Leuwigede, Widasari, Indramayu

desa di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat

Leuwigede adalah desa di kecamatan Widasari, Indramayu, Jawa Barat, Indonesia.

Leuwigede
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenIndramayu
KecamatanWidasari
Kode Kemendagri32.12.07.2015 Edit nilai pada Wikidata
Luas278070 km²
Jumlah penduduk4067 jiwa
Kepadatan1208 jiwa/km²

Sejarah Desa Leuwigede Sejarah terbentuknya Desa Leuwigede sampai saat ini masih sangat perlu untuk diteliti kembali keabsahannya sehubungan dengan banyaknya versi cerita yang berbeda. Tetapi benang emas yang dapat diambil dari cerita legenda terbentuknya Desa Leuwigede adalah semua bersepakat bahwa Kuwu Desa Leuwigede yang pertama adalah Ki Darpa. Begini kurang dan lebih ceritanya :

Sahdan dijaman dahulu kala di sebuah kerajaan negeri Sumedang Larang, Rajanya memerintahkan seseorang ajudannya yang bernama Ki Darpa untuk melihat sebuah wilayahnya yang berada diujung Timur Laut di daerah Tamansari Kecamatan Lelea untuk membuat sebuah pedukuhan. Konon Lelea jaman dulu kala adalah masih berada di dalam wilayah territorial Kerajaan Sumedang sampai dengan desa kasmaran. Sang Raja hanya memberikan sebuah ciri di sana ada sebuah Leuwi (balong/danau) yang besaryang airnya berwarna Hijau. Akhirnya berangkatlah Ki Darpa ditemani seorang saudaranya menyusuri sungai Cimanuk. Dikisahkan Kidarpa berangkat menyusuri sungai Cimanuk dengan mengendarai sebuah Bareng atau sebuag gong kecil sedangkan Saudarannya berangkat mengendarai Gong.

Setelah melalui sekian banyak rintangan dalam penyusurannya termasuk menemui sekian banyak Leuwi yang ada Ki Darpa merasakan belum menemui sebuah Leuwi yang cukup besar seperti yang diceritakan Sang Raja, termasuk ketika Ia menemukan sebuah Leuwi di sebuah dearah yang sekarang bernama Desa Ujungpendokjaya, Ia merasa bahwa Leuwi tersebut tidak cukup besar. Akhirnya Ia meneruskan perjalanannya menyusuri sungai Cimanuk, dan tidaklah berapa lama Ki Darpa menemukan sebuah Leuwi yang cukup besar yang menjadi sebuah pusaran air dari sebuah tikungan Sungai Cimanuk yang sekarang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Balong Bugel. Akhirnya Ki Darpa memutuskan bahwa Leuwi inilah mungkin yang dimaksud oleh Sang Raja. Kemudian Ki Darpa membuat sebuah pedukuhan yang mengambil lokasi di sebelah Barat dari Leuwi tersebut.

Konon di sebelah Timur dari Leuwi tersebut juga telah ada mendiami sekelompok Santri dari negeri Bagelen berjumlah Sembilan orang yang sama bermukim disana membuat pedukuhan yang kini diyakini sebagai Buyut Bojongjati. Lama kelamaan pedukuhan ini menjadi kian ramai didiami orang karena terkenal daerahnya yang sangat subur, makmur, gemah ripah lohjinawi karena sumber airnya yang mudah dari Leuwi tersebut, tetapi tetap saja pedukuhan ini belumlah memiliki nama.

