Maluku Utara

provinsi di Kepulauan Maluku, Indonesia
Revisi sejak 28 November 2016 16.26 oleh Capricorn4049 (bicara | kontrib) ((GR) File renamed: File:North Maluku flag (fictional).pngFile:North Maluku flag (proposed).png File renaming criterion #4: To harmonize the file names of a set of images: so that only one part of...)

Maluku Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia. Maluku Utara resmi terbentuk pada tanggal 4 Oktober 1999, melalui UU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor 6 Tahun 2003. Sebelum resmi menjadi sebuah provinsi, Maluku Utara merupakan bagian dari Provinsi Maluku, yaitu Kabupaten Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Tengah.

Maluku Utara
Moloku Kie Raha
Sunrise di Kota Ternate
Sunrise di Kota Ternate
Bendera Maluku Utara
Julukan: 
Spice Island[1]
Motto: 
Marimoi Ngone Futuru
(Ternate: Bersatu Kita Teguh)
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor 6 Tahun 2003
Tanggal4 Oktober 1999 (hari jadi)
Ibu kotaSofifi
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 8
  • Kota: 2 (Ternate, Tidore)
  • Kecamatan: 112
  • Kelurahan: 1071
Pemerintahan
 • GubernurAbdul Ghani Kasuba
 • Wakil GubernurMuhammad Natsir Thaib
 • Sekretaris DaerahMuabdin H. Radjab
 • Ketua DPRDAlien Mus
Luas
 • Total31,982 km2 (12,348 sq mi)
Populasi
 (2010)
 • Total1,038,087
 • Kepadatan32/km2 (80/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam (74,28%)
Protestan (24,90%)
Katholik (0.52%)
Lainnya (0,30%)[2]
 • BahasaMelayu Ternate, Melayu Bacan dan Melayu Sanana
Kode Kemendagri82 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS82 Edit nilai pada Wikidata
DAURp. 772.591.162.000.-
Situs webwww.malukuutaraprov.go.id

Pada awal pendiriannya, Provinsi Maluku Utara beribukota di Ternate yang berlokasi di kaki Gunung Gamalama, selama 11 tahun. Tepatnya sampai dengan 4 Agustus 2010, setelah 11 tahun masa transisi dan persiapan infrastruktur, ibukota Provinsi Maluku Utara dipindahkan ke Kota Sofifi yang terletak di Pulau Halmahera yang merupakan pulau terbesarnya.

Etimologi

Istilah Maluku pada awalanya merujuk pada keempat pusat kesultanan di Maluku Utara, yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Suatu bentuk konfederasi tertentu dari kempat kerajaan tersebut yang kemungkinan besar muncul pada abad ke-14, disebut Moloku Kie Raha atau "Empat Gunung Maluku". Walaupun kemudian keempat kerajaan itu berekspansi dan mencakup seluruh wilayah Maluku Utara (sekarang) dan sebagian wilayah Sulawesi dan Papua, namun wilayah ekspansi itu tidak termasuk dalam istilah Maluku yang hanya merujuk pada keempat pusat kesulatanan di Maluku Utara.

Dari segi Etimologi arti kata Maluku memang tidak terlalu jelas, sehingga menjadi bahan perdebatan dari berbagai pakar dan ahli. Pendapat yang umum dipakai mengatakan bahwa istilah Maluku berasal dari bahasa Arab dengan bentuk aslinya diperkirakan sebagai Jaziratul Muluk, yang berarti "Negeri para Raja" (muluk adalah bentuk jamak dari malik yang berarti raja). Dengan demikian wilayah kepulauan Ambon dan sebagian wilayah kepulauan Banda pada masa itu tidak termasuk dalam pengertian asli dari istilah Maluku.[3]

Geografis

Provinsi Maluku Utara terdiri dari 1.474 pulau, jumlah pulau yang dihuni sebanyak 89 dan sisanya sebanyak 1.385 tidak berpenghuni.

Pulau Area (km2) Populasi
2010
Kepadatan Titik Tertinggi Ketinggian Geolokasi
Morotai 2.266,4 52.697 23,25/km2 Gunung Sabatai 1.250 m (4.101 ft) 2°19′N 128°46′E / 2.32°N 128.77°E / 2.32; 128.77
Halmahera 18.039,6 449.938 24,94/km2 Gunung Gamkonora 1.635 m (5.364 ft) 0°36′N 127°52′E / 0.60°N 127.87°E / 0.60; 127.87
Ternate 106,2 185.705 1.748,63/km2 Gunung Gamalama 1.715 m (5.625 ft) 0°49′N 127°20′E / 0.81°N 127.33°E / 0.81; 127.33
Tidore 116,1 111.000 455,09/km2 Kie Matubu 1.730 m (5.680 ft) 0°40′N 127°24′E / 0.66°N 127.40°E / 0.66; 127.40
Makian 113,1 12.394 109,58/km2 Kie Besi 1.357 m (4.452 ft) 0°19′N 127°24′E / 0.32°N 127.40°E / 0.32; 127.40
Kayoa - 16.707 - Gunung Tigalalu 422 m (1.385 ft) 0°03′N 127°26′E / 0.05°N 127.44°E / 0.05; 127.44
Gebe - 4.463 - - 396 m (1.299 ft) 0°05′S 129°27′E / 0.08°S 129.45°E / -0.08; 129.45
Kasiruta 472,6 8.368 17,71/km2 Buku Kabau 824 m (2.703 m) 0°22′S 127°12′E / 0.37°S 127.20°E / -0.37; 127.20
Bacan 1.899,8 60.742 31,97/km2 Buku Sibela 2.111 m (6.926 ft) 0°37′S 127°32′E / 0.62°S 127.53°E / -0.62; 127.53
Mandioli 229,8 8.788 38,24/km2 Buku Gaku 331 m (1.086 ft) 0°42′S 127°11′E / 0.70°S 127.18°E / -0.70; 127.18
Obi 2.542,3 29.642 12,66/km2 - 1.611 m (5.285 ft) 1°32′S 127°46′E / 1.53°S 127.77°E / -1.53; 127.77
Taliabu 2.913,2 47.309 16,24/km2 Gunung Lida Godo 1.380 m (4.528 ft) 1°47′S 124°52′E / 1.78°S 124.87°E / -1.78; 124.87
Mangoli 1.228,5 36.323 29,57/km2 - 1.147 m (3.763 ft) 1°51′S 125°50′E / 1.85°S 125.83°E / -1.85; 125.83
Sulabesi 557,8 48.892 87,65/km2 - 678 m (2.224 ft) 2°14′S 125°56′E / 2.23°S 125.93°E / -2.23; 125.93

Geologi

Berkas:56964023.jpg
Gunung Api Kie Besi di Pulau Makian merupakan salah satu gunung api teraktif di Maluku Utara.

Kepulauan Maluku Utara terbentuk dari pergerakan tiga lempeng tektonik , yaitu Eurasia, Pasifik dan Indo-Australia yang terjadi sejak zaman kapur. pergerakan ini membentuk busur kepulauan gunung api kuarter yang membentang dari utara ke selatan di Halmahera bagian barat, diantaranya adalah Pulau Ternate, Pulau Tidore, Pulau Moti, Pulau Mare dan Pulau Makian. Pulau Halmahera sendiri merupakan pulau vulkanik meskipun aktivitas vulkanik yang terjadi hanya pada sebagian wilayahnya.

Nama Bentuk Ketinggian Pulau Geolokasi
Gunung Tarakan kerucut piroklastik 318 m (1.043 ft) Halmahera 1°50′N 127°50′E / 1.83°N 127.83°E / 1.83; 127.83
Gunung Dukono kompleks 1.229 m (4.031 ft) Halmahera 1°41′N 127°53′E / 1.68°N 127.88°E / 1.68; 127.88
Gunung Tobaru stratovulkan 1.035 m (3.396 ft) Halmahera 1°38′N 127°40′E / 1.63°N 127.67°E / 1.63; 127.67
Gunung Ibu stratovulkan 1.325 m (4.347 ft) Halmahera 1°29′N 127°38′E / 1.49°N 127.63°E / 1.49; 127.63
Gunung Gamkonora stratovulkan 1.635 m (5.364 ft) Halmahera 1°23′N 127°32′E / 1.38°N 127.53°E / 1.38; 127.53
Gunung Todoko-Ranu kaldera 979 m (3.212 ft) Halmahera 1°15′N 127°28′E / 1.25°N 127.47°E / 1.25; 127.47
Gunung Jailolo stratovulkan 1.130 m (3.710 ft) Halmahera 1°05′N 127°25′E / 1.08°N 127.42°E / 1.08; 127.42
Gunung Hiri stratovulkan 630 m (2.070 ft) Hiri 0°54′N 127°19′E / 0.90°N 127.32°E / 0.90; 127.32
Gunung Gamalama stratovulkan 1.715 m (5.627 ft) Ternate 0°49′N 127°20′E / 0.81°N 127.33°E / 0.81; 127.33
Kie Matubu stratovulkan 1.730 m (5.680 ft) Tidore 0°40′N 127°24′E / 0.66°N 127.40°E / 0.66; 127.40
Gunung Mare stratovulkan 308 m (1.010 ft) Mare 0°34′N 127°24′E / 0.57°N 127.40°E / 0.57; 127.40
Gunung Moti stratovulkan 950 m (3,120 ft) Moti 0°27′N 127°24′E / 0.45°N 127.40°E / 0.45; 127.40
Kie Besi stratovulkan 1.357 m (4.452 ft) Makian 0°19′N 127°24′E / 0.32°N 127.40°E / 0.32; 127.40
Gunung Tigalalu stratovulkan 422 m (1.385 ft) Kayoa 0°04′N 127°25′E / 0.07°N 127.42°E / 0.07; 127.42
Bukit Amasing stratovulkan 1.030 m (3.380 ft) Bacan 0°32′S 127°29′E / 0.53°S 127.48°E / -0.53; 127.48
Bukit Bibinoi stratovulkan 900 m (3.000 ft) Bacan 0°46′S 127°43′E / 0.77°S 127.72°E / -0.77; 127.72
Sumber: Global Volcanism Program.[4]

Keanekaragaman Hayati

Berkas:Cld1109272.jpg
Semioptera wallacii merupakan burung endemik Maluku Utara, George Robert Gray dari British Museum menamai jenis ini untuk menghormati Alfred Russel Wallace, seorang naturalis Inggris dan pengarang buku The Malay Archipelago, orang Eropa pertama yang meneliti burung ini pada tahun 1858.

Maluku Utara menduduki peringkat 10 Daerah EBA (Endemic Bird Area) terpenting dunia berdasarkan jumlah jenis burung endemik. Daerah Maluku Utara dalam EBA ini mencakup kelompok Halmahera yang terdiri dari pulau-pulau utama yaitu Halmahera, Morotai, Bacan dan Obi, serta jajaran pulau-pulau gunung api kecil yang memanjang dari utara ke selatan di sebelah barat Halmahera.

Sekitar 223 spesies burung ditemukan di daerah ini, 43 spesies termasuk endemik kawasan EBA Maluku Utara. Empat spesies diantaranya bergenus tunggal, yaitu Habroptila, Melitorgrais, Lycocorax, dan Semioptera. Spesies ini adalah Mandar Gendang Habroptila wallacii, Cikukua Halmahera Melitograis gilolensis, Cenderawasih Gagak Lycocorax pyrrhopterus dan Bidadari Halmahera Semioptera wallacii.[5]

Sejarah

 
Peta Kepulauan Maluku Utara karya seorang kartografer Belanda, Willem Janszoon Blaeu, pada tahun 1630. Arah utara berada di sebelah kanan, dengan Pulau Ternate terletak di ujung kanan, diikuti oleh Pulau Tidore, Mare, Moti dan Kepulauan Makian. Pada bagian bawah adalah Gilolo (Jailolo atau Halmahera). Inset yang berada di atas menunjukkan Pulau Bacan.

