Salim bin Djindan
Al Habib Salim bin Djindan adalah seorang ulama yang dilahirkan di Surabaya pada 7 September 1906 M[Kalender Hijriyah: 18 Rajab 1324][1]. Nama lengkapnya adalah Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Djindan bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Syaikhan bin Asy Syaik Abu Bakar bin Salim. Salim bin Djindan wafat di Jakarta pada 1 Juni 1969 [Kalender Hijriyah: 16 Rabiul Awal 1389][1] .
Al Habib Salim bin Djindan | |
---|---|
Berkas:Habibsalimbindjindan.jpg | |
Lahir | [1] Kota Surabaya, Karesidenan Surabaya, Hindia Belanda | 7 September 1906
Meninggal | 1 Juni 1969 Jakarta | (umur 62)
Kebangsaan | Indonesia |
Pekerjaan | Ulama, guru, Da'i, Pejuang |
Orang tua | Salim bin Ahmad (ayah) |
Kelahiran Beliau
Al Habib Salim menulis dalam salah satu buku beliau: Saya dilahirkan di kota Surabaya pada hari Jum'at pagi tatkala terbit fajar shadiq tepat pada pukul 05.06 WIB, tanggal 18 Rajab 1324 Hijriyah bertepatan pada 7 September 1906 Masehi. Di Kota Surabaya ibukota Jawa Timur di kampung Sawahan Gang Sasak di rumah kakek saya dari ibu Al Habib Ali bin Mushthafa bin Asy Syeikh Abi Bakar bin Salim di kamar sebelah utara di pojok rumah kami yang bertetangga dengan Rubath (pesantren) Al ‘Allamah KH. Ahmad bin Hamid bin Al Hasan Al Marzuqi. Pada hari ketujuh, ayahku membuat syukuran Aqiqah dan Tasmiyah. Ibuku mengandungku selama lebih dari 11 bulan. Saat bayi, keluargaku menjulukiku dengan sebutan tek-tek karena saat di kandungan ibuku terdengar suara seperti peletekan jari. Saya diberi nama Salim jauh dari sebelum ibu saya mengandung oleh seorang wali besar bernama Al Habib Salim bin Abdullah Al Haddar dan beliau memberikan kabar gembira kepada keluargaku bahwa Salim yang akan lahir nanti akan selamat hatinya, hidupnya dan akhiratnya serta akan menjadi seorang yang agung. lihat kitab Safinah Ibn Jindan.
Nasab Dari Ayah
Al Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Jindan bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Syaikhan bin Asy Syaikh Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin Asy Syeikh Abdurahman As Seggaf bin muhammad Maula Ad Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghuyyur bin Al Faqih Al Muqoddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Murbath bin Ali Khala' Qosam bin Alwi bin Muhammad Shahib Shawma'ah bin Alwi bin Ubaidillah bin Al Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al 'Uraidhi bin Ja'far Ash Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib, Al Husain Putra As Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam.
Nasab Dari Ibu
Al Habib Salim bin Asy Syarifah Muznah binti Ali bin mushthafa bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Salim bin Ahmad bin Al Husain bin Asy Syaikh Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin Asy Syeikh Abdurahman As Seggaf bin muhammad Maula Ad Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghuyyur bin Al Faqih Al Muqoddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Murbath bin Ali Khala' Qosam bin Alwi bin Muhammad Shahib Shawma'ah bin Alwi bin Ubaidillah bin Al Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al 'Uraidhi bin Ja'far Ash Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib, Al Husain Putra As Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam.
Guru Guru Beliau
Al Habib Salim Jindan menimba ilmu dari banyak ulama, baik secara langsung maupun dengan surat menyurat. Guru-guru beliau sangat banyak hingga mencapai lebih dari 400 guru yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Mereka semua tercatat dalam kitab-kitab Al Habib Salim Jindan lengkap dengan biografi mereka secara terperinci. Diantara mereka adalah:
1. Al Habib Ahmad bin Husain bin Jindan, ayah kandung beliau 2. Al Habib Ali bin Mushthafa ibn Asy Syeikh Abi Bakar, ayah dari ibu beliau 3. Al Habib Muhammad bin Ahmad Al Mihdhar 4. Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bil Faqih 5. KH.Ahmad bin Hamid Al Marzuqi Sawahan 6. KH.Khalil bin Abdul Lathief, Bangkalan 7. Al Habib Muhammad bin Abdurahman Al Baar, Ternate 8. KH.Muhammad Arsyad At Thawiil, Manado 9. Al Habib Abu Bakar bin Muhammad As Seggaf, Gresik 10. Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi, Surabaya 11. Al Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas, Bogor 12. Al Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al Attas, Pekalongan 13. Al Habib Abdullah bin Abdurahman Al Attas, Jombang 14. Al Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir Al Haddad, Bogor 15. KH.Abdullah Azhari, Palembang 16. Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad, Johor 17. Asy Syeikh Umar bin Hamdan Al Mahrasi Al Jazairi, Makkah 18. As Sayyid Abdul Hayy bin Abdul Kabir Al Kattani, Maroko 19. As Sayyid Ali bin Falih bin Muhammad Adz Dzahiri, Makkah 20. Asy Syeikh Abdus Sattar bin Abdul Wahhab Ash Shiddiqi, Makkah 21. As Sayyid Abbas bin Abdul Aziz Al Maliki, Makkah 22. Asy Syeikh Muhammad bin Muhammad Zubaarah Al Yamani, Yaman 23. Asy Syeikh Abdul Waasi' bin Yahya Al Waasi'i, Yaman 24. Asy Syaikhah Amatullah binti Abdul Ghani Al Umariyah, Madinah 25. Asy Syarifah Husainah binti Al Habib Syeikh bin Ahmad Bafaqih, Surabaya 26. As Sayyid Abdullah bin Shadaqoh Dahlan
Selain nama-nama di atas, masih banyak lagi guru-guru Al Habib Salim Jindan. Tentang mereka Al Habib Salim pernah mengatakan, "Aku telah berjumpa dengan mereka semua, aku telah hadir di majelis-majelis mereka dan sungguh majelis-majelis mereka menyerupai majelisnya para sahabat Rasulillah shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, kekhusyu'an, ketentraman dan kebahagiaan serta kewibawaan dan keagungagn dirasakan di dalam hati. Sungguh siapapun yang memandang wajah mereka akan langsung mengigat Allah". Beliau juga pernah mengatakan tentang Al Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir Al Haddad dan Al Habib Abu Bakar bin Muhammad As Seggaf Gresik, "Sungguh cukup keduanya sebagai panutan yang terbaik untuk kami dan anak-anak kami". Bahkan beliau pernah menuliskan dalam kitabnya suatu bait syair yang berbunyi:
تمنيت القيامة ليس إلا لألقى من أحب من الحفاظ
سمعت المرء مع من أحب من أهل التقى و اللحاظ
"Saya merindukan kedatangan hari kiamat tiada lain karena saya ingin berjumpa dengan para ulama dan ahli hadits yang saya cintai. Karena saya mendengar dalam hadits Sang Nabi "Seseorang akan bersama yang dia cintai" dari manusia-manusia bertakwa dan peduli".
Pendidikan Beliau
Pendidikan pertama beliau adalah rumah beliau. Beliau tinggal di dalam rumah yang terdiri dari orang-orang yang bertaqwa kepada Allah. Ayah beliau adalah Al Habib Ahmad bin Husain bin Jindan yang merupakan seorang ulama yang sangat shaleh. Dari sejak kecil Al Habib Ahmad telah menimba ilmu dari para ulama besar diantaranya adalah ayah beliau Al Habib Husain bin Saleh bin bin Abdullah bin Jindan dan paman beliau Al Habib Salim bin Saleh bin Abdullah bin Jindan. Beliau juga menimba ilmu dari seorang ulama besar, Al Habib Abdullah bin Umar As Seggaf di Minahasa. Al Habib Abdullah bin Umar As Seggaf ini adalah seorang ulama besar di Palembang dan penyebar Islam di Sumatera serta seorang pejuang melawan penjajahan Belanda. Beliau ditangkap oleh Belanda dan untuk mempersempit gerak dakwahnya, Belanda mengasingkan beliau ke Minahasa di suatu kampung yang tidak ada seorang muslim pun. Namun tidak berlalu satu tahun melainkan tidak ada di kampung itu seorang selain muslim.
Al Habib Ahmad juga selalu surat menyurat dengan kakeknya di Hadramaut yang bernama Al Habib Saleh bin Abdullah bin Jindan yang usianya saat wafat sekitar 145 tahun. Al Habib Saleh berguru kepada banyak ulama besar sehingga beliau memiliki hubungan sanad dengan Al Imam Muhammad Murtadha Az Zabidi pengarang kitab Ithaf As Saadah Al Muttaqin Syarah Ihya Ulumuddin. Dalam surat menyurat Al Habib Saleh memberikan ijazahnya kepada anak cucunya yang ada di Indonesia. Beliau wafat di Hadramaut Sedangkan usia Al Habib Salim sekitar 3 tahun.
Al Habib Salim tumbuh di satu rumah besar bersama kakeknya, ayah dari ibunya yaitu Al Habib Ali bin Mushthafa bin Asy Syeikh Abi Bakar bin Salim. Beliau adalah murid Al Imam Ahmad bin Zaini Dahlan. Beliau juga berguru kepada Al Habib Idrus bin Umar Al Habsyi hingga membaca di hadapannya lebih dari 200 kitab. Beliau juga belajar kepada Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi, Al Habib Ahmad bin Hasan Al Attas dan para ulama lainnya.