Akhirnya keramaian pedukuhan ini terdengar sampai ke telinga Adipati Dermayu. Sang Adipati akhirnya memerintahkan beberapa Ponggawa untuk memeriksa daerah Pedukuhan tersebut. Sekaligus untuk menata secara administrasi dengan memberikan nama daerah dan memilih seorang pemimpinnya untuk menjadi Kuwu di sana. Dengan bertanya kesana dan kemari akhirnya sampailah para Ponggawa Adipati tersebut di sebelah Timur dari Leuwi tersebut dan menemui Sembilan Santri dari Bagelen. Setelah bernegosiasi maka Pimpinan Ponggawa tersebut meminta salah seorang dari para Santri tersebut agar mau dijadikan menjadi seorang pemimpin di daerah tersebut. Tetapi semua Santri tidak ada yang mau untuk menjadi pemimpin yang membuat para Ponggawa menjadi kesulitan untuk memutuskan. Akhirnya Pimpinan Ponggawa bertanya kepada Sembilan Santri tersebut, “adakah orang lain selain kalian yang tinggal didaerah ini?”. Salah seorang Santri menjawab bahwa di sebelah Barat Leuwi ini masih ada seorang yang tinggal di sana.

Maka menyebranglah Para Ponggawa tersebut ke sebelah Barat Leuwi. Dan disana ia bertemu dengan Ki Darpa. Sang Ponggawa bertanya tentang asal usul Ki Darpa. Dan Ki Darpapun mencertakan dari awal hingga akhir tentang sejarah Ia hingga tinggal di daerah Leuwi tersebut. Atas dasar cerita Ki Darpa tersebut Para Ponggawa sangat maklum dan menunjukan daerah sebenarnya bahwa yang Leuwi yang dimaksudkan bukan ini tetapi di daerah Taman Sari Lelea. Tetapi dikarenakan Ki Darpa sudah terlanjur betah Ia memohon untuk tetap diijinkan tinggal di daerah itu dan Ia tidak akan kembali lagi ke Sumedang. Dan Akhirnya oleh Ponggawa tersebut diijinkan sekaligus menunjuk Ki Darpa sebagai Kuwu di daerah itu. Terinspirasi dari cerita Ki Darpa bahwa Ia diperintahkan Raja Sumedang untuk mencari daerah dengan Leuwinya yang besar, maka akhirnya pedukuhan itu diberi nama Leuwigede. Wallahu a’lam bi sawwab…masih perlu kita gali terus.

Orientasi Wilayah Secara administratif letak Desa merupakan bagian dari Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu. Desa Leuwigede berjarak 5 KM dari pusat kecamatan dan berjarak 14 KM dari ibukota Kabupaten. Desa Leuwigede berada diketinggian lebih kurang 9.75 mdl diatas permukaan laut, dengan luas wilayah 278.070 Ha dan berbatasan dengan :

Sebelah Baratberbatasan dengan Desa Kasmaran. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bojongslawi. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ujungpendok Jaya. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Legok. Desa Leuwigede secara geografis merupakan daerah dataran rendah. Suhu udara rata-rata di Desa Leuwigede adalah 32 derajat celcius dan beriklim kemarau dan penghujan.

Tabel 1. Luas dan Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan Luas (Ha) 1 Pemukiman 27,078 2 Persawahan 176,00 3 Perkebunan - 4 Kuburan 1,470 5 Pekarangan 70,190 6 Taman - 7 Perkantoran 0,232 8 Prasarana umum lainnya 3,100 TOTAL LUAS 278,070 Kondisi Demografi Desa Leuwigede memiliki 6 (enam) RW dan 15 (lima belas) RT. Jumlah penduduk Desa Leuwigede sebanyak 4.067 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.077 jiwa, perempuan sebanyak 1.989 jiwa dan 1.272 Kepala Keluarga.