Sebelum penjajahan

Daerah ini pada mulanya adalah bekas wilayah empat kerajaan Islam terbesar di bagian timur Nusantara yang dikenal dengan sebutan Kesultanan Moloku Kie Raha (Kesultanan Empat Gunung di Maluku), yaitu:

Pendudukan militer Jepang

Pada era ini, Ternate menjadi pusat kedudukan penguasa Jepang untuk wilayah Pasifik.

Zaman kemerdekaan

Orde Lama

Pada era ini, posisi dan peran Maluku Utara terus mengalami kemorosotan, kedudukannya sebagai karesidenan sempat dinikmati Ternate antara tahun 1945-1957. Setelah itu kedudukannya dibagi ke dalam beberapa Daerah Tingkat II (kabupaten).

Upaya merintis pembentukan Provinsi Maluku Utara telah dimulai sejak 19 September 1957. Ketika itu DPRD peralihan mengeluarkan keputusan untuk membentuk Provinsi Maluku Utara untuk mendukung perjuangan untuk mengembalikan Irian Barat melalui Undang-undang Nomor 15 Tahun 1956, namun upaya ini terhenti setelah munculnya peristiwa pemberontakan Permesta.

Pada tahun 1963, sejumlah tokoh partai politik seperti Partindo, PSII, NU, Partai Katolik dan Parkindo melanjutkan upaya yang pernah dilakukan dengan mendesak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah-Gotong Royong (DPRD-GR) untuk memperjuangkan pembentukan Provinsi Maluku Utara. DPRD-GR merespons upaya ini dengan mengeluarkan resolusi Nomor 4/DPRD-GR/1964 yang intinya memberikan dukungan atas upaya pembentukan Provinsi Maluku Utara. Namun pergantian pemerintahan dari orde lama ke orde baru mengakibatkan upaya-upaya rintisan yang telah dilakukan tersebut tidak mendapat tindak lanjut yang konkret.

Orde Baru

Pada masa Orde Baru, daerah Moloku Kie Raha ini terbagi menjadi dua kabupaten dan satu kota administratif. Kabupaten Maluku Utara beribukota di Ternate, Kabupaten Halmahera Tengah beribukota di Soa Sio, Tidore dan Kota Administratif Ternate beribukota di Kota Ternate. Ketiga daerah kabupaten/kota ini masih termasuk wilayah Provinsi Maluku.

Orde Reformasi

Pada masa pemerintahan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, muncul pemikiran untuk melakukan percepatan pembangunan di beberapa wilayah potensial dengan membentuk provinsi-provinsi baru. Provinsi Maluku termasuk salah satu wilayah potensial yang perlu dilakukan percepatan pembangunan melalui pemekaran wilayah provinsi, terutama karena laju pembangunan antara wilayah utara dan selatan dan atau antara wilayah tengah dan tenggara yang tidak serasi.

Atas dasar itu, pemerintah membentuk Provinsi Maluku Utara (dengan ibukota sementara di Ternate) yang dikukuhkan dengan Undang-Undang Nomor 46 tahun 1999 tentang Pemekaran Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.[6]

Dengan demikian provinsi ini secara resmi berdiri pada tanggal 12 Oktober 1999 sebagai pemekaran dari Provinsi Maluku dengan wilayah administrasi terdiri atas Kabupaten Maluku Utara, Kota Ternate dan Kabupaten Maluku Utara.

Selanjutnya dibentuk lagi beberapa daerah otonom baru melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula dan Kota Tidore.

Pemerintahan

Gubernur

Berikut adalah daftar Gubernur Maluku Utara secara definitif sejak tahun 2002.

