Dhyta Caturani (lahir pada 11 Januari 1975) adalah salah satu penggagas One Billion Rising, gerakan anti kekerasan terhadap perempuan dengan melakukan kampanye mengajak orang menari bersama. Ia juga mendirikan PurpleCode (komunitas pemerhati gender dan teknologi) dan aktif dalam isu gender, hak asasi manusia (HAM), teknologi, dan seksualitas.[1]

Ia percaya bahwa ada ketidakadilan di semua aspek kehidupan manusia dan semuanya adalah man made atau buatan manusia, sehingga ia yakin itu dapat diubah. Itu sebabnya ia menjadi aktivis. Ia ingin ikut membuat perubahan, sekecil apapun itu.[2]

Semangat aktivismenya sudah muncul sejak belia. Ketika duduk di bangku sekolah menengah atas, ia mengirimkan surat dukungan kepada mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang kerap berunjuk rasa menentang Presiden Soeharto. Ia pun terlibat pergerakan mahasiswa saat masuk ke Jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada pada 1994 dan turut berdemonstrasi menumbangkan rezim Soeharto pada 1998.[3]

Pada awal tahun 2016, dua acara yang diusungnya dilarang penyelenggaraannya oleh polisi. Acara tersebut ialah Festival Belok Kiri dan pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta. Namun, ia menolak tunduk dan tetap menyelenggarakan acara tersebut sebagai bentuk perlawanan terhadap represi.[4] Dari rencana semula digelar di Taman Ismail Marzuki, Festival Belok Kiri akhirnya digelar di kantor Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Sedangkan acara nonton bareng Pulau Buru Tanah Air Beta dipindahkan dari Goethe Institut ke kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di Jalan Latuharhari, Jakarta Pusat.[5]

Ia juga kerap menjadi pembicara dalam sejumlah kegiatan pembelajaran internet dan forum internasional. Sejak tahun 2014, ia diundang mengikuti kegiatan Internet Governance Forum, forum yang diinisiasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membicarakan isu-isu internet. Ia juga aktif di Feminist Principle of the Internet di mana ada 50 perempuan dari 30 negara yang berkumpul untuk membahas isu feminisme.[3]

Referensi

  1. ^ Post, The Jakarta. "Sisters-in-arms stand up for gender justice". The Jakarta Post. Diakses tanggal 2016-12-08. 
  2. ^ "Q&A: Dhyta Caturani, Membebaskan Diri dari Belenggu Patriarki". Ziliun. 2015-04-13. Diakses tanggal 2016-12-08. 
  3. ^ a b "Perlawanan Dhyta Si Kode Ungu | Tempo Cantik". Tempo Cantik. Diakses tanggal 2016-12-08. 
  4. ^ Tempo.Co. "Dhyta Caturani dan Upaya Menghapus Stigma Kiri | politik | tempo.co". Tempo News. Diakses tanggal 2016-12-08. 
  5. ^ "Semangat Perlawanan Dhyta Caturani | Tempo Cantik". Tempo Cantik. Diakses tanggal 2016-12-08.