja sama dengan pemerintah Belanda pun ditolak mentah mentah.Dan pertemuan yang dihadiri raja raja termasuk Andi Pangerang Petta Rani ini kembali mengeluarkan pernyataan kalau rakyat sulawesi mendukung sepenuhnya NKRI. Dan atas dasar itulah Belanda dan para sekutunya menahan Andi Pangerang Petta Rani dan keluarganya di Rantepao.

Perjalanan Karir

Pada tahun 1950 ia diangkat menjadi Kepala Daerah Bone (Kepala Afdeling Tahun 1951-1955) , suatu kedudukan yang dipegangnya sampai tahun 1955 ketika itu dirinya dijadikan Residen-koordinator untuk Sulawesi Selatan.

Pada tanggal 12 Juli 1956 ia diangkat menjadi Gubernur Sementara Sulawesi, jabatan yang dipangkunya sampai tanggal 20 April1960.

Pada tanggal 2 Maret 1957 Andi Pangeran Pettarani adalah salah satu orang yang ikut dalam penanda tanganan Piagam Permesta.Perduangan Rakjat Semesta disingkat Permesta adalah sebuah gerakan militer di Indonesia

19581961

Setelah itu dirinya diangkat sebagai Gubernur Militer Sulawesi Selatan – Tenggara oleh Pemerintahan Militer Permesta. Dan secara resmi pada tanggal 1 April 1957,dia diangkat sebagai Gubernur Militer Sulawesi dan diberi pangkat Perwira Menengah TNI.

THE GODFATHER

Beliau juga dikenal sebagai pemimpin yang menyatu dengan rakyat, sehingga rakyat Sulsel terutama warga kota makassar memberi julukan Good Father. Dimana pada saat itu ketika dia menjabat sebagai gubernur Sulawesi (1956-1960),dirinya pernah mengajak anaknya pergi ke tempat cukur.Sang anak langsung menyiapkan mobil sedan,tapi Andi Pangerang Pettarani kemudian memanggil becak. Diatas becak tersebutlah,Andi Pangerang Petta Rani menasehati anaknya bahwa, “Kita harus merasakan hidup sebagai orang biasa,jangan sombong walau seorang anak gubernur atau raja sekalipun.Tidak selamanya mempunyai mobil dan tidak selamanya menjadi anak gubernur atau raja.Dan suatu saat bila jabatan lepas dan tidak punya mobil kita tak harus canggung".

Hidup Sederhana

Hidup sederhana memang melekat dalam diri pemimpin yang satu ini. Tanah warisannya lebih banyak dia bagikan kepada rakyatnya. Dan suatu saat ia dihadiahi oleh seseorang sebuah rumah yang cukup mewah oleh seseorang. Tapi pemberian tersebut ditolaknya dengan bijak,dia mengatakan, “saya lebih suka tinggal dirumah sendiri”.

Karena orang itu memang berniat memberikan hadiah dengan ikhlas,sebagai gantinya,Petta Rani dihadiakan sebuah jam tangan. “Untuk mengingatkan Petta bilamana waktu shalat tiba,” katanya memberi alasan,merasa berat untuk menolak lagi akhirnya Petta Rani menerimanya.

  1. amhnews (bicara)