  Gubernur Maluku Utara  
Nomor urut Gubernur Potret Partai Awal Akhir Masa jabatan Periode Wakil Ref.
1 Thaib Armaiyn
(lahir 1957)
  Independen 25 November 2002 25 November 2007 5 tahun, 0 hari I
(2002)
Madjid Abdullah
29 September 2008 29 September 2013 5 tahun, 0 hari II
(2007)
Abdul Ghani Kasuba [7][8]
2 Abdul Ghani Kasuba
(lahir 1951)
  PKS 5 Mei 2014 5 Mei 2019 5 tahun, 0 hari III
(2013)
Muhammad Natsir Thaib [9][10]
Independen 10 Mei 2019 10 Mei 2024[a] 5 tahun, 0 hari IV
(2018)
Al Yasin Ali [11][12]
Catatan
  1. ^ Berstatus non-aktif sejak 20 Desember 2023, jabatan diisi oleh Pelaksana Tugas Al Yasin Ali

Perwakilan

DPRD Maluku Utara hasil Pemilihan Umum Legislatif 2014 tersusun dari dua belas partai, dengan perincian sebagai berikut:

Partai Kursi
Lambang Partai Golkar Partai Golkar 8
Lambang PDI-P PDI-P 7
  PKS 5
  Partai NasDem 5
  Partai Hanura 4
  Partai Gerindra 3
Lambang Partai Demokrat Partai Demokrat 3
  PAN 3
  PBB 3
  PKPI 2
  PKB 1
Lambang PPP PPP 1
Total 45

Kabupaten dan Kota

No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km2)[13] Jumlah penduduk (2024)[13] Kecamatan Kelurahan/desa Lambang
 
Peta lokasi
1 Kabupaten Halmahera Barat Jailolo James Uang 2.239,114 137.543 8 -/169
 
 
2 Kabupaten Halmahera Selatan Labuha Hasan Ali Bassam Kasuba 8.096,397 255.384 30 -/249
 
 
3 Kabupaten Halmahera Tengah Weda Bahri Sudirman (Pj.) 2.276,903 96.977 10 -/61
 
 
4 Kabupaten Halmahera Timur Kota Maba Ubaid Yakub 6.488,730 97.895 10 -/102
 
 
5 Kabupaten Halmahera Utara Tobelo Frans Manery 3.404,629 203.213 17 -/196
 
 
6 Kabupaten Kepulauan Sula Sanana Fifian Adeningsi Mus 3.304,32 105.095 12 -/78
 
 
7 Kabupaten Pulau Morotai Daruba Burnawan (Pj.) 2.337,331 74.436 5 -/88
 
 
8 Kabupaten Pulau Taliabu Bobong Aliong Mus 2.985,748 59.330 8 -/71
 
 
9 Kota Ternate - M. Tauhid Soleman 162,202 206.745 7 77/-
 
 
10 Kota Tidore Kepulauan - Ali Ibrahim 1.703,322 115.406 8 40/49
 
 


Ekonomi

 
Buah Pala merupakan komoditi utama di Maluku Utara

Demografi

Populasi

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010 yang dilakukan Badan Pusat Statistik jumlah penduduk Maluku Utara adalah 1.038.087 jiwa, atau meningkat 253.028 jiwa (32,23%) dari Sensus Penduduk Indonesia 2000 yaitu 785.095 jiwa. Pertumbuhan penduduk Maluku Utara sebesar 2,47% per tahun, dengan tingkat pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Halmahera Utara 9,67% per tahun dan yang terendah adalah Kabupaten Pulau Morotai -2,60% per tahun.

Suku

Masyarakat di Maluku Utara sangat beragam. Total ada sekitar 28 suku dan bahasa di Maluku Utara. Mereka dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan bahasa yang digunakan, yaitu Austronesia and non-Austronesia. Kelompok Austronesia tinggal di bagian tengah dan timur Halmahera. Mereka diantaranya adalah Suku Buli, Suku Maba, Suku Patani, Suku Sawai dan Suku Weda. Di Bagian Utara dan Barat Halmahera adalah kelompok bahasa non-Austronesia terdiri dari Suku Galela, Suku Tobelo, Suku Loloda, Suku Tobaru, Suku Modole, Suku Togutil, Suku Pagu, Suku Waioli, Suku Ibu, Suku Sahu, Suku Ternate dan Suku Tidore. Di Kepulauan Sula ada beberapa kelompok etnis seperti Suku Kadai, Suku Mange dan Suku Siboyo. Sebagian besar masyarakat di daerah ini mengerti Bahasa Melayu Ternate, bahasa yang umum digunakan untuk berkomunikasi antar suku.[14]

Agama

Agama di Maluku Utara[2]
Agama Persen(%)
Islam
  
74,28%
Protestan
  
24,90%
Katholik
  
0,52%
Lainnya
  
0,30%

Sebagian besar penduduk di Maluku Utara beragama Islam, dengan orang-orang Kristen (kebanyakan Protestan) merupakan minoritas dengan jumlah yang signifikan. Hindu, Buddha, dan berbagai agama lokal lainnya dipraktikkan oleh sebagian kecil dari populasi.

Menurut hasil sensus tahun 2010, 74,28% dari 1.038.087 penduduk Maluku Utara adalah pemeluk Islam, 24,90% Protestan, 0,52% Katolik, 0,02% Hindu, 0,01% Buddha, 0,02% Konghucu, 0,01% agama lainnya, dan 0,24% tidak terjawab atau tidak ditanyakan.[2]

Pariwisata

Maluku Utara memiliki objek wisata bahari berupa pulau-pulau dan pantai yang indah dengan taman laut serta jenis ikan hias beragam jenis. Ada juga hutan wisata sekaligus taman nasional dengan spesies endemik ranking ke 10 di dunia. Kawasan suaka alam yang terdiri dari beberapa jenis, baik di daratan maupun di perairan laut seperti Cagar Alam Gunung Sibela di Pulau Bacan, Cagar Alam di Pulau Obi, Cagar Alam Taliabu di Pulau Taliabu dan Cagar Alam di Pulau Seho. Kawasan Cagar Alam Budaya yang memiliki nilai sejarah kepurbakalaan tersebar di wilayah Provinsi Maluku Utara meliputi cagar alam budaya di Kota Ternate, Kota Tidore, Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Selatan, dan Halmaerah Utara.

Wisata Budaya

  • Kadaton Kesultanan Ternate
 
Kadaton Kesultanan Ternate

Dibangun pada tanggal 24 November 1813 oleh Sultan Muhammad Ali diatas bukit Limau Santosa dengan luas areal 44.560 m2. Berbentuk segi delapan dengan dua buah tangga terutama pada sisi kiri dan kanan depannya. Bangunan ini menggambarkan seekor singa yang sedang duduk dengan dua kaki depan menopang kepalanya. Didalam kedaton tersimpan benda-benda peninggalan milik kesultanan yang khas serta bernilai sejarah antara lain mahkota, Al-qur’an tulisan tangan yang tertua di Indonesia serta berbagai peralatan perang. Di depan istana terhampar lapangan Sunyie Ici dan Sunyie Lamo yang biasanya dipergunakan untuk prosesi upacara adat.

Wisata Alam

  • Pulau Maitara dan Tidore
 
Pulau Maitara dan Tidore yang terdapat dalam uang kertas pecahan seribu Rupiah

Pulau Maitara adalah pulau kecil di antara Tidore dan Ternate. Karena pulaunya yang kecil tetapi indah menjadikannya ikon untuk mata uang seribu rupiah.

Pulau Tidore sedikit lebih luas dibandingkan pulau Ternate. Tidore dan Ternate terletak bersebelahan, Tidore di sebelah selatan dan Ternate dibagian utara. Kedua pulau ini berada di barat pulau Halmahera. Tidore didominasi oleh Gunung Kie Matubu yaitu gunung berapi tua dengan ketinggian 1730 mdpl.

