Coelacanth Afrika
Coelacanth Afrika | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Subkelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | L. chalumnae
|
Nama binomial | |
Latimeria chalumnae J. L. B. Smith, 1939
| |
Wlayah sebaran L. chalumnae dalam warna merah |
Coelacanth Samudra Hindia Barat[2] (Latimeria chalumnae), kadang disebut Coelacanth Komoro atau Coelacanth Afrika[3] adalah salah satu dari dua spesies ikan "purba" coelacanth yang masih hidup hingga kini. Spesies yang satunya lagi adalah Coelacanth Indonesia (Latimeria menadoensis) yang ditemukan di perairan laut Sulawesi Utara. Coelacanth adalah sebuah ordo vertebrata langka yang lebih dekat hubungannya dengan ikan paru-paru, reptil, mamalia daripada dengan kelompok ikan bersirip kipas. Ikan ini memiliki pigmen warna biru terang, dan adalah spesies yang paling terkenal dari dua spesies coelacanth yang hidup kini. Spesies ini dimasukkan ke dalam status terancam kritis dalam IUCN Red List.[1]
Ciri-ciri biologi
Berat rata-rata Latimeria chalumnae adalah 80 kg (176 lb), dan ikan ini dapat mencapai panjang hingga 2 m (6.5 ft). Betina dewasa berukuran lebih besar daripada jantan dewasa. L. chalumnae terdistribusi pada kawasan yang luas tetapi jarang, di ujung barat Samudra Hindia, dari Afrika Selatan, ke utara sepanjang pesisir Afrika Timur ke Kenya, