Pangeran Kornel
Artikel ini perlu dikembangkan agar dapat memenuhi kriteria sebagai entri Wikipedia. Bantulah untuk mengembangkan artikel ini. Jika tidak dikembangkan, artikel ini akan dihapus pada 29 Oktober 2016. |
Pangeran Kornel ialah nama lain bagi Pangeran Kusumah Dinata, Pangeran Kusumah Dinata oleh Belanda diangkat sebagai kolonel tituler. Istilah “kolonel” yang masih langka pada zaman itu, berubah menjadi “kornel”. Nama “Pangeran Kornel” itu sendiri lebih terkenal di masyarakat daripada namanya yang sebenarnya.
Foto Tugu Pangeran Kornel | |
Lokasi: | Sumedang |
---|---|
Provinsi: | Jawa Barat |
Perlawanan Simbolik
Cadas Pangeran merupakan salah satu jalan raya sepanjang tiga kilometer penghubung Sumedang dengan wilayah Bandung yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendles (1808-1811) pada tahun 1809. Peristiwa Cadas Pangeran ini merupakan sebuah tindakan perlawanan simbolik atau protes dari Bupati Sumedang ketika itu, Pangeran Kusumadinata IX (1791 – 1828), ambisi dari Gubernur Jendral Herman Willem Daendels yang berniat untuk membangun jalan dari Anyer ke Panarukan. Pangeran Kusumadinata IX atau yang lebih dikenal dengan nama Pangeran Kornel sangat kesal karena melihat rakyatnya diperlakukan seenaknya oleh Gubernur Jendral Daendels.
Seperti yang diceritakan oleh para sesepuh Sumedang, peristiwa Cadas Pangeran berasal dari pertemuan Pangeran Kusumadinata IX atau disebut juga Pangeran Kornel dengan Gubernur Daendels ditengah berlangsungnya proses pembangunan jalan raya tersebut. Diceritakan, Pangeran Kusumadinata IX melakukan jabat tangan dengan sang Gubernur menggunakan tangan kiri. Sedangkan tangan kanan sang pangeran kornel ini siap dengan memegang keris pusaka. Tindakan tersebut membuat Daendels sangat terkejut.
Adegan heroik itu kini diabadikan secara visual pada sebuah patung di pertengahan jalur Bandung-Sumedang. Peristiwa itu juga yang kini dijadikan nama jalan tersebut, yakni jalan Cadas Pangeran. Jadi, istilah Cadas Pangeran bagi sebagian kalangan merefleksikan watak keras atau ‘cadas’ dari sang Pangeran Sumedang. Namun ada pula makna lainnya, yakni daerah tersebut memang memiliki areal yang berbukit cadas. Bukit cadas itulah yang diubah menjadi bagian dari jalur yang dibangun Daendels tersebut. Pekerjaan merubah sebuah bukit cadas menjadi jalan raya itulah yang mendatangkan penderitaan hebat bagi rakyat Sumedang, yang direkrut menjadi pekerja paksa (rodi) dan memicu kemarahan Pangeran Kusumadinata IX selaku penguasa Sumedang.
Selain memprotes secara simbolik, menurut cerita, Pangeran Kornel juga menantang Daendels duel satu lawan satu. Pangeran Kornel berkata bahwa dirinya selaku adipati Sumedang lebih baik berkorban sendiri daripada harus mengorbankan rakyat Sumedang. Mendengar hal tersebut, Daendels pun terpaksa merubah siasat. Daendels berjanji pada sang Pangeran bahwa tentara Zeni Belanda akan mengambil alih pekerjaan pembuatan jalan. Sedangkan rakyat Sumedang dipersiapkan sebagai tenaga cadangan saja.
Namun, Daendels tengah bermuslihat. Beberapa hari kemudian, Gubernur yang dijuluki ‘Mas Galak’ oleh rakyat Jawa itu membawa ribuan pasukan Belanda dengan tujuan menumpas perlawanan Pangeran Kornel dan rakyat Sumedang. Rakyat Sumedang dibawah pimpinan Pangeran Kornel beserta segenap pembesar Sumedang lainnya melawan dengan gigih penindasan Belanda tersebut. Karena kekuatan Belanda yang tangguh, akhirnya pemberontakan Pangeran Kornel berhasil dipadamkan. Pangeran Kornel dan ratusan rakyat Sumedang gugur dibantai pasukan Belanda.