Stasiun Bogor

stasiun kereta api di Indonesia
Revisi sejak 18 Desember 2016 10.27 oleh 114.121.233.3 (bicara)

Stasiun Bogor dahulu Stasiun Buitenzorg (kode: BOO) adalah stasiun kereta api di Kota Bogor, Indonesia yang dibangun pada tahun 1881. Stasiun yang terletak pada ketinggian +246 m ini memberangkatkan Kereta Rel Listrik (KRL) yang melayani kawasan Jabotabek, yakni menuju Stasiun Jakarta Kota, Stasiun Kampung Bandan dan Stasiun Jatinegara. Dulu juga terdapat pula Kereta Rel Diesel (KRD) yang melayani rute Sukabumi-Bogor bernama Kereta api Bumi Geulis yang untuk sudah tidak aktif karena mengalami kerusakan, yang saat ini rangkaiannya telah menjadi KRD Patas Bandung non AC.

Langsiran Kereta api Pangrango persiapan diberangkatkan ke Stasiun Paledang
Stasiun Bogor

Stasiun KA Bogor
Lokasi
Koordinat6°35′38.68″S 106°47′26.96″E / 6.5940778°S 106.7908222°E / -6.5940778; 106.7908222
Ketinggian+246 m
Operator
Letak
km 61+000 lintas Jakarta-Manggarai-Depok-Bogor

Yogyakarta[1]

LayananKA Commuter Jabodetabek: Red Line dan Yellow Line
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
Sejarah
Dibuka1881
Nama sebelumnyaBuitenzorg
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya     Stasiun berikutnya
Terminus Templat:KRL Jabodetabek lines
Templat:KRL Jabodetabek lines
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Peron stasiun Bogor bagian timur saat belum ditutup
Stasiun Bogor di waktu malam (2005)

Stasiun ini disibukkan oleh komuter (penglaju) dari Bogor menuju ke Jakarta. Terdapat puluhan jadwal perjalanan KRL dari stasiun ini setiap harinya. Tahun 2000 hingga bulan Juli 2011, Stasiun Bogor mengoperasikan KRL Pakuan Ekspres dengan lintasan Jakarta-Bogor PP dengan tarif Rp 11.000,00[butuh rujukan] untuk sekali perjananan dan telah dilengkapi dengan penyejuk udara (Seri 6000 eks Toei atauSeri 8500 ex Tokyu), yang merupakan cikal bakal KRL Commuter Line.


Pada periode bulan Juli 2011 hingga bulan Juli 2013, rangkaian KRL yang beroperasi dari Stasiun Bogor terdiri dari KRL ekonomi, KRL ekonomi-AC, dan KRL Commuter Line (Red Line). Stasiun Bogor melayani KRL Commuter Line AC dengan harga Rp 1.500,00 (Ekonomi hanya sampai stasiun Depok Lama), Rp 2.000,00 (Ekonomi tujuan akhir Jatinegara lewat Tanah Abang, Duri, Kampung Bandan, Pasar Senen, Ekonomi tujuan akhir Jakarta Kota lewat Manggarai, Gondangdia, Gambir, Juanda), Rp 6.000,00 (Commuter Line AC hanya sampai Depok Lama), dan Rp 7.000,00 (Commuter Line AC tujuan akhir Jatinegara lewat Tanah Abang, Duri, Kampung Bandan, Pasar Senen atau KRL Commuter Line AC tujuan akhir Kota lewat Gondangdia, Gambir, Juanda).[3]

Seiring dengan penghapusan KRL Ekonomi dan diganti dengan rangkaian KRL Commuter Line AC, Stasiun Bogor kini melayani 2 layanan KRL Commuter Line; Yellow Line/Jakarta Loop Line ke Stasiun Duri, Kampung Bandan, sampai dengan Jatinegara serta Red Line ke Stasiun Jakarta Kota.

Pintu Masuk Stasiun Bogor

Selain melayani kereta komuter menuju Jakarta, Stasiun Bogor juga memberangkatkan Kereta api Pangrango dari Stasiun Bogor Paledang yang berjarak 200 meter di sebelah selatan Stasiun Bogor untuk melayani rute Cianjur-Sukabumi-Bogor. Langsiran lokomotif KA Pangrango dilakukan di Stasiun Bogor dikarenakan Stasiun Bogor Paledang hanya mempunyai 1 jalur.

Sejarah

Stasiun ini merupakan bangunan yang terdiri atas dua bangunan yang berdampingan. Bangunan utamanya adalah bangunan area masuk ke stasiun, lobi, kantor administrasi, tempat penjualan tiket dan fasilitas lainnya. Dan bangunan keduanya adalah bangunan kanopi yang menaungi peron dan dua jalur kereta api. [3]

Stasiun Bogor dibangun oleh Staatsspoorwegen (SS) pada tahun 1872 sebagai titik akhir jalur kereta api Batavia-Weltevreden-Depok-Buitenzorg.[3] Stasiun ini dibuka untuk pertama kalinya untuk umum pada 31 Januari 1873. Tidak kurang dari 40 tahun pertama, stasiun ini dikelola oleh NISM, dan baru pada tahun 1913 dibeli oleh SS termasuk jalurnya.[3] Tahun 1881 dibangun stasiun baru. Sepanjang 1881-1883 SS melanjutkan pembangunan jalur kereta api dari Bogor-Sukabumi dan hingga 1887 terhubung hingga Tugu Yogyakarta.[4]


