Kereta rel listrik JR East seri 103
Kereta rel listrik JR seri 103 (国鉄103系電車 , Kokutetsu 103-kei densha) adalah kereta rel listrik buatan Jepang pada tahun 1964 yang pernah beroperasi hampir di seluruh lintas di Jepang dan pernah menjadi KRL dengan populasi terbanyak di Jepang, dan masih merupakan rekor selama ini. KRL ini berteknologi Rheostat. Bahkan jika diperhatikan, KRL ini sangat menyerupai KRL Rheostatik. Di Indonesia, KRL ini juga pernah dioperasikan di hampir seluruh lintas yang ada di Jabodetabek.[1]
KRL JR East seri 103 | |
---|---|
Produsen | Hitachi, Ltd. Kawasaki Heavy Industries Kinki Sharyo Nippon Sharyo Tokyu Car Corporation |
Konstruksi | 1964-1984 |
Formasi | 2, 4, 6, 8, atau 10 kereta per set (Jepang) 4 kereta per set (Indonesia) |
Operator | Japanese National Railways (1964-1987) East Japan Railway Company (1964-sekarang) West Japan Railway Company (1965-sekarang) JR Central PT KAI Commuter Jabodetabek (2004-2016) |
Jalur dilayani | Japan Railways lines, KA Commuter Jabodetabek |
Data teknis | |
Konstruksi bodi | Mild Steel |
Panjang kereta | 20.000 mm |
Lebar | 2.800 mm |
Tinggi | 3.935 mm |
Pintu | 4 pintu di setiap sisi |
Kelajuan maksimum | 100 km/h |
Sistem traksi | Rheostat Motor traksi: MT-55 |
Daya mesin | 110 kW per motor |
Transmisi | Motor Generator (MG) |
Percepatan | 2,0 - 2,2 km/h/s |
Perlambatan | 3,5 km/h/s (normal) 5,0 km/h/s (darurat) |
Sistem pembangkit | Listrik Aliran Atas (LAA) |
Pemanas, ventilasi, dan penyejuk udara | AU75G |
Penangkap arus | Pantograf |
Bogie | DT33 & TR201 |
Abar | Dynamic brake, Electro-pneumatic brake, Hand brake |
Sistem keselamatan | ATS-B, ATS-P, ATS-SK, ATS-SW, ATC-3, ATC-4, ATC-6, ATC-9, Deadman Pedal |
Alat perangkai | Shibata Coupling |
Kerja majemuk | Sesama KRL JR East 103 |
Lebar sepur | 1,067 mm |
Sejarah JR 103
KRL ini adalah kereta rel listrik buatan Jepang tahun 1964 yang beroperasi di lintas Jabodetabek. KRL ini pernah menjadi KRL dengan populasi terbanyak di Jepang, dan masih merupakan rekor selama ini. KRL ini berteknologi rheostat, yaitu teknologi yang saat itu masih umum, karena belum ada teknologi Chopper maupun Variable Voltage Variable Frequency, dengan thryristor Gate Turn-Off (VVVF-GTO) maupun Insulated Gate Bipolar Transistor (VVVF-IGBT). Walaupun demikian, teknologi resistor control telah ada pada saat itu. Pada awalnya KRL ini tidak ber-AC, sama seperti KRL lainnya di Jepang pada saat itu, namun sejak tahun 1988, AC pun mulai dipasang untuk meningkatkan kenyamanan penumpang.
Tahun 2000-an awal, pada saat itu tiba KRL AC pertama kali dari Jepang, dan KRL Ekspres AC ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat, setelah sebelumnya KRL non-AC banyak yang mulai menurun kondisinya dan lekat dengan kondisi yang buruk, seperti banyaknya penumpang di atap (atapers). Setelah kedatangan KRL Toei 6000, PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang sedang membutuhkan lebih banyak KRL AC pun mengimpor KRL ini dari JR East, tepatnya pada tahun 2004, sebanyak 16 kereta dengan 4 kereta per setnya.
KRL JR 103 merupakan KRL tertua yang dimiliki Jepang (pada saat itu), pertama kali dibuat pada tahun 1964, sehingga pembelian KRL tipe ini tidak banyak, karena terlalu kuno dan tidak efisien jika membeli KRL yang berbody Mild Steel, sehingga pada pembelian berikutnya, KRL yang dibeli adalah KRL Tokyu 8000 dan 8500. Pada masa dinasnya, sudah beberapa kali KRL JR 103 mengalami perubahan secara fisik dan perubahan warna/livery.
Indonesia membeli kereta ini untuk melayani beberapa rute KA Jabodetabek. Mulanya pada tahun 2004 digunakan untuk layanan Bojonggede Ekspres dan Depok Ekspres, juga di jalur Tangerang sebagai Benteng Ekspres. Namun, akibat bertambahnya jumlah penumpang, KRL ini pun diganti dengan KRL Tokyu 8000 yang saat itu telah memiliki 8 kereta per rangkaian mulai tahun 2005, KRL ini pun difungsikan sepenuhnya di rute Tangerang yang jumlah penumpangnya tidak terlalu banyak.