Di rumah besar tersebut hidup wanita-wanita hebat yang shalehah. Ibu Al Habib Salim Asy Syarifah Muznah binti Ali bin Mushthafa ibn Asy Syeikh Abi Bakar, yang merupakan seorang wanita shalehah ahli ibadah. Kakak perempuan Al Habib Salim, Asy Syarifah Khadijah binti Ahmad bin Jindan seorang wanita shalehah dan berilmu luas. Beliau adalah isteri seorang ulama dan wali besar Al Habib Ahmad bin Ghalib Al Hamid. Asy Syarifah Khadijah wafat dalam usia sangat muda, yaitu kurang dari 30 tahun. Di rumah semacam inilah Al Habib Salim hidup dan tumbuh hingga beliau melanjutkan belajarnya di Madrasah Al Khairiyah yang dipimpin oleh Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih.
Karya Tulis Al Habib Salim Jindan
Al Habib Salim banyak menulis kitab membahas tentang berbagai disiplin ilmu. Diantaranya tentang sejarah, baik itu sejarah Islam di Nusantara maupun sejarah secara umum. Diantaranya ilmu nasab sehingga beliau menulis banyak kitab tentang nasab-nasab qobilah-qobilah arab. Bahkan saya mendapati beberapa lembaran kertas catatan beliau tentang nasab suku-suku nusantara. Diantaranya biografi ulama-ulama dan tokoh-tokoh dunia Islam. Beliau menulis tentang biografi para gurunya hingga berpuluh jilid. Adapun tulisan beliau tentang sanad dan riwayat serta ijazah sungguh sangat banyak sekali. Demikian juga beliau menulis tentang beberapa permasalahan aktual pada masanya. Diantaranya tentang hukum memakai pakaian yang menjadi ciri barat saat itu, tentang qunut dalam shalat, dan masih banyak lagi tulisan beliau.
Saya menemukan daftar isi suatu kitab yang beliau tulis yang berjudul Mu'jam Al Awadim Fi Al Ansaab wa At Taraajim, dari daftar isinya saya mengambil kesimpulan bahwa beliau dalam kitab itu menulis tentang sejarah dan nasab umat manusia dari Nabi Adam sampai waktu beliau. Tertulis dalam daftar isi kitab tersebut pembahasan demi pembahasan hingga mencapai 1200 halaman. Kemudian di akhir daftar isi tersebut, beliau menyatakan ini adalah jilid pertama dari 16 jilid. Masya Allah, jilid pertama terdiri dari 1200 halaman dan kitab keseluruhan terdiri dari 16 jilid, dan kesemua itu adalah tulisan tangan beliau. Namun sayangnya kitab tersebut hilang dan tidak diketahui keberadaannya. Itu adalah salah satu dari sekian banyak karya tulis beliau. Saat ini yang terdata bahwa karya beliau mencapai lebih dari 100 judul antara karya yang ringkas hingga yang berjilid-jilid. Hal yang luar biasa di atas itu semua, bahwa sebagian besar karya beliau ditulis oleh beliau dari hafalan beliau.
Pujian dan Pengakuan Ulama Besar
Banyak ulama-ulama dunia yang memuji dan mengakui betapa agungnya Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan. Diantaranya adalah:
1- Guru beliau Muhaddits Al Hijaaz Al 'Allamah Asy Syeikh Umar bin Hamdan Al Mahrasi Al Jazairi. Dalam naskah ijazah beliau kepada Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan beliau menulis, "Sesungguhnya aku telah memberikan ijazahku untuk As Sayyid yang sempurna Salim bin Ahmad bin Jindan”.
2- Guru beliau juga Al 'Allamah Mufti Johor Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad. Dalam naskah ijazah beliau kepada Al Habib Salim beliau menulis, "Sesungguhnya telah meminta kepadaku Ijazah As Sayyid yang terhormat, yang kokoh berprinsip, yang ditalqinkan baginya ilmu, yang diberikan kepadanya ilham, seorang yang memiliki hafalan yang sangat kuat, yang selalu meneliti ilmu, yang kritis, yang setiap hari selalu datang dengan membawa pembahasan ilmiyah yang unik As Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan”.
Di dalam kitab-kitab yang ditulis oleh Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad sering kali Al Habib Alwi mengutip dan bertumpu kepada apa yang dinyatakan oleh Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan.
3- Asy Syeikh Hasan Al Massyaath ulama besar Makkah pernah mengatakan dalam kitabnya yang berjudul Ats Tsabat Al Kabiir sebagai berikut, "Diantara guruku adalah As Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan Al Hadrami Al Alawi yang tinggal di kota Jakarta di tanah Jawa. Aku selalu berjumpa dan berkumpul dengannya di Masjidil Haram dan di rumahku. Beliau sering kali memberikan Ijazah kepadaku, beliau berada di tempat yang sangat agung dalam ilmu dan ketaqwaan serta dalam berdakwah di jalan Allah. Beliau memiliki sanad-sanad yang bersambung dengan guru-guru dan leluhurnya, bahkan diantara sanad tersebut terdapat yang sangat dekat sekali dan tinggi sekali”.
4- Seorang ulama besar di kota Makkah yang bernama Al 'Allamah Asy Syeikh Abdullah bin Sa'id Al Lahji pernah mengatakan dalam buku beliau yang berjudul Al Miqooh Ila Ar Riwayah wa Ar Ruwaah sebagai berikut, "Diantara guruku adalah Al 'Allamah, yang menguasai berbagai macam disiplin ilmu, yang merupakan keajaiban zaman ini, Al Muhaddits As Sayyid Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Jindan”.
5- Al Habib Jindan bin Novel bin Jindan pernah menyampaikan kepada saya bahwa Al Habib Ali bin Abdur Rahman Al Jufri mendengar langsung dari Al Qutb Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad As Seggaf bahwa beliau mengatakan, "Tiga tokoh Alawiyyin yang merupakan keajaiban dalam hafalan dan kecerdasan, Al Habib Abdur Rahman bin Ubaidillah As Seggaf, Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad dan Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan”.
6- Saya mendengar dari Al 'Allamah KH.Muhammad Syukur Ya'qub bahwa beliau mendengar Al 'Allamah Al Habib Zain bin Abdullah Al Idrus Ash Shalabiyah berkata, "Kami para habaib dalam perihal hadits dan periwayatan menghadap dan berkiblat kepada Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan”.
Serta masih banyak lagi lainnya. Nama Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan sangat harum dari ujung timur Indonesia sampai ke ujung baratnya, dari selatan pulau Jawa hingga paling utara Asia Tenggara, di Timur tengah hingga ke Timur Jauh. Setiap orang yang berjumpa langsung dengan beliau, mengenal dekat dan bergaul dengannya pasti menyatakan kekagumannya kepada beliau.
Murid-Murid Al Habib Salim
Kami mendengar dari guru-guru kami bahwa ketiga ulama besar ini adalah guru besar bangsa Indonesia. Ketiganya adalah Al Habib Ali bin Abdurahman Al Habsyi, Al Habib Ali bin Husain Al Attas dan Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan. Tidak ada saat ini seorang alim ulama di JABODETABEK secara khusus dan di Indonesia secara umum melainkan ketiga ulama besar ini adalah mata air utamanya.
Diantara mereka adalah: 1. Al 'Allamah Al Habib Abdurahman bin Ahmad As Seggaf
2. Al 'Allamah Al Faqiih KH.Muhammad Syafi'i Hadzami
3. Al 'Allamah KH.Abdullah Syafi'i
4. Al 'Allamah KH.Tohir Rahili
5. Muhaddits Al Haramain As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki
6. Al Musnid Al 'Allamah As Sayyid Umar bin Hamid Al Jailani
7. Al 'Allamah Al Habib Ali bin Abdurahman As Seggaf
8. Al 'Allamah KH.Muhammad Syukur Ya'qub
9. Al 'Allamah KH.Muhammad Tayyib Izzi
10. Al Habib Abdurahman bin Abdullah Ba Qodir Al Attas
11. Al Habib Novel bin Al Habib Salim bin Jindan
12. Al Ustadzah Asy Syarifah Fatimah binti Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan
13. Al Ustadzah Asy Syarifah Fatimah binti Abdullah Ba Qodir Al Attas
14. dan masih banyak lagi.
Tidak sedikit ulama-ulama besar dunia yang ingin masuk dalam ikatan sanad Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan hingga mereka meminta kepada beliau agar dituliskan Ijazah khusus oleh Al Habib Salim untuk masing-masing mereka. Diantara mereka adalah:
1. Al 'Allamah Al Muhaddits Al Habib Salim bin Hafidz
2. Al 'Allamah Al Faqih Al Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz
3. Al 'Allamah Asy Syeikh Hasan bin Muhammad Al Massyath
4. Al 'Allamah As Sayyid Muhammad bin Hasan bin Muhammad Fad'aq
5. Al 'Allamah Mufti Zanjubar Al Habib Umar bin Ahmad bin Sumaith
6. Al 'Allamah Asy Syeikh Muhammad bin Salim Al Baihani
7. Al 'Allamah As Sayyid Alwi bin Abbas Al Maliki
8. dan masih banyak lagi.