Tabel 2. Klasifikasi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

No Usia/Umur Jumlah 1 0 - 3 Tahun 108 2 4 - 6 Tahun 229 3 7 - 12 Tahun 370 4 13 - 15 Tahun 195 5 16 - 18 Tahun 208 6 19 - keatas 2.956 TOTAL 4067 Kondisi Sosial Masyarakat Desa Leuwigede mayoritas penduduknya beragama Islam, bahkan jika berdasarkan data yang dimiliki di Kantor Desa seluruh penduduknya beragama Islam. Namun, setelah melakukan survey langsung, kelompok kami menemukan ada beberapa warga yang beragama Konghucu. Adapun budaya yang berlaku di Desa Leuwigede merupakan percampuran dari budaya Sunda dan Jawa, dengan budaya Jawa yang lebih dominan. Masyarakat Desa Leuwigede pada umumnya masih menjalankan ritual dan tradisi seperti Ngunjungan (ziarah kubur wali Sanga) dan juga Sedekah Bumi. Di Desa Leuwigede juga terasa kental dengan kesenian Dangdut, yang notabene memang menjadi ciri khas dari daerah Pantura. Terdapat pula kesenian Wayang Kulit, namun saat ini kesenian ini sudah mulai punah dikarenakan rendahnya tingkat regenerasi.

Kondisi Pendidikan Dalam hal pendidikan, di Desa Leuwigede terdapat beberapa instansi yang memfasilitasi bidang terkait, diantaranya yaitu :

a) SDN Leuwigede 1

b) SDN Leuwigede 2

c) PAUD At Tauhid

d) Madrasah Nurul Huda

Keempat instansi berada dalam keadaan yang cukup baik dan memiliki sarana-prasarana yang mampu menampung seluruh peserta didiknya. Adapun untuk tingkat pendidikan dari setiap warga di Desa Leuwigede didapatkan data yang cukup beragam, berikut rinciannya :

Tabel 3. Data Tingkat Pendidikan

Paud/TK SD/MI SMP/MTs SLTA/MA Akademi (D1-D3) Sarjana (S1-S3) 62 1.264 1.250 424 55 34 Adapun setelah dilakukan kunjungan pendidikan ke instansi-instansi tersebut, ditemukanlah beberapa permasalahan, seperti :

Anak-anak kerapkali tidak masuk sekolah karena ikut panen dengan orangtuanya atau menghadiri acara-acara hajatan, hal ini ditunjukan dengan tingkat absensi yang menurun tajam ketika ada acara-acara tersebut. Anak kurang terperhatikan karena 50% dari orangtua murid adalah TKW, sehingga anak-anak biasanya dititipkan kepada kakek, nenek, atau kerabat dekat lainnya. Sedangkan, pengasuhan dari kakek, nenek, atau saudara seringkali kurang dari segi perhatiannya, cukup ketika anak diberikan uang jajan, makan dan bisa bersekolah. Anak banyak yang tidak mau datang ke sekolah karena tidak di kasih uang jajan. Kebijakan terkait dana BOS yang mengharuskan hasil evaluasi dari seluruh sekolah di kecamatan terkumpul, baru kemudian dana tersebut bisa dicairkan merugikan beberapa sekolah. Karena sering terjadi keterlambatan pengumpulan laporan, kemudian menghambat distribusi pencairan dana BOS bagi sekolah yang telah tepat waktu mengumpulkan. Masih adanya pungutan liar untuk mengurus administrasi pendidikan, seperti surat rekomendasi sekolah dari SD ke SMP, baik di tingkat Kecamatan ataupun Kabupaten. Keadaan Ekonomi Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Usaha tersebut terlihat dari kegiatan manusia berjuag demi kelagsungannya itu, setiap manusia mempunyai usaha yang berbeda menurut kemampuannya.

Mata Pencaharian Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Leuwigede dapat teridentifikasi ke dalam beberapa bidang mata pencaharian yang rinciannya dapat dilihat di tabel 4.

Tabel 4. Data Mata Pencaharian Penduduk

Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Petani 466 Buruh Tani 654 Pegawai Negeri Sipil 73 Pengrajin Industri Rumah Tangga 5 Pedagang Keliling 41 Montir 3 Bidan Swasta 1 Perawat Swasta 5 Pembantu Rumah Tangga 22 TNI 5 POLRI 4 Pensiunan PNS / TNI / POLRI 16 Pengusaha Kecil dan Menengah 33 Guru Swasta 10 Karyawan Perusahaan Swasta 47 Karyawan Perusahaan Pemerintah 10