Gedung Pakuan

bangunan istana di Indonesia
Revisi sejak 23 Januari 2017 16.17 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Gedung Pakuan saat ini merupakan rumah dinas yang dijadikan sebagai tempat kediaman resmi Gubernur Kepala Daerah Provinsi Jawa Barat. Gedung ini beralamat di Jalan Otto Iskandardinata No.1, Bandung. Di zaman kolonial Belanda merupakan rumah kediaman resmi Residen Priangan.

Sejarah

Gedung Pakuan didirikan sehubungan dengan perintah Gubernur Jenderal Ch.F. Pahud karena pemindahan ibukota Karesidenan Priangan dari Cianjur ke Bandung. Tetapi pemindahan ibukota karesidenan itu baru dapat dilaksanakan oleh Residen Van der Moore pada tahun 1864, setelah Gunung Gede meletus dan menghancurkan Kota Cianjur. Mulai dibangun pada tahun 1864 sampai selesai pembangunannya pada tahun 1867.

Selama pembangunan Gedung Pakuan (1864-1867), telah dikerahkan sejumlah anggota Genie Militair Belanda, yang dibantu oleh R.A. Wiranatakusumah yang dikenal dengan sebutan Dalem Bintang. R.A. Wiranatakusumah merupakan Bupati Bandung ke-8 yang memerintah antara tahun 1846-1874. Ia mengerahkan penduduk dari kampung Babakan Bogor (sekarang Kebon Kawung) dan Balubur Hilir yang kini terletak di depan kediaman resmi Panglima Kodam III Siliwangi di Bandung. Atas jasa tersebut, penduduk yang terlibat dalam pembangunan tersebut dibebaskan dari pajak.

Arsitektural

Gedung Pakuan memiliki langgam arsitektur Indische Empire Stijl yang anggun monumental serta sangat digemari oleh Jenderal Herman Willem Daendels. Bangunan tersebut dirancang oleh Insinyur Kepala dari Departement van Burgerlijke Openbare Werken (B.O.W) atau DPU sekarang, yang menjadi staff dari Residen Van der Moore, Insinyur itu pula yang merancang bangunan Sakola Raja yang saat ini menjadi Kantor Polwiltabes Bandung pada tahun 1866.

Kunjungan tokoh penting internasional

Sejak zaman Hindia Belanda, gedung ini telah menjadi tempat persinggahan orang penting, tamu resmi dan tokoh dunia. Tamu penting internasional yang pernah berkunjung ke sini adalah:

Peranan dalam Konferensi Asia Afrika

Ketika Konferensi Asia Afrika berlangsung di kota Bandung pada tahun 1955, sejumlah tokoh, pimpinan negara-negara Asia Afrika singgah untuk beristirahat di Gedung Pakuan, diantaranya:

Pada kunjungannya tahun 1955, PM India, Jawaharlal Nehru sempat menyatakan dalam pidatonya bahwa Bandung adalah ibukota dari Asia Afrika.

Pada tahun 2005 yang lalu, gedung ini juga dijadikan sebagai tempat jamuan makan siang para kepala negara, pemerintahan dan delegasi negara-negara Asia Afrika dalam rangka acara peringatan 50 Tahun Konferensi Asia-Afrika.

Perjanjian Dwikewarganegaraan RI-RRT

Sejarah diplomatik mencatat, bahwa pada tanggal 22 April 1955, di ruang tengah Gedung Pakuan telah ditandatangani Komunike Bersama tentang Dwi Kewarganegaraan antara pemerintah Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok. Masing-masing pihak diwakili oleh Menteri Luar Negeri RI Mr. Sunario dan Perdana Menteri RRT Zhou Enlai.

Gedung Pakuan sekarang ini

Tahun 1990, pemugaran struktur bangunan Gedung Pakuan rampung dengan menelan biaya lebih dari satu miliar rupiah. Pemugaran ini sesuai dengan harapan Pangeran Bernhard. Gedung Pakuan sekarang masih tetap berfungsi sebagai markah tanah Kota Bandung. Fungsi utamanya kini menjadi rumah dinas yang dijadikan sebagai tempat kediaman resmi Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Barat.