Selain itu, KRL ini sempat dioperasikan untuk layanan Ekonomi AC Tanahabang - Depok untuk rangkaian kaca tinggi dengan 2 rangkaian digabung menjadi satu, dan rangkaian kaca rendah beroperasi sebagai KRL Ekspres di jalur Tangerang dengan formasi 1 set, juga terkadang KRL ini dioperasikan di Jalur Bekasi/Bogor. KRL ini masing-masing rangkaiannya terdiri dari 4 kereta (1 set), dan menjadi salah satu rangkaian KRL dengan AC terdingin di Jabodetabek, meskipun kenyataannya KRL ini tidak sedingin dulu lagi saat pertama datang, bahkan seringkali panas, dan dinginnya KRL ini masih kalah dari banyak jenis KRL, seperti KRL JR 205. Usia KRL yang tua juga membuat rangkaian ini kadang bermasalah, seperti AC panas atau kereta yang mogok.
Namun saat ini 1 rangkaian terdiri dari 2 rangkaian KRL sehingga 1 rangkaian terdapat 8 kereta. KRL ini pernah beroperasi di semua jalur di Jabodetabek, meskipun di saat terakhir masa dinasnya, KRL ini lebih sering difungsikan sebagai KRL Feeder saja karena seringnya mengalami masalah.
KRL ini mengalami berbagai perubahan warna. Pertama, adalah warna bawaan dari JR East Musashino Line yaitu orange polos, lalu orange-kuning, biru tua-biru muda, skema warna "JR Central" (putih dengan garis orange dan hijau), lalu skema warna KCJ dengan logo PT KAI.
Sejak 2012-13, karena kesulitan suku cadang, rangkaian E20 dan E27 tidak bisa dioperasikan, sehingga kereta yang tersisa hanya 2 rangkaian, dan akhirnya hanya 1 rangkaian gabungan yang beroperasi, yaitu rangkaian E21 dan E22. (1 kaca rendah dan 1 kaca tinggi)
Sejak 2014, rangkaian ini beroperasi sebagai KRL feeder. KRL ini berada dalam perawatan Dipo KRL Depok. Akan tetapi, KRL ini sering "beristirahat" di Dipo Bukit Duri. Keberadaannya pun semakin tergeser dengan kedatangan KRL JR East seri 205 yang baru.
Mulai tanggal 1 Januari 2016, 2 rangkaian KRL JR 103 yang terakhir (KeYo E21- KeYo E22) telah berhenti beroperasi dan telah berada di Dipo KRL Depok.
Akhir November 2016, seluruh rangkaian KRL seri 103 dikirimkan ke Stasiun Cikaum, Kabupaten Subang, yang berada di wilayah Daop 3 Cirebon.[2]
Daftar rangkaian KRL JR 103
Daftar rangkaian KRL JR 103 adalah sebagai berikut:[1]
- E20/103-815F: 103 815 - 103 752 - 102-2009 - 103 822. Telah dirucat di Stasiun CIkaum Rangkaian ini adalah rangkaian kaca tinggi.
- E21/103-105F: 103 105 - 102 321 - 103 246 - 103 597. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru dengan nomor K1 1 04 01 sampai dengan K1 1 04 04. Rangkaian ini adalah rangkaian kaca rendah. Telah dirucat di Stasiun Cikaum.
- E22/103-359F: 103 359 - 103 654 - 102 810 - 103 384. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru dengan nomor K1 1 04 09 sampai dengan K1 1 04 12. Rangkaian ini adalah rangkaian kaca tinggi. Telah dirucat di Stasiun Cikaum.
- E27/103-153F: 103 153 - 102 231 - 103 210 - 103 632. Telah dirucat di Stasiun Cikaum. Rangkaian ini adalah rangkaian kaca rendah.
Formasi rangkaian 103-815F dan 103-359F adalah sebagai berikut.
Nomor | 1 | 2 | 3 | 4 |
---|---|---|---|---|
Penomoran | KuHa 103 | MoHa 103 | MoHa 102 | KuHa 103 |
Kodifikasi | TC1 | M1 | M2 | TC2 |
Di lain pihak, formasi rangkaian 103-105F dan 103-153F adalah sebagai berikut.
Nomor | 1 | 2 | 3 | 4 |
---|---|---|---|---|
Penomoran | KuMoHa 103 | MoHa 102 | SaHa 103 | KuHa 103 |
Kodifikasi | MC1 | M2 | T | TC |
Referensi
- ^ a b Majalah KA Edisi Juni 2014
- ^ http://www.re-digest.web.id/2016/12/railfanning-dan-wisata-kuliner-di-cikaum.html