Don Bosco Selamun
Don Bosco Selamun atau Yohanes Bosco Selamun atau biasa dikenal dengan DBS sesuai inisial namanya, lahir 21 April 1958, adalah Jurnalis senior Indonesia yang membesarkan Metro TV dan mendirikan BeritaSatu TV. Setelah 5 tahun membesarkan BeritaSatu TV, tepat 25 November 2016, atau di HUT ke-16 Metro TV, Don Bosco Selamun kembali ke Metro TV dan menggantikan Putra Nababan sebagai Direktur Pemberitaan sekaligus Pemimpin Redaksi Metro TV [1]
Don Bosco Selamun | |
---|---|
Berkas:DonBoscoSelamun.JPG | |
Tempat tinggal | Cibubur |
Pekerjaan | Jurnalis |
Kisah Kecil
DBS terlahir sebagai anak kampung. Jauh, di sebuah kampung yang berhawa sejuk, Bonda, di Manggarai Flores, Nusa Tenggara Timur. Sebagai anak petani di pelosok. Sebagai anak kampung, DBS terbiasa dengan keadaan yang serba jauh dari kecukupan, jauh dari akses sekolah, tempat ibadah, apalagi tempat belanja dan hiburan. Jangankan mall, untuk pergi ke pasar saja, DBS sebagaimana orang-orang di kampung, harus berjalan kaki sejauh 9 km. Ayahnya punya usaha kecil-kecilan. Ibunya memilih mengabdikan seluruh hidupnya sebagai ibu rumah tangga. Merawat, membesarkan, dan mendidiknya bersama 3 adik-adiknya yang lain, yang kebetulan semuanya putri. Keluarga yang hidup bahagia dalam kesederhanaan. Sederhana dalam kebahagiaan. Mungkin karena tak ada pilihan lain baginya dan keluarga, kecuali sederhana dan membahagian diri sebisanya. Sewaktu keluarganya memutuskan saya harus melanjutkan pendidikan di SMP Seminari Pius VII Manggarai yang berjarak sekitar 12 km dari kampung saya di Bonda, DBS girang bukan kepalang. Tapi jangan membayangkan hal yang serba mudah tentang masa-masa sekolah bagi anak-anak di kampungnya. Perjalanan 12 km pergi dan pulang, harus ia capai dengan berjalan kaki. Menaiki dan menuruni satu bukit dengan bukit berikutnya. Bahkan harus mencopot sepatu dan baju karena harus berenang menyeberangi satu sungai. Kalau kisah ini diceritakannya ke anak-anaknya di rumah, mereka semua tak percaya, bahwa untuk bisa sampai ke sekolah, anak-anak sepertinya saat itu harus berjuang demikian panjang.[2]