Perjalanan Beliau ke Berbagai Pelosok
Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan dari sejak usia sangat muda gemar melakukan perjalanan ke berbagai pelosok untuk tujuan menuntut ilmu, berbagi ilmu, dakwah di jalan Allah, menjalin hubungan dengan para ulama dan kaum shalihin, memberikan perhatian besar kepada umat, meneliti sejarah dan mengumpulkan data-data sejarah, mendengar hadits-hadits Nabi dan mengumpulkan sanad dan periwayatan. Terkadang perjalanan tersebut memakan waktu berbulan-bulan. Beliau sering kali menjelajahi Indonesia bagian timur. Sulawesi beliau jelajahi hingga ke ujung hutannya. Ternate, Manado, Minahasa, Gorontalo, Makasar, Palu, Tondano, dan lain-lainnya. Kepulauan Maluku hingga ke ujung laut dan pulaunya. Bahkan hingga masuk sampai ke Filipina. Bali, kepulauan Nusa tenggara beliau jelajahi. Kalimantan hingga ke pelosoknya. Pulau Sumatera sangat mencintainya. Kota palembang dari ujung ke ujung mencintai beliau dan tidak ingin melepaskan beliau. Kenangan manis yang hingga saat ini masih selalu diceritakan di tanah Palembang. Ketika saya bersama kakak saya Al Habib Jindan berdakwah di Melaka Malaysia, para ulama tua di Melaka bercerita kepada kami bahwa Al Habib Salim bin Jindan dahulu berdakwah di Melaka dan sempat tinggal lebih kurang satu tahun di Melaka.
Masjid Sultan Singapura telah menjadi saksi bisu bagaimana dahulu Al Habib Salim berceramah dan berdakwah di Singapura. Madrasah Al Junaid Singapura pun berbangga ketika Al Habib Salim membuka dan menjadi tamu kehormatannya dalam acara pembukaan dan peresmiannya. Johor pun menjadi saksi ketika beliau menyalin naskah Kitab Al Khulashah Asy Syafiyah karya Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad tatkala beliau menimba ilmu darinya. Dalam perjalanan haji beliau masuk ke Srilangka dan Kolombo hingga berjumpa dengan para ulamanya. Berbulan beliau di tanah suci untuk menimba ilmu dari para Ahli Hadits dan ulama-ulama besarnya dan kemudian beliau tunaikan kewajiban Haji kepada Allah.
Tatkala beliau banyak menulis kitab tentang sejarah Hadramaut dan nasab kabilah-kabilah Arab Hadramaut, tidak cukup baginya data sejarah dan nasab yang beliau dapatkan di Indonesia, namun beliau pergi dan berangkat ke Hadramaut untuk menykasikan langsung dengan mata kepalanya segala data sejarah dan nasab-nasab kabilah Arab Hadramaut. Seluruh pelosok Hadramaut beliau kunjungi. Dan setiap pelosok menyambut beliau dengan sambutan yang meriah yang hingga saat ini masih disebut-sebut oleh para orang tua pelaku sejarah. Ketika pertama kali beliau masuk ke kota Tarim, Al Habib Alwi bin Abdullah bin Syahab menyambut beliau di gerbang masuk kota Tarim atas isyarat dan perintah para leluhurnya. Arak-arakan Khuddam Seggaf mengantar beliau dan rombongan para penyambut hingga masuk ke pekuburan Zanbal. Di hadapan pusara Al Faqih Al Muqoddam di depan halayak ramai beliau berceramah dan mengatakan kepada penduduk kota Tarim, "Wahai penduduk kota tarim, kalian bukanlah manusia, namun kalian lebih menyerupai para malaikat Allah yang senantiasa beribadah dan menyembah kepada Allah".
Saat bersama para ulama dan habaib dari keluarga Asy Syeikh Abu Bakar bin Salim berziarah ke Makam Nabi Hud AS. Makam Nabi Hud berada di puncak gunung dan para peziarah harus berjalan menaiki anak tangga hingga sampai di makam. Saat itu Al Habib Salim bercanda dan mengatakan kepada rombongan ulama dan habaib yang sebagian besar mereka adalah orang tua, "Mari kita balapan lari hingga sampai di puncak". Mereka semua tertawa. Kisah ini saya dengar langsung dari Al Habib Abu Bakar bin Syeikh bin Ahmad bin Asy Syeikh Abi Bakar bin Salim. Al Habib Abu Bakar bin Syeikh juga pernah bercerita kepada saya saat beliau mendampingi Al Habib Salim berziarah ke makam-makam para awliya di Hadramaut, bahwa setiap berziarah ke makam, Al Habib Salim bertanya kepada kami, "Makam siapa ini?" Maka kami menjawab "ini adalah makam Al Habib Abdullah bin Husain bin Thahir". Mendengar itu, Al Habib Salim langsung membawakan suatu hadits yang beliau dengar dari gurunya, gurunya mendengar dari gurunya dan terus mata rantai sanad di sampaikan oleh Al Habib Salim hingga bersambung kepada Al Habib Abdullah bin Husain bin Thahir dan kemudian berlanjut guru demi guru hingga sampai kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. Seterusnya begitu setiap kali berziarah ke makam siapapun dari para awliya.
Saat di kota Inat beliau di sambut dengan sambutan meriah. Bersama rombongan beliau berziarah ke makam Asy Syeikh Abu Bakar dan setelah itu mereka berbondong-bondong berjalan dengan arak-arakan ke rumah Asy Syeikh Abu Bakar bin Salim dan di adakan majelis Rauhah hingga menjelang maghrib. Kemudian mereka bersama-sama ke Masjid Asy Syeikh Abu Bakar bin Salim dan selepas maghrib diadakan majelis besar. Saat itu Al Habib Salim berdiri berbicara tentang keutamaan Ilbaas Al Khirqoh dan ceramahnya beliau membawakan 40 hadits dengan sanadnya tentang Ilbaas Al Khirqoh. Usai ceramah, beliau memberikan ijazah kepada semua yang hadir dengan memakaikan satu persatu kepada mereka semua Alfiyah beliau dengan sanad mata rantai yang bersambung sampai kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Surat Menyurat Kepada Ulama Dunia
Dari sejak usia sangat muda Al Habib Salim gemar mengirim surat kepada para ulama di berbagai penjuru dunia. Hal ini sebenarnya beliau wariskan dari sang ayah Al Habib Ahmad bin Husain bin Jindan dan sang Kakek Al Habib Ali bin Mushthafa bin Asy Syeikh Abi Bakar. Beliau tidak mendengar tentang seorang alim dipenjuru dunia yang dapat beliau surati melainkan beliau mengirim surat kepadanya untuk memohon doa, bimbingan, ijazah sanad mata rantai dan ilmu serta keberkahan. Beliau tidak memandang kepada usia ulama yang beliau surati maupun kepada suku bangsa dan bahkan tidak memandang kepada madzhab yang dianutnya maupun alirannya.
Ulama-ulama Maroko beliau surati seperti Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Abdul Hayy Al Kattani. Demikian ulama-ulama Syam seperti Muhaddits Al Akbar As Sayyid Badrud Diin Al Hasani. Sebagaimana ulama-ulama besar India beliau surati. Banyak dari tokoh-tokoh yang mengirim surat kepada beliau untuk meminta ijazah sanad mata rantai, menjawab pertanyaan dan menulis suatu kitab tentang nasab keluarga dan suku tertentu.
Hafalan dan Kecerdasan Yang Luar Biasa
Tentang kecerdasan dan hafalannya, sungguh hal tidak asing bagi siapapun. Semua mengakui hafalannya yang kuat dan kecerdasannya yang sangat luar biasa. Tentang hafalannya, banyak yang telah menyaksikan dari Al Habib Salim jika beliau membawakan suatu hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, beliau membawakannya dengan sanadnya dari awal hingga akhir. Setiap kali ada seseorang yang datang ke rumahnya untuk bertanya, beliau mengatakan kepadanya, "Pergilah kamu ke lemari yang ada di sudut sana, kemudian kamu lihat rak nomor sekian, lalu kamu hitung sekian kitab dari kanan atau kiri maka kamu akan mendapati kitab ini, ambillah dan bukalah halaman sekian dan di baris sekian kamu akan dapati jawaban pertanyaanmu".
Tentang kecerdasannya, saya mendengar dari murid beliau Alm. H. Muhammad Rasyad bahwa ketika masa penjajahan belanda, suatu hari beliau datang ke rumah tetangganya yang seorang Belanda, sang tetangga terperanjat dan senang dengan kunjungan habib ke rumahnya yang sangat tidak diduga olehnya. Tanpa basa basi Al Habib Salim mengatakan kepadanya, “Bolehkah aku meminjam beberapa hari lukisan ratu Belanda yang kau pajang di rumahmu?” Mendengar hal itu sang tetangga merasa bangga dan terhormat. Maka Al Habib pulang dengan membawa lukisan besar ratu Belanda milik tetangganya. Sesampainya di rumah, beliau memerintahkan beberapa muridnya untuk menggantungkannya di sudut rumahnya. Keluarga dan murid-murid beliau heran dan bertanya. Namun beliau tidak menjawab.
