Lambing, Muara Lawa, Kutai Barat

kampung di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur

Lambing adalah salah satu kampung di kecamatan Muara Lawa, Kutai Barat, Kalimantan Timur, Indonesia.

Lambing
Kantor petinggi Lambing
Kantor kepala kampung Lambing
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Timur
KabupatenKutai Barat
KecamatanMuara Lawa
Kodepos
75775
Kode Kemendagri64.07.09.2006 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²


Desa ini juga merupakan ibukota kecamatan Muara Lawa. Di Kutai Barat, istilah desa dikenal juga sebagai kampung, karena itu selanjutnya desa disebut kampung. Asal muasal Kampung Lambing dari Kampung Tolan. Terjadi perubahan mula-mula bernama Kampung Tolan-Lambing hingga menjadi Lambing sekarang. Nama atau gelar kampung ini dalam Bahasa Benuaq adalah Toleutn Lola Mamih - Lamikng Lopa Buwa artinya jiwa dan raga yang sehat dan tanah/bumi subur sejahtera. Pada peta lama Indonesia Kampung Lambing dikenal dengan nama Tolan, jadi nama Tolan cukup familiar, sehingga nama Kampung Tolan justru sering dijumpai, dibandingkan daerah lain di Kutai Barat.

Kata Tolan merupakan adaptasi dari kata toleutn dari Suku Benuaq. Nama Tolan berasal dari nama sebuah lamin tua, yang dulu menjadi pemukiman besar Suku Dayak Benuaq - dapat dikatakan sebagai sebuah kerajaan. Lamin Tolan dahulu kepalai seorang Kepala Suku atau Kepala Adat (Besar) bernama Ngiling alias Kakah Gahek, oleh Kerajaan Kutai diberi gelar Janulen -- {Jan Ulen???} sebagai Kepala Adat Besar atau Panglima Suku Dayak Benuaq Wilayah Tolan dan Sekitarnya sekarang ini mencakup semua wilayah Kecamatan Muara Lawa. Pada masa kepemimpinan Kakah Gahek, pada masa penjajahan di Indonesia sesungguhnya para penjajah tidak pernah dapat menguasai wilayah ini, baik penjajahan Belanda maupun Jepang. Hingga sekarang Lamin Tolan masih berdiri kokoh. Letak Kampung Lambing berada dijalur jalan Trans Kalimantan Poros Tengah. Berada di tepian Sungai Kedang Pahu juga tepat dimana Sungai Lawa bermuara di mana seberangnya adalah Kampung Muara Lawa, kedua kampung dihubungi dengan jembatan besar berkonstruksi baja yaitu Jembatan Kedang Pahu I.

Kependudukan

Suku Dayak Benuaq merupakan 98 % penduduk Kampung Lambing. Dengan menganut Agama Kristen sebanyak 99 % - diantaranya 85 % adalah penganut Protestan. Sebagian kecil yang masih menganut kepercayaan Hindu Kaharingan sering disebut pula dengan nama Adat Lama. Penganut kepercayaan ini diurus secara langsung oleh para Pengewara - Pemeliatn, bukan oleh Lembaga Adat setempat. Mata Pencaharian tradisionalnya adalah bertani, walaupun sebenarnya merupakan pekerjaan sampingan, kecuali sebagian kecil merupakan nafkah utama. Sebagian besar merupakan karyawan perusahaan batubara, baik di perusahaan induk maupun di perusahaan kontraktor. Sebagian lagi sebagai pedagang/wiraswasta dan pegawai negeri.

Potensi Ekonomi

Selama ini nadi perekonomian Kampung Lambing, masih di sekitar kegiatan pengolaan SDA - bergantung pada sektor tersebut, karena adanya perusahaan tambang batu bara. Juga merupakan lalu lintas jalur ekonomi dari provinsi ke kabupaten, karena terletak di jalan trans Kalimantan. Masih terdapat potensi bagi pengembangan pertanian, perikanan air tawar, kehutanan, perkebunan (karet, jarak, kemiri serta buah-buahan), pariwisata - ekowisata serta bahan tambang lainnya seperti pasir kuarsa.