Dahulu, sebuah lapangan luas bernama Taman Wilhelmina pernah menjadi bagian dari stasiun Bogor.[4]

Pada ruang VIP berdiri monumen prasasti dari marmer setinggi 1 meter. Monumen ini sebagai simbol tanda ucapan selamat pagi dari para karyawan SS kepada David Maarschalk yang memasuki masa pensiun atas usahanya mengembangkan jalur kereta api di Jawa. Prasasti ini dibuat sebagai pengganti patung David Maarschalk yang dulunya berada di tempat prasasti ini.[3]

Renovasi stasiun pernah dilakukan oleh Kementerian Perhubungan tahun 2009. Bangunan stasiun yang bertuliskan "1881" ini, yang menghadap Jalan Nyi Raja Permas Raya (Taman Topi) ini akhirnya tidak difungsikan sebagai pintu masuk stasiun. Kini bangunan stasiun dipindah menghadap Jalan Mayor Oking.[4]

Arsitektur

Stasiun ini bergaya Eropa dengan berbagai motif. Misalnya ada yang bermotif geometris awan, kaki-kaki singa, dan relung-relung bagian lantai. Gaya desain ini merupakan gaya dengan nuansa kental Yunani Klasik namun dengan campuran, yaitu memiliki bentuk simetris dan serba persegi.[3] Pada masanya, (1880 - 1889), bangunan seperti ini menjadi tren di Hindia Belanda.[3] Stasiun ini memiliki dua lantai. Desain tangga kayu meliuk-liuk menghubungkan lantai 1 dengan lantai 2. Karakteristik bangunan utama khas dengan gaya Indische Empire sedangkan pada lobi bergaya Neoklasik.[3]

Indische Empire adalah gaya arsitektur era kolonial Belanda di Indonesia yang berkembang sekitar abad 18 dan 19. Gaya ini terlahir dari gaya hidup orang Eropa di Indonesia. Bangunan-bangunan dengan gaya ini berupa adaptasi aliran Neoklasik yang populer di Eropa pada masa itu dengan kondisi iklim dan bahan bangunan setempat. Bangunan-bangunan dengan gaya ini bercirikan umum adalah mempergunakan kolom-kolom dorik pada teras depan dan halaman yang luas.[5]

Neo Klasik yang juga disebut sebagai New Classicism adalah pergerakan aliran arsitektur di Eropa dan Amerika yang dimulai pada pertengahan abad ke-18. Gaya ini terinspirasi oleh reruntuhan arsitektur Yunani Klasik dan terutama Romawi.

Desain atap emplasemen (kanopi/overkapping) membentang lebar dengan rangka baja dan penutup atap dengan besi bergelombang. Atapnya sendiri merupakan atap pelana dan memilik bentuk segitiga dan gerbang lengkung. Pada bagian belakang dinding plesteran, terdapat ornamen garis-garis serta akhiran cornice (Hiasan pada tepian dan sudut bagian atas tembok, pilar atau gedung berupa profil ukiran atau molding yang menonjol ke luar sebagai akhiran dinding)[5] pada bagian atas berpola lekukan-lekukan kecil yang dinamakan guttae ( dalam istilah arsitektur klasik, membingkai atap jurai di atasnya.[3] Sedangkan Molding atau Moulding sendiri adalah garis/kontur dekoratif berbentuk permukaan datar atau melengkung, cekung atau menjorok keluar yang dipergunakan untuk hiasan dinding, batu atau kayu.[5]

Kereta api

Berikut adalah daftar kereta api yang berhenti di Stasiun Bogor:

  1. KRL Commuter Line (Red Line) jurusan Bogor - Jakarta Kota
  2. KRL Commuter Line (Yellow Line) jurusan Bogor - Tanah Abang - Duri/Kampung Bandan/Jatinegara
  3. Langsiran KA Pangrango: ke arah Bogor Paledang, tujuan Sukabumi.

Angkutan umum

 
Tiga macam kereta rel listrik di stasiun Bogor. [kiri ke kanan]: KRL Ekonomi Rheostatic buatan Jepang tahun 1983/1984, KRL BN/Holec buatan Belanda - Belgia - INKA 1996, dan KRL Rheostatic buatan Jepang 1986/1987

Galeri

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ a b c d e f g h i Murti Hariyadi, Ibnu (2016). Arsitektur Bangunan Stasiun Kereta Api di Indonesia. Jakarta: PT. Kereta Api Indonesia (Persero). hlm. 1 – 14. ISBN 978-602-18839-3-8. 
  4. ^ a b c Majalah KA Edisi Agustus 2014
  5. ^ a b c Murti Hariyadi, Ibnu (2016). Arsitektur Bangunan Stasiun Kereta Api di Indonesia. Jakarta: PT. Kereta Api Indonesia (Persero). hlm. 149 – 152. ISBN 978-602-18839-3-8. 

Lihat juga

Pranala luar

Galat Lua: unknown error.

6°35′39″S 106°47′27″E / 6.5942707°S 106.7908108°E / -6.5942707; 106.7908108{{#coordinates:}}: tidak bisa memiliki lebih dari satu tag utama per halaman