Beberapa hari kemudian pasukan belanda mengepung rumah Al Habib Salim untuk menangkap beliau. Komandan pasukan dengan tegas memaksa Al Habib untuk ikut mereka ke kantor. Dengan tenang Al Habib mengatakan kepada komandan "Baik, aku akan ikut ke kantor, tapi tunggu sebentar". Al Habib memanggil satu muridnya dan di hadapan komandan serta pasukannya beliau mengatakan kepadanya "Tolong kamu turunkan lukisan besar yang aku gantung di sudut ruangan sana dan bawa ke luar rumah, setelah itu kamu bakar dan buang di sampah, ternyata selama ini lukisan itu sama sekali tidak ada harga dan manfaatnya". Maka sang murid menurunkan lukisan sang ratu Belanda. Komandan terperanjat, melihat ternyata Al Habib Salim memajang lukisan besar ratu Belanda. Lalu komandan bertanya kepada Al Habib Salim, "Kenapa diturunkan lukisan ratu kami?" Al Habib Salim menjawab, "Untuk dibakar dan dibuang". "Kenapa?" tanya komandan penasaran. "Selama ini aku memajangnya di tempat yang tinggi dan terhormat namun kemudian hari tentara belanda mempermalukanku? Apakah demikian pemerintah Belanda memperlakukan orang-orang yang menghormati dan mencintai ratunya?" Kalau memang demikian maka lebih baik aku turunkan saja dan aku bakar, karena memang tidak ada gunanya aku memajangnya". Jawab Al Habib Salim. Mendengar jawaban Al Habib Salim sang komandan meminta maaf kepada Al Habib Salim dan mengurungkan niatnya untuk menangkap Al Habib Salim dan bergegas kembali bersama pasukannya dengan meminta maaf dan penuh rasa malu dan penyesalan telah mengganggu kenyamanan Al Habib Salim. Setelah pasukan pergi Al Habib Salim memerintahkan muridnya untuk mengembalikan lukisan ratu Belanda tersebut kepada tetangganya.
Pertanyaan dan Pembuktian
Suatu pertanyaan yang patut dipertanyakan, "Apakah benar Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan seorang Ahli Hadits, Ahli Nasab, Sejarawan? Atau dengan istilah ilmiyahnya Al Muhaddits, An Nassabah, Al Mu'arrikh? Dan apakah benar Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan seorang yang terpercaya dalam segala periwayatannya?. Lebih jelasnya bahwa pertanyaan tersebut mengandung empat persoalan penting:
1- Apakah Al Habib Salim seorang Al Muhaddits?
2- Apakah beliau terpercaya dalam segala periwayatannya?
3- Apakah beliau seorang An Nassabah (Ahli Nasab)?
4- Apakah belau seorang Al Mu'arrikh (Sejarawan)?
Untuk menjawab keempat pertanyaan tersebut kita harus memahami terlebih dahulu pertanyaan dan istilah-istilah ilmiah di atas.
Apakah Al Habib Salim seorang Al Muhaddits dan terpercaya?
Apakah arti Al Muhaddits dan kapan seseorang dianggap sebagai seorang muhaddits? Dalam kitab Tadriib Ar Rawi karya Al Imam As Sayuthi beliau menjelaskan dalam muqoddimahnya mengutip ucapan Al Imam Al Hafidz Abu Syaamah sebagaimana berikut ini:
علوم الحديث الآن ثلاثة، أشرفها حفظ متونه ومعرفة غريبها وفقهها والثاني حفظ أسانيده ومعرفة رجالها وتمييز صحيحها من سقيمها والثالث جمعه وكتابته وسماعه وتطريقه وطلب العلو فيه والرحلة إلى البلدان.
"Ilmu Hadits saat ini ada tiga, yang paling mulia adalah hafal matan-matannya dan mengetahui bahasanya serta menguasai dan memahami hukum-hukumnya. Yang kedua adalah hafal sanad-sanad atau rantaian-rantaian periwayatannya, mengetahui keadaan para periwayatnya dan dapat membedakan antara yang sehat dan yang bermasalah. Yang ketiga adalah mengumpulkannya, menulis dan merangkumnya, mendengar periwayatannya, mengumpulkan jalur-jalur periwayatannya dan mencari kedekatan dengan puncaknya serta menempuh perjalanan ke berbagai penjuru untuk mengumpulkannya".
Jika kita telah memahami hal tersebut maka marilah kita pelajari Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan apakah beliau patut diberikan gelar sebagai seorang Al Muhaddits?
1- Dari sejarah kehidupan Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan kita akan dapati bahwa sepanjang hidupnya beliau sibuk di bidang Ilmu Hadits baik dari segi riwayah maupun dari segi dirayah sebagaimana beliau juga memahami dengan pemahaman yang luas dan dalam bagaimana beristimbath yakni mengambil hukum dari Al Qur'an dan hadits. Hal ini dapat dibuktikan dalam tulisan dan karya beliau yang sangat banyak tentang ilmu hadist dari segala segi, sisi dan bidangnya.
2- Dalam dunia ahli hadits dan para Muhadditsin, sanad atau yang berarti rantai periwayatan adalah hal yang sangat mendasar dan inti. Sehingga dalam rantaian periwayatan, para ahli hadits selalu memburu dua hal: Pertama: adalah rantaian yang tinggi, dalam arti hubungan dan ikatan periwayatan yang terbilang dekat dengan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. Lebih jelasnya lagi hal ini merupakan rantaian periwayatan secara vertikal. Kedua: adalah banyaknya menjalin ikatan dengan para periwayat, para masyayikh dan guru dari berbagai penjuru dunia. Lebih jelasnya lagi hal ini merupakan rantaian periwayatan secara horisontal.
Mengenai rantaian yang tinggi, dalam arti hubungan dan ikatan periwayatan yang terbilang dekat dengan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. Atau dengan penjelasan lain adalah sanad atau rantaian periwayatan secara vertikal. Semakin sedikit periwayat dalam rantaian periwayatan maka semakin dekat dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Pada masa Al Habib Salim umumnya rantaian periwayatan dari seorang muhaddits kala itu hingga sampai kepada Al Imam Al Bukhori terdapat sekitar 20 sampai 22 mata rantai periwayat. Kedekatan yang luar biasa, Kedekatan semacam inilah yang menjadi harta karun yang selalu dikejar oleh para ahli hadits. Dalam istilah ilmu hadits Dirayah hal ini disebut dengan istilah 'Uluw Al Isnad.
Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan memiliki rantaian periwayatan hingga sampai kepada Al Imam Al Bukhori dengan rantaian yang boleh dikatakan pada masanya adalah sangat dekat dengan Al Imam Al Bukhori. Antara Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan dengan Al Imam Al Bukhori terdapat hanya kurang dari 18 mata rantai periwayat. Bahkan dalam beberapa rantaian periwayatan Hubungan Al Habib Salim dengan Al Imam Al Bukhori hanya dengan kurang dari 15 mata rantai periwayat. Dan kedekatan ini sangatlah langka.
Di dalam beberapa kitab karya Al Habib Salim disebutkan salah satu dari sekian banyak rantaian periwayatan vertikal yang sangat dekat kepada Al Imam Al Bukhori berikut ini:
1. Al Habib Salim meriwayatkan dengan Ijazah ‘Ammah Mukatabah kitab Shahih Al Bukhari dari
2. Sang kakeknya Al Imam Al Habib Shaleh bin Abdullah bin Jindan, beliau meriwayatkan dari
3. Al Imam Abdul Hamid bin Ahmad bin Muhammad Qoothan, beliau meriwayatkan dari
4. Sang ayah, Al Imam Ahmad bin Muhammad Qoothan, beliau meriwayatkan dari
5. Al Imam Imaad Ad Diin Yahya bin Umar Al Ahdal, beliau meriwayatkan dari
6. Al Imam Abi Al Wafa’ Ahmad bin Muhammad Al ‘Ijl Al Yamani, beliau meriwayatkan dari
7. Al Imam Yahya bin Mukarram Ath Thabari, beliau meriwayatkan dari
8. Kakeknya yang bernama Muhibb Ad Diin Muhammad bin Muhammad Ath Thabari, beliau meriwayatkan dari
9. Al Burhan Ibrahiim bin Muhammad Ad Dimasyqi, beliau meriwayatkan dari
10. Abdur Rahiim bin Abdil Awwal Al Farghani, beliau meriwayatkan dari
11. Muhammad bin Syaadz bakhat, beliau meriwayatkan dari
12. Yahya bin ‘Ammaar Al Khatlaani, beliau meriwayatkan dari
13. Al Imam Muhammad bin Yusuf Al Farabri, beliau meriwayatkan dari
14. Al Imam Muhammad bin Ismail Al Bukhari.
Adapun mengenai banyaknya menjalin ikatan dengan para periwayat, para masyayikh dan guru dari berbagai penjuru dunia. Yang lebih jelasnya lagi hal ini merupakan rantaian periwayatan secara horisontal. Kita akan dapati Al Habib Salim menjalin hubungan dan ikatan erat dengan para ulama yang sangat banyak. Hubungan tersebut baik secara perjumapaan langsung maupun secara surat menyurat atau pun masuk dalam lingkup keluasan Ijazah sanad yang umum. Dan hubungan tersebut terjalin baik antara yang ulama yang senior, setaraf atau yang junior.
Dalam suatu karya tulis Al Habib Salim yang berjudul Raudhah Al Wildan Fi Tsabat Ibn Jindan yang terdiri dari 8 jilid besar beliau menuliskan sebagian besar dari guru-guru beliau lengkap dengan sejarah singkat masing-masing mereka dan bagaimana bentuk hubungan yang terjalin antara Al Habib Salim dengan masing-masing mereka. Jumlah para guru beliau lebih kurang 400 guru yang tersebar diberbagai penjuru dunia. Dalam karya tulis beliau lainnya yang berjudul As Saami Fi Al Asaami yang terdiri dari 6 jilid besar beliau juga menyebutkan guru-guru beliau yang jumlahnya lebih dari empat ratus guru yang tersebar di berbagai penjuru dunia lengkap dengan biografi singkat masing-masing mereka serta bentuk ikatan dan hubungan yang terjalin antara mereka.
3- Beliau banyak menulis karya tulis di bidang ilmu hadits dari barbagai segi, sisi dan jenisnya. Baik itu dari segi Riwayah maupn Dirayah ataupun Istimbath Hukum. Lebih dari 50 karya tulis besar yang beliau tulis di bidang ilmu hadits. Berikut beberapa judul dari karya tulis beliau di bidang ilmu hadits:
- العقود الدرية في المسلسلات الفخرية في 3 مجلدات
- القول الحثيث في العمل بالحديث الضعيف
- بلابل الأطيار في سلاسل الأخبار
- تنقيح الأخبار في الناسخ و المنسوخ من الأخبار
- تنوير المقباس في الخرقة و الإلباس
- تقريب البعيد في طرق المسلسل بيوم العيد
- المواهب العلوية في الأربعين النبوية
- روضة الولدان في ثبت ابن جندان 8 مجلدات
- تنوير الأذهان في مرويات الأعيان
- عمدة العكاف في مرويات السادة آل الكاف
- المقباس في الخرقة و الإلباس
- الوسيط في الثبت المحيط في 2 مجلد
- و غيرها
- Al ‘Uquud Ad Durriyah Fi Musalsalaat Al Fakhriyah 3 Jilid
- Al Qoul Al Hatsits Fi Al ‘Amal bi Al Hadits Adh Dha’if
- Balabil Ath Athyaar Fi Salaasil Al Akhbaar
- Tanqih Al Akhbar Fi An Naasikh Wa Al Mansukh Min Al Akhbar
- Tanwir Al Miqbas Fi Al Khirqot Wa Al Ilbas
- Taqrib Al Ba’iid Fi Thuruq Al Musalsal Bi Yaum ‘Iid
- Al Mawahib Al ‘Alawiyah Fi Al Arba’in An Nabawiyah
- Raudhah Al Wildan terdiri dari 8 jilid besar.
- Tanwiir Al Adzhan Fii Marwiyaat Al A'yaan.
- 'Umdat Al 'Ukkaaf Fi Marwiyaat As Saadah Aal Al Kaaf.
- Al Miqbaas Fi Al Khirqoh Wa Al Ilbaas.
- Al Washiith Fi Ats Tsabat Al Muhiith 2 Jilid.
- Dan lain-lainnya.
4- Ciri khas beliau dalam menulis yang selalu melekat pada dirinya adalah dalam membawakan atau mengutip suatu hadits pasti beliau nyatakan secara lengkap dan terperinci sanad atau rantaian periwayatan hadits tersebut dari beliau yang bersambung kepada gurunya dan terus sampai kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dengan lengkap dan sangat terperinci.
5- Gaya dan ciri khas beliau dalam membawakan suatu hadits adalah dengan sanad atau rantaian periwayatan yang sangat lengkap dari beliau sampai kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam setiap kali membawakan suatu hadits. Dan hal ini bukan hanya dilakukan oleh beliau dalam karya tulis semata, namun bahkan dalam mengajar, khutab dan ceramah, beliau selalu melakukan hal itu.
6- Bahkan beliau marah dan menegur dengan tegas kepada setiap penceramah yang mengutip suatu hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam tampa menyebutkan sanad dan mata rantainya dengan jelas, lengkap dan terperinci. Hingga beliau dengan tegas mengatakan "Jika penceramah membawakan hadits tanpa membawakan sanad dan rataian periwayatannya maka dia adalah koplo (dungu)".
7- Para ulama di zamannya mengakui dan menyebut beliau sebagai Al Muhaddits. Diantara mereka adalah
- Al Allamah As Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki
- Al Allamah Asy Syeikh Hasan Al Masysyath
- Al Allamah Asy Syeikh Abdullah Sa'id Al Lahji
- Al Imam Al Habib Ali bin Abdur Rahman Al Habsyi
- Musnid Ad Dunia Asy Syeikh Muhammad Yasin Al Fadaani
- Dan lain-lainnya
8- Kemudian hal paling penting dalam ilmu hadits adalah seorang periwayat adalah seorang yang terpercaya atau dalam istilah ilmiyah ahli hadits adalah Tsiqoh (terpercaya). Seorang periwayat dapat dianggap terpercaya jika memenuhi 2 syarat. Yang pertama adalah Al 'Adaalah dan yang kedua adalah Adh Dhobth.
Al 'Adaalah artinya adalah seorang periwayat tidak melakukan dosa besar, tidak terus menerus melakukan dosa kecil, ketaatannya jauh melebihi kekhilafannya, berakhlak dan bermuru'ah yang baik dan yang terpenting adalah tidak pernah berdusta.
Adh Dhobth artinya adalah ketelitian dan keakuratan dalam meriwayatkan. Hal ini bisa dengan hafalan yang sangat kuat atau juga bisa dengan catatan yang akurat. Dalam arti yang lebih jelas bahwa seorang periwayat terkadang memiliki kelebihan berupa daya ingat dan daya hafal yang sangat kuat sehingga dia mengandalkan daya ingat dan hafalanya tersebut dalam menampung dan menuangkan suatu kabar atau hadits. Dan ada juga periwayat yang tidak memiliki kelebihan dalam daya ingat dan hafalan namun mengandalkan tulisan dan catatan yang teliti serta akurat.
Dalam pembuktian bahwa Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan seorang yang memiliki sifat Al 'Adaalah, adalah dengah beberapa hal berikut ini:
1. Kita harus mengkaji sejarah hidupnya melalui para saksi sejarah. Para saksi sejarah semua mengakui bahwa Al Habib Salim adalah seorang yang sangat bertaqwa kepada Allah. Berkata seorang ulama besa di tanah suci Makkah yang bernama Asy Syeikh Hasan bin Muhammad Al Masysyaath tentang Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan sebagai berikut: “Di antara guruku adalah As Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan Al Hadhrami Al Alawi yang tinggal di kota Jakarta di tanah Jawa. Aku selalu berjumpa dengannya di Masjidil Haram dan di rumahku. Beliau sering kali memberikan Ijazah kepadaku, beliau berada di tempat yang sangat agung dalam ilmu dan ketaqwaan serta dalam berdakwah di jalan Allah. Beliau memiliki sanad-sanad yang bersambung dengan guru-guru dan leluhurnya, bahkan di antara sanad tersebut terdapat yang sangat dekat sekali dan tinggi sekali.” [kitab Ats Tsabat Al Kabir hal 185].
2. Semua orang di masanya dan hingga saat ini sepakat bahwa beliau adalah salah seorang wali dari para awliya Allah. Dan kewalian di sisi Allah tidak mungkin dicapai oleh seseorang melainkan dengan keimanan yang kokoh dan ketakwaan yang sempurna kepada Allah sebagaimana Allah nyatakan dengan jelas di dalam ayat suci Al Qur’an. Dan bukankah kemaksiatan, ucapan dusta dan dosa besar maupun kecil adalah lawan dari pada ketakwaan?
3. Semua saksi sejarah menyatakan kekaguman mereka kepada Al Habib Salim saat berbicara. Tidak pernah mengenal takut dalam menyatakan kebenaran, dalam menyatakan yang haq. Walaupun harus keluar masuk penjara, walaupun nyawa taruhannya di masa penguasa yang sangat keras.
Dari ketiga hal di atas, maka jelaslah bahwa Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan memiliki sifat Al ‘Adaalah dan jujur dalam segala apa yang beliau nyatakan dari kebenaran dan haq walau nyawa taruhannya.
Adapun dalam pembuktian bahwa Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan seorang yang memiliki sifat Adh Dhabth, adalah dengan pengakuan para ulama-ulama besar di zamannya. Berikut ini kutipan pengakuan dari beberapa ulama besar terhadap Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan:
1. Guru beliau juga Al 'Allamah Mufti Johor Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad. Dalam naskah ijazah beliau kepada Al Habib Salim beliau menulis, "Sesungguhnya telah meminta kepadaku Ijazah As Sayyid yang terhormat, yang kokoh berprinsip, yang ditalqinkan baginya ilmu, yang diberikan kepadanya ilham, seorang yang memiliki hafalan yang sangat kuat, yang selalu meneliti ilmu, yang kritis, yang setiap hari selalu datang dengan membawa pembahasan ilmiah yang unik As Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan”.
2. Al Habib Jindan bin Novel bin Jindan pernah menyampaikan kepada saya bahwa Al Habib Ali bin Abdur Rahman Al Jufri mendengar langsung dari Al Qutb Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad As Seggaf bahwa beliau mengatakan, "Tiga tokoh Alawiyyin yang merupakan keajaiban dalam hafalan dan kecerdasan, Al Habib Abdur Rahman bin Ubaidillah As Seggaf, Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad dan Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan”. Dari apa yang dinyatakan di atas, maka jelaslah bahwa Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan memiliki sifat Adh Dhabath dan ketelitian serta daya ingat dan hafalan yang sangat luar biasa dalam segala apa yang beliau nyatakan.
Apakah Al Habib Salim seorang An Nassaabah (Ahli Nasab)?
Apakah arti An Nassaabah (Ahli Nasab) dan kapan seseorang dianggap sebagai seorang Ahli Nasab?. Dalam kitab Al Qomuus Al Fiqhi hal 351 dijelaskan sebagaimana berikut ini:
ذكر في القاموس الفقهي ص 351 النساب: العالم بالانساب. النسابة: النساب. و الهاء للمبالغة في المدح. انتهى.
“An Nassaab adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dalam ilmu nasab dan keturunan. Kalimat An Nassaab sama dengan kalimat An Nassabah hanya saja kalimat An Nassabah digunakan sebagai bentuk pujian dan kekaguman yang lebih besar.”
Dalam kitab Al Muhkam Wa Al Muhiith Al A’dzam jilid 8 hal 529 dijelaskan sebagaimana berikut ini:
و ذكر في المحكم و المحيط الأعظم ج 8 ص 529: و النَّسَّابُ العالمُ بالنَّسَب و جمعُه نَسَّابُون و هو النَسَّابَةُ أدخلوا الهاءَ للمُبالغة و لم تُلْحَقْ لتأنيث المَوْصوفِ بما هي فيه و إنما لَحِقَت لإِعْلام السامع أنّ هذا الموصوف بما هي فيه قد بَلَغَ الغايَةَ و النّهاية فجَعلَ تأنِيثَ الصِّفة أمارَةً لما أُرِيد من تأنيث الغايةِ و المُبالَغَةِ. انتهى.
“An Nassaab adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dalam ilmu nasab dan keturunan. Bentuk jamaknya adalah An Nassaabuun. Kalimat An Nassaab sama dengan kalimat An Nassabah hanya saja kalimat An Nassabah digunakan sebagai bentuk pujian dan kekaguman yang lebih besar. Ta’ Marbuthah pada kalimat An Nassaabah bukan menunjukkan kepada perempuan namun menunjukkan sebagai bentuk pernyataan dan pengumuman kepada pendengar bahwa orang yang dimaksud telah mencapai puncak yang tinggi dalam bidangnya”.
Dalam kitab An Nihaayah Fi Ghariib Al Hadits jilid 5 hal 46 dijelaskan sebagaimana berikut ini:
و ذكر في النهاية في غريب الحديث و الأثر ج 5 ص 46: (نَسَبَ) - فِي حَدِيثِ أَبِي بَكْرٍ وَ كَانَ رجُلا نَسَّابَة،ً النَّسَّابَةُ: الْبَلِيغُ العالمِ بِالْأَنْسَابِ. وَالْهَاءُ فِيهِ للمبالغةِ، مِثْلها فِي العَلامة.
“Kalimat “Nasaba” tersebut dalam hadits Abu Bakar Ash Shiddiq sebagaimana berikut: “Beliau (Abu Bakar) adalah seorang An Nassaabah”. Arti An Nassaabah adalah seorang yang telah menguasai dan mengetahui tentang ilmu nasab. Dan Ta’ Marbuthah pada kalimat An Nassaabah digunakan sebagai bentuk pujian dan kekaguman yang lebih besar. Persis dengan kalimat Al ‘Allamah”.
Jika hal ini telah kita fahami maka marilah kita pelajari Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan apakah beliau patut diberikan gelar sebagai seorang An Nassaabah (Ahli Nasab)?
1. Dari sejarah kehidupan Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan kita akan dapati bahwa sepanjang hidupnya beliau sibuk di bidang Ilmu Nasab. Beliau pernah menyatakan dalam suatu karya yang beliau tulis tentang ilmu nasab yang berjudul Muntahaa Al ‘Uquul Fi Ma’rifati Jamaahiir Al Furu’ Wa Al Ushul sebagaimana berikut:
قال في مقدمة كتابه المسمى بمنتهى العقول في معرفة جماهير الفروع و الأصول ما نصه: أما بعد فإني منذ نشأت في عصر الحداثة عاشقا على مطالعة كتب الأنساب و معرفة أصول القبائل و العشائر و فروع الشعوب و الجماهير و حملني بذلك على جمع بعض معلومات على جمع أشتات العلم في هذا الفن العجيب. انتهى.
“Amma ba’du, sesungguhnya dari sejak kanak-kanak saya telah tergila-gila dalam menelaah kitab-kitab di bidang ilmu nasab, kitab-kitab yang menjelaskan tentang suku-suku, keluarga, keturunan, leluhur bangsa-bangsa. Obsesi inilah yang mendorong saya untuk mengumpulkan berbagai sumber dan referensi yang tercerai-berai yang berkaitan tentang ilmu yang sangat unik ini”.
2. Al Habib Salim semasa hidupnya banyak mengumpulkan dan mengkoleksi kitab-kitab yang jumlahnya ratusan tentang ilmu nasab yang kesemuanya tersimpan dengan baik pada masanya di dalam perpustakaan besar beliau.
3. Tidak hanya mengkoleksi, namun beliau membacanya, menghafalnya dan menguasainya.
4. Beliau menulis kitab yang sangat banyak sekali tentang ilmu nasab. Berikut ini adalah beberapa judul karya beliau dalam ilmu nasab:
- معجم الأوادم في الأنساب و التراجم في 16 مجلد
- الدر و الياقوت في بيوتات عرب المهجر و حضرموت في 7 مجلدات
- الحلة العدنية في العائلة الحندانية
- المواهب و المنن في نسب بني الحسن
- تنوير المقباس في نسب بني العباس
- إحياء المآثر في معرفة أنساب القبائل و العشائر
- عمدة الطالب في أولاد علي ابن أبي طالب
- زهر الباسم في أولاد الإمام الشيخ أبي بكر بن سالم
- بهجة الأمير في سلسلة المشايخ آل بن سمير
- تحفة الأريب في سلسلة المشايخ آل الخطيب
- النسب الكبير الذي جمعت فيه نسب كسرى أنوشروان الكبير
- النقابة في نسب السادة آل بارقبة
- طراز الأخضر في معرفة نسب آل المصطفى من مضر
- Mu’jam Al Awadim 16 jilid
- Ad Durr Wa Al Yaquut 7 Jilid
- Al Hullah Al Adaniya Fi Al ‘Ailah Al Jindaaniyah
- Al Mawahib Wa Al Minan Fi Nasab Bani Al Hasan
- Tanwir Al Miqbaas Fi Nasab Bani Al Abbas
- Ihya Al Ma’atsir Fi Ma’rifati Ansaab Al Qobail Wa Al ‘Asyaair
- ‘Umdat Ath Thalib Fi Awlaad Ali bin Abi Thalib
- Zahr Al Baasim Fi Awlad Al Imam Asy Syeikh Abi Bakar bin Salim
- Bahjat Al Amiir Fi Silsilat Al Masyayikh Aal Bin Sumair
- Tuhfat Al Ariib Fi Silsilat Al Masyayikh Aal Al Khatiib
- An Nasab Al Kabiir (tantang Nasab raja-raja Persia)
- An Naqobah Fi Nasab As Saadaah Aal Ba Raqbah
- Thiraaz Al Akhdhar Fi Ma’rifat Nasab Aaa Al Mushthafa Min Mudhar
Saya melihat daftar isi kitab karya beliau yang berjudul Mu’jam Al Awadim, dalam daftar isi tersebut dijelaskan bahwa yang menjadi topik pembahasan adalah tentang anak cucu Adam, dari sejak Nabi Adam dan seterusnya. Jilid 1 terdiri dari 1200 halaman lebih. Kemudian di akhir daftar isi beliau menulis sebagai berikut “Inilah daftar isi jilid 1 dari 16 jilid kitab yang berjudul Mu’jam Al Awaadim”. Sungguh mengagumkan sekali sosok manusia ini, jika jilid 1 terdiri dari 1200 halaman lebih maka bagaimana dengan 16 jilid? Dan saya akan tambahkan satu bait syair indah lagi kepada para peneliti bahwa sebagian besar karya tulis Al Habib Salim beliau tulis atas dasar hafalan beliau.
5. Al Habib Salim banyak melakukan perjalanan demi untuk meneliti dan mengumpulkan manuskrip dan lembaran-lembaran tua yang berisi nasab suatu keluarga tertentu. Bahkan saat menulis karya besar beliau di bidang nasab bangsa arab Hadramaut yang berjudul Ad Durr Wa Al Yaaquut, beliau hingga berangkat ke Hadramaut pada tahun 1380 H dengan tujuan salah satunya adalah mengumpulkan data secara langsung dari negeri Hadramaut.
6. Para ulama besar secara umum dan para ahli nasab di zamannya mengakui keunggulan beliau di bidang ilmu nasab, hingga mereka memebrikan gelar An Nassabah kepadanya sebagai bentuk pengakuan dan kekaguman. Di antara para ulama besar yang memberikan gelar tersebut kepadanya adalah:
- Al ‘Allamah Asy Syeikh Muhammad Yasin Al Faadaani
- Al ‘Allamah Muhaddits Al Haramain As Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki
- Seorang Ahli Nasab yang terkenal Al ‘Allamah As Sayyid Muhamad Dhiya’ bin Syahab.
- Bahkan Al Imam Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad Mufti Johor dalam karya-karya tulis beliau banyak menukil dan bertumpu kepada Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan. Di antaranya adalah kitab Al Madkhal karya Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad yan menyebutkan kekagumannya atas kecerdasan dan kesigapan Al Habib Salim di bidang ilmu nasab dan sejarah.
- Dan masih banyak ulama lainnya yang mengakui keunggulan beliau dalam ilmu nasab.
7. Beberapa tokoh ulama Hadramaut menulis surat kepada beliau agar berkenan menuliskan secara terperinci untuk mereka nasab kelurga besar kabilah Hurmuz. Padahal di masa itu negeri Hadramaut penuh dengan para ulama-ulama besarnya.
Dari apa yang telah kami paparkan di atas, maka jelaslah bahwa Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan memenuhi kerietera sebagai seorang An Nassaabah atau Ahli Nasab.
Apakah Al Habib Salim seorang Al Muarrikh (Sejarawan)?
Apakah arti Al Muarrikh (Ahli Sejarah) dan kapan seseorang dianggap sebagai seorang Al Muarrikh (Ahli Sejarah)?. Dalam kitab Al I’laan Bi At Tawbikh karya Al Imam As Sakhowi hal 18 dijelaskan sebagaimana berikut ini:
التاريخ في الإصطلاح التعريف بالوقت الذي تضبط به الأحوال من مولد الرواة و الأئمة و وفاة و صحة و عقل و رحلة و حفظ و ضبط و توثيق و تجريح و ما أشبه هذا مما مرجعه الفحص عن أحوالهم في ابتدائهم و حالهم و استقبالهم و يلتحق به ما يتفق من الحوادث و الوقائع الجليلة من ظهور ملمة و تجديد فرض و خليفة و وزير و غزوة و ملحمة و حرب و فتح بلد و انتزاعه من متغلب عليه و انتقال دولة و ربما يتوسع فيه لبدء الخلق و قصص الأنبياء و غير ذلك من أمور الأمم الماضية و أحوال القيامة و مقدماتها مما سيأتي أو دونها كبناء جامع أو مدرسة أو قنطرة أو رصيف أو نحوها مما يعم الإنتفاع به مما هو شائع مشاهد أو خفي سماوي كجراد و كسوف و خسوف أو أراضي كزلزلة و خريق و سيل و طوفان و قحط و طاعون و موتان و غيرها من الآيات العظام و العجائب الجسام. و الحاصل أنه فن يبحث فيه عن وقائع الزمان من خيثية التعيين و التوقيق بل عما كان في العالم.
“Sejarah dalam pengertian ulama adalah kabar tentang waktu yang dengannya menjadi acuan berbagai macam keadaan baik itu kelahiran seseorang, wafatnya, sehat, sakit, perjalanan, hafalan, ketelitian, pengakuan, pencorengan nama baik, dan lain sebagainya yang mana kesemua itu berkaitan dengan penelitian keadaan seseorang atau keadaan suatu masa. Demikian juga merupakan bagian dari ilmu sejarah adalah kabar dan pencatatan segala kejadian besar dan kecil dari peperangan, pelantikan pemimpin dan menteri, pertempuran dan penaklukan, perpindahan kekuasaan dan lain sebagainya. Kabar tentang bangsa dan umat terdahulu, awal mula penciptaan, kisah para nabi dan bahkan tentang perkara yang akan datang seperti hari kiamat. Kabar tentang fenomena alam seperti gerhana matahari dan bulan, gempa dan kebakaran, banjir dan topan, wabah penyakit dan kematian masal, serta segala kejadian apapun di alam semesta ini. Ringkasnya adalah bahwa ilmu sejarah adalah bidang ilmu yang membahas tentang segala apa yang terjadi di alam semesta ini.”
Jika hal ini telah kita fahami maka marilah kita pelajari Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan apakah beliau patut diberikan gelar sebagai seorang Al Muarrikh (Ahli Sejarah)?
1. Dari sejarah kehidupan Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan kita akan dapati bahwa sepanjang hidupnya beliau juga sibuk di bidang ilmu sejarah.
2. Al Habib Salim semasa hidupnya banyak mengumpulkan dan mengkoleksi kitab-kitab yang jumlahnya ratusan tentang ilmu sejarah yang kesemuanya tersimpan dengan baik pada masanya di dalam perpustakaan besar beliau.
3. Tidak hanya mengkoleksi, namun beliau membacanya, menghafalnya dan menguasainya.
4. Lebih dari ratusan tokoh penting dunia Islam pada masa beliau yang beliau tuliskan biografi dan sejarah singkat hidupnya, dan secara khusus tokoh ulama Nusantara.
5. Dan beliau adalah salah satu orang yang memiliki andil sangat besar dalam memperkenalkan kepada ulama-ulama Timur Tengah tentang banyaknya tokoh-tokoh caliber ulama Nusantara melalui biografi-biografi mereka yang beliau tuliskan dalam karya-karyanya.
6. Beliau menulis kitab yang sangat banyak sekali tentang sejarah. Berikut ini adalah beberapa judul karya beliau dalam ilmu sejarah:
- العلم الشامخ في معجم المشايخ في 2 مجلد
- إعلام أهل الرسوخ بأنباء أعلام الشيوخ في 4 مجلدات
- سوابق الميدان في شيوخ ابن جندان في 4 مجلدات
- عدة اللفاظ بذيل على طبقات الحفاظ في 6 مجلدات
- إتحاف النبيل بأخبار من بجزائر الأرخبيل في 2 مجلد
- قطف الثمر في حياة الشيخ أبي بكر
- اللوامع البينات فيمن وفد على مولى عينات في 5 مجلدات
- إعلام البرايا بأعلام إندونسيا في 3 مجلدات
- نفحات العنبر في أعيان الثالث عشر في 4 مجلدات
- نقش التابوت في ذكر من حل من الصحابة بحضرموت
- ترجمة الإمام المهاجر
- ملوك العلويين في الشرق الأقصى في 2 مجلد
- تاريخ دخول الإسلام إلى جزائر إندونسيا
- حوادث ابن جندان في خمسين عاما
- Al ‘Alam Asy Syamikh 4 Jilid
- I’laam Ahli Ar Rusukh Bi Anbaa’I A’laam Asy Syuyukh 4 jilid
- Sawabiq Al Maydaan 4 Jilid
- Uddat Al Luffaadz 6 Jilid
- Ithaaf An Nabiil Bi Akhbaar Man Bi Jazair Al Arakhbiil 2 Jilid
- Qutf Ats Tsamar Fi Manaqib Asy Syeikh Abi Bakar
- Al Lawami’ Al Bayyinaat 5 Jilid
- I’laam Al Baraaya Bi A’laam Indunusia 3 jilid
- Nafahaat Al ‘Anbar Fi A’yaan Ats Tsalits ‘Asyar 4 jilid
- Naqsy At Taabuut
- Tarjamah Al Imam Al Muhajir
- Muluk Al Alawiyyin Fi Asy Syarqil Aqsha 2 jilid
- Tarikh Dukhul Islam Ila Jazair Indunusia
- Hawadits Ibn Jindan Fi Khamsin ‘Aam
Kitab Al ‘Alam Asy Syamikh 4 Jilid, I’laam Ahli Ar Rusukh Bi Anbaa’I A’laam Asy Syuyukh 4 jilid, Sawabiq Al Maydaan 4 Jilid membahas tentang biografi dan sejarah guru-guru Al Habib Salim yang jumlahnya ratusan yang tersebar di Indonesia secara khusus dan di berbagai penjuru dunia.
Kitab Ithaaf An Nabiil Bi Akhbaar Man Bi Jazair Al Arakhbiil 2 Jilid, I’laam Al Baraaya Bi A’laam Indunusia 3 jilid, Muluk Al Alawiyyin Fi Asy Syarqil Aqsha 2 jilid, Tarikh Dukhul Islam Ila Jazair Indunusia, membahas tentang sejarah masuknya Islam di Nusantara dan tentang kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara serta tentang sejarah dan biografi tokoh-tokoh Nusantara.
Kitab Qutf Ats Tsamar Fi Manaqib Asy Syeikh Abi Bakar, Al Lawami’ Al Bayyinaat 5 Jilid membahas tentang sejarah kehidupan Asy Syeikh Abu bakar bin Salim dengan penjelasan yang sangat luas sekali.
Kitab Nafahaat Al ‘Anbar Fi A’yaan Ats Tsalits ‘Asyar 4 jilid, membahas tentang sejarah dan biografi para ulama Islam yang hidup pada abad ke 13 Hijriyah.
Kitab Naqsy At Taabuut membahas tentang sejarah para sahabat Nabi yang pernah masuk ke negeri Hadramaut.
Kitab Tarjamah Al Imam Al Muhajir membahas tuntas tentang biografi dan sejarah kehidupan Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir.
Kitab Hawadits Ibn Jindan Fi Khamsin ‘Aam membahas tentang sejarah hidup Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, dan ini adalah karya beliau sendiri yang mebahas tentang hidup beliau.
7. Al Habib Salim banyak melakukan perjalanan demi untuk meneliti dan mengumpulkan manuskrip dan lembaran-lembaran tua sejarah Islam di Nusantara. Bahkan dalam penelitian sejarah beliau hingga berangkat ke Filipina, Bali, Lombok dan berbagai penjuru jauh lainnya. Beliau seringkali melakukan kunjungan ke keraton-keraton dan kesultanan untuk penelitian sejarah. Di antaranya kesultanan Cirebon, kesultanan Banten, dan lain sebagainya. Dan di antara pernyataan yang beliau sampaikan kepada para ulama zamannya seperti Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad Mufti Johor yang juga menyetujui pernyataan Al Habib Salim bahwa para penjajah telah melakukan perubahan-perubahan dan manipulasi sejarah Islam di Nusantara bahkan telah memalsukan banyak manuskrip tua sejarah Islam di Nusantara.
8. Para ulama besar secara umum dan para ahli sejarah di zamannya mengakui keunggulan beliau di bidang ilmu sejarah, hingga mereka memberikan gelar Al Muarrikh kepadanya sebagai bentuk pengakuan dan kekaguman. Di antara para ulama besar yang memberikan gelar tersebut kepadanya adalah:
- Al ‘Allamah As Sayyid Muhamad Dhiya’ bin Syahab ketika menulis kitabnya yang berjudul Al Imam Al Muhajir Ahmad bin Isa beliau meminta untuk berjumpa dengan Al Habib Salim bin Jindan demi untuk menggali maklumat dan informasi dari beliau sebagaimana yang telah disampaikan kepada saya oleh KH. Muhammad Syukur Ya’qub.
- Al ‘Allamah As Sayyid Muhamad Dhiya’ bin Syahab juga menulis dalam kitabnya Ta’liqot ‘Ala Syams Adz Dzahirah hal 298 mengatakan, “Al Habib Salim bin Jindan adalah seorang Khatib dan orator ulung di acara-acara besar, dan jika berbicara maka bagaikan air yang mengalir, kuat hafalannya, sangat cepat jawabannya, jika menyampaikan suatu hadits Nabi beliau bawakan sanad dan rantaian periwayatannya dengan lengkap dari beliau sampai kepada Nabi Muhammad, dan jika suatu kejadian sejarah maka beliau jelaskan secara teliti dan terperinci, dan jika menyebutkan nama seorang tokoh dalam sejarah maka beliau sebutkan nasab tokoh tersebut dengan terperinci dan lengkap. Dan yang mengagumkan adalah bahwa itu semua beliau sampaikan dari hafalannya.
- Bahkan Al Imam Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad Mufti Johor dalam karya-karya tulis beliau banyak menukil dan bertumpu kepada Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan. Di antaranya adalah kitab Al Madkhal karya Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad yan menyebutkan kekagumannya atas kecerdasan dan kesigapan Al Habib Salim di bidang ilmu nasab dan sejarah.
- Dan masih banyak ulama lainnya yang mengakui keunggulan beliau dalam ilmu Sejarah.
Dari apa yang telah kami paparkan di atas, maka jelaslah bahwa Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan memenuhi keriteria sebagai seorang Al Muarrikh atau Ahli Sejarah.
Kehidupannya Bermasyarakat
Al Habib Salim adalah orang yang sangat bermasyarakat. Beliau bergaul dengan semua kalangan masyarakat tanpa pandang bulu, ras, suku dan agama. Semua beliau perlakukan dengan pantas dan layak serta akhlak dan budi pekerti yang luhur. Tua dan muda, pejabat dan rakyat, Cina, Belanda dan Indonesia, muslim dan non muslim. Sering kali beliau duduk bersama tukang becak dan jika beliau sudah duduk bersama mereka, terkadang beliau hanya memakai celana panjang dan kaos merah sambil duduk di becak dan dipijat oleh beberapa mereka sedang yang lain berkumpul mendengarkan obrolan-obrolan santai beliau yang berisi dengan nasehat, kisah yang penuh pelajaran dan ucapan-ucapan beliau yang penuh kasih sayang kepada sekalian hamba Allah.
Mantan gubenur DKI Jakarta Ali Sadikin mengatakan kepada sepupu saya As Sayyid Salim bin Muhammad Solahuddin bin Jindan, "Saya heran dan kagum dengan Al Habib Salim bin Jindan, di atas mimbar dia menghabisi saya dengan ceramahnya yang sangat tegas, namun setelah turun dari mimbar di waktu jamuan makan dia memanggil saya untuk mengajak saya makan bersama, dan menyuguhkan saya makanan dan hidangan seakan tidak ada apapun diantara saya dengannya".
Guru kami Al Habib Abdurahman bin Syeikh Al Attas bercerita kepada saya, "Suatu malam Al Habib Salim memanggil saya dan mengajak saya menemaninya jalan. Maka saya memenuhi ajakan beliau. Saya mengenakan pakaian biasa saya, kemeja dan celana panjang sedangkan Al Habib Salim dengan Imamah, jubbah dan sorbannya. Kami berjalan di kegelapan malam ke pinggiran kota Jakarta. Ternyata Al Habib Salim mengajak saya ke tempat berkumpulnya orang-orang malam yang bermaksiat, ke tempat berkumpulnya para wanita penghibur. Ketika mereka melihat Al Habib Salim datang mereka ketakutan, namun Al Habib Salim memanggil mereka semua, memberikan kepada mereka nasehat yang penuh dengan kasih sayang. Kemudian beliau membagi-bagikan untuk mereka uang sambil mengatakan, "Ambil uang ini, kamu pulang beli mesin jahit dan bekerjalah yang halal serta jauhi kehidupan maksiat ini". Beliau melakukan hal ini setiap dua minggu sekali atau lebih atau kurang.
Al Habib Salim sangat menyukai para pemuda. Ketika beliau duduk bersama para ulama dan orang-orang besar, beliau bagaikan singa di tengah-tenga mereka. Namun ketika usai duduk di majelis bersama mereka, beliau langsung duduk bersama para pemuda, melepas imamah beliau dan bercanda gurau dengan mereka, berbicara dengan mereka hal-hal yang disukai oleh para pemuda. Semua masyarakat dari berbagai kalangan memiliki kenangan manis dengannya. Setiap kali saya masuk ke rumah seseorang yang memiliki hubungan dengan ilmu dan ketakwaan di JABODETABEK melainkan orang-orang tuanya mengatakan kepada saya bahwa Al Habib Salim pernah masuk ke rumah mereka, terkadang tidur dirumahnya, makan dirumahnya, bagaikan salah satu dari anggota keluarga. Mereka semua memiliki kenangan manis yang indah bersamanya. Hingga saat ini, saya tidak masuk ke rumah seorang yang memiliki hubungan dengan ulama dan salihin di kota manapun di Indonesia melainkan saya melihat foto Al Habib Salim menjadi pajangan di sudut rumah tersebut.
Wafat Beliau
Kabar wafat Al Habib Salim sangat menyayat hati seluruh umat Islam di berbagai penjuru karena setiap orang dari berbagai kalangan memiliki kenangan manis dengannya. Sepanjang jalan raya dari Kampung Melayu hingga Condet dipenuhi oleh lebih dari setengah juga umat Islam yang berdesakan mengantar jenazah beliau. Sampai terlalu penuhnya para pelayat hingga seakan kurung batang jenazah berjalan mengalir di atas kepala para pelayat.
Beliau wafat pada malam senin 16 Rabiul Awwal 1389 Hijriyah bertepatan dengan 1 Juni 1969 Masehi. Guru kami Alm. Al Habib Abdul Qodir bin Muhammad Al Haddad mengatakan bahwa beliau wafat pada musim perayaan maulid Nabi sehingga sungguh perayaan-perayaan maulid nabi menjadi perayaan yang penuh air mata saat itu karena kehilangan Al Habib Salim yang merupakan Khatibul Ummah. Para penceramah saat itu hanya menangis di mimbar-mimbar maulid atas kehilangan Al Habib Salim. Saat-saat itu lebih dikenal dengan tahun kesedihan bagi kota Jakarta dan Indonesia.
Penutup
Para pembaca yang budiman, setelah semua apa yang kami paparkan maka sungguh Nusantara secara umum dan Indonesia secara khusus sangatlah kaya dengan tokoh-tokoh hebat berkelas dunia. Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan adalah salah satu dari sekian banyak tokoh tersebut. Dan sehebat apapun, Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan tetaplah manusia biasa, yang punya kelebihan dan kekurangan. Namun beliau telah mengukir dengan tinta emas di atas kanvas sutera, suatu sejarah besar akan dirinya dengan segala lika-likunya, dengan segala suka dan dukanya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya untuk disaksikan oleh generasi selanjutnya khususnya anak keturunan, sahabat, murid, pecinta dan seluruh umat Islam.
Tujuan utama dari apa yang kami paparkan dan jelaskan agar seluruh umat Islam berbangga dengan kekayaan yang dimilikinya. Agar menjadikannya sebagai panutan dan motivasi. Agar selalu harum sebutan beliau dan para ulama terus semerbak di alam raya ini dan agar kisah sejarah mereka terus abadi selamanya diceritakan turun temurun sebagai sejarah indah bangsa Indonesia dan umat Islam.
Mudah-mudahan Allah memberikan manfaat besar dalam tulisan singkat ini. Dan Allah kumpulkan kita semua di surga bersama beliau dan para kekasih-kekasih Allah.
و صلى الله على سيدنا محمد و على آله و صحبه و سلم سبحان ربك رب العزة عما يصفون و سلام على المرسلين و الحمد لله رب العالمين.
Hamba yang lemah, Asy Syariif Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan Al Alawi Al Husaini Al Fachriyah, Senin 24 Rajab 1437 H/ 2 Mei 2016
Catatan kaki
Daftar pustaka
- Website
- (Indonesia) Rabithah Alawiyah (12 November 2012). "Habib Salim bin Djindan, guru para Habaib". Rabithah Alawiyah. Diakses tanggal 8 Februari 2014. Hapus pranala luar di parameter
|work=
(bantuan) - (Indonesia) Republika Online (29 Juni 2012). "Hujjatul Islam: Habib Salim Bin Djindan, Guru para Habaib (1)". Republika Online. Diakses tanggal 8 Februari 2014. Hapus pranala luar di parameter
|work=
(bantuan) - (Indonesia) Republika Online (29 Juni 2012). "Hujjatul Islam: Habib Salim Bin Djindan, Guru para Habaib (2)". Republika Online. Diakses tanggal 8 Februari 2014. Hapus pranala luar di parameter
|work=
(bantuan) - (Indonesia) Republika Online (30 Juni 2012). "Hujjatul Islam: Habib Salim Bin Djindan, Guru para Habaib (3)". Republika Online. Diakses tanggal 8 Februari 2014. Hapus pranala luar di parameter
|work=
(bantuan) - (Indonesia) Republika Online (30 Juni 2012). "Hujjatul Islam: Habib Salim Bin Djindan, Guru para Habaib (4)". Republika Online. Diakses tanggal 8 Februari 2014. Hapus pranala luar di parameter
|work=
(bantuan)
Lihat Pula
- Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi(Habib Ali Kwitang)
- Al-Habib Ali bin Husein Al-Attas