Perdagangan dan Perindustrian

Lambing sebagai ibukota Kecamatan Muara Lawa memiliki posisi yang strategis dalam bidang perdagangan. Posisi Kecamatan Muara Lawa—Kampung Lambing dapat dikatakan pintu gerbang Kota Sendawar melalui jalur darat, baik dari arah Samarinda juga merupakan pintu gerbang masuk arus lalulintas dari Provinsi Kalimantan Tengah khususnya Kabupaten Barito Utara. Diyakini jika jalur Muara Lawa - Muara Teweh memiliki yang jalan yang berkualitas baik, maka arus perdagangan dapat beralih ke Kutai Barat. Karena dapat menyingkat waktu dan biaya bagi warga Barito Utara, mengingat jarak Muara Teweh - Palangka Raya - Banjarmasin lebih jauh jaraknya. Jika barang-barang di Kutai Barat tersedia dan mempunyai harga murah mengapa harus jauh-jauh ke Banjarmasin atau Palangka Raya.

Tentu saja Kecamatan Muara Lawa—Kampung Lambing dapat menjawabnya. Selain barang dari Samarinda / Balikpapan dapat dibawa dari jalur darat. Kampung Lambing mempunyai transportasi sungai yang jaraknya dan biaya murah. Kampung Lambing merupakan tujuan akhir Kapal Motor Sungai trayek Samarinda - Damai. Angkutan sungai ke Kecamatan Muara Lawa lebih murah ada komponen biaya bisa dikurangi.

Kehutanan

Perkebunan

Pertanian

Perikanan Air Tawar

Pertambangan

PT.Turboindocoalmining(TCM)/BANPU Terletak Di Mara Bunyut ,Melak

Kesehatan Publik

Terdapat 1 PKM, 2 Pusban, 3 Posyandu dengan 1 dokter umum, 1 dokter gigi, 7 perawat dan 7 bidan. Untuk penanganan lanjutan dirujuk ke rumah sakit kabupaten RSU Harapan Insan Sendawar di Sendawar dengan menempuh perjalanan darat +/- 1 jam.

Pendidikan

Terdapat 2 TK/Play Group (1 negeri; 1 Islam), 4 SD (3 negeri -- SDN No. 001 Lambing, SDN No. 002 Lambing, SDN No. 003 Lambing; 1 swasta Islam), 1 SLTP negeri (SMPN 8 Sendawar), 3 SLTA(2 negeri - SMAN 9 Sendawar, 1 swasta SMA Purnama 3 Lambing). Terdapat beberapa kelompok Pendidikan Luar Sekolah - kelompok Belajar Masyarakat.

Fasilitas Publik

Terdapat pasar kecamatan, terminal, pelabuhan sungai, Polsek, Koramil, 2 Tower Telepon Seluler (Indosat dan Telkomsel). Terdapat 6 Gereja (1 Gereja Katolik Paroki Santo Paulus, Lambing, Protestan : 1 GKKAI, 1 GPSI, 1 GKII, 1 GSJA, 1 GPdI) serta terdapat 1 Masjid jami' Annur. Terdapat pula banyak motel/penginapan serta rumah makan.

Hampir ditiap desa memiliki tempat pertemuan umum atau balai desa semacam convention hall, yang keadaannya sesuai dengan kondisi desa. Di ibukota kecamatan terdapat 1 buah tempat pertemuan umum (BPU).

Fasilitas olahraga dapat dikatakan kurang memadai. Hampir di tiap kampung lapangan sepak bolanya kurang memadai, termasuk 1 lapangan sepak bola di ibukota kecamatan dengan kondisi yang memprihatinkan. Demikian juga dengan cabang olahraga lainnya.

Pariwisata

  1. Panorama Danau Tolan
  2. Lamin Tolan : khas karena tidak menggunakan paku, melainkan hanya menggunakan rotan, satu-satunya lamin yang paling asli di Kutai Barat.
  3. Kerajinan Rakyat : Anyam-anyaman rotan khas Lamin Tolan, punya perbedaan tersendiri dibanding dengan kerajinan Jempang, Bentian dan Lamin Eheng.
  4. Even budaya : Belian, Kwangkey dan Nalitn Tautn dll
  5. Terdapat banyak tempat pemancingan air tawar.