Wisata Sejarah

Transportasi

Jalan Darat

Panjang Jalan

  • Jalan negara sepanjang 58,50 km
  • Jalan provinsi sepanjang 404 km
  • Jalan kabupaten sepanjang 501,20 km

Fisik jalan

  • Jalan aspal sepanjang 106 km
  • Jalan sirtu sepanjang 6 km
  • Jalan tanah sepanjang 851,7 Km

Kondisi jalan

  • Baik sepanjang 4 km,
  • Sedang sepanjang 56,3 km
  • Rusak ringan sepanjang 112,7 km
  • Rusak berat sepanjang 474 km
  • Belum ditembus sepanjang 310,4 km

Kendaraan angkutan (per April 2010)

  • Roda dua (ojek); sejumlah > 5000 unit
  • Roda empat; sejumlah > 500 unit
    • Mobil Penumpang (Mikrolet dan Carry); sejumlah > 300 unit
    • Mobil (Pick Up) Led Bak R6; sejumlah > 300 unit
  • Roda enam; sejumlah 50 unit
    • Mobil Barang (Truck Bak Kayu); sejumlah 100 unit
    • Mobil Barang (Dump Truck); sejumlah 100 unit

Catatan


Referensi

  1. ^ Spice Island. Rosenberg. 2013. ISBN 9781459672758. 
  2. ^ a b c "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut". Sensus Penduduk 2010. Maluku Utara, Indonesia: Badan Pusat Statistik. 15 May 2010.  Islam 771110 (74,28%), Kristen 258471 (24,90), Katolik 5378 (0,52), Hindu 200 (0,02), Buddha 90 (0,01), Kong Hu Cu 212 (0,02), lainnya 122 (0,01), tidak terjawab 87 (0,01), tidak ditanyakan 2417 (0,23), total 1038087
  3. ^ R.Z. Leirissa; G.A. Ohorella; Djuariah Latuconsina (1999). Sejarah Kebudayaan Maluku. Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 1. ISBN 978-979-9335-07-4. 
  4. ^ "Volcanoes of Indonesia - Halmahera". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diakses tanggal 2006-11-17. 
  5. ^ "Halmahera Rain Forests". World Wide Fund for Nature. Diakses tanggal 25 Mei 2016. 
  6. ^ Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negera Nomor 3895
  7. ^ "Presiden Instruksikan Thaib Armaiyn Segera Dilantik". Liputan6.com. Jakarta. 2008-09-30. Diakses tanggal 2023-05-04. 
  8. ^ "Gubernur Maluku Utara Dilantik". Koran Tempo. Jakarta. 2008-09-30. Diakses tanggal 2023-05-04. 
  9. ^ "Dilantik Mendagri, Kasuba-Thaib resmi pimpin Maluku Utara". Merdeka.com. 2014-05-05. Diakses tanggal 2023-05-04. 
  10. ^ Eksa, Golda (2018-09-11). "PKS Tegaskan Gubernur Maluku Utara bukan Kader". Media Indonesia. Diakses tanggal 2023-05-04. 
  11. ^ Yamin, Fatimah (2018-12-16). Belarminus, Robertus, ed. "KPU Maluku Utara Tetapkan Abdul Gani Kasuba dan Al Yasin sebagai Gubernur dan Wagub Terpilih". Kompas.com. Ternate. Diakses tanggal 2023-05-04. 
  12. ^ Ismail, EH (2019-05-10). "Gubernur Maluku Utara Dilantik, Mendagri Ucapkan Selamat". Republika. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-10. Diakses tanggal 2019-05-22. 
  13. ^ a b "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-19. Diakses tanggal 5 Desember 2018. 
  14. ^ Iem Brown (2009). The Territories of Indonesia. Routledge. hlm. 176. ISBN 978-185743-215-2. 

Pranala luar

0°23′S 126°54′E / 0.383°S 126.900°E / -0.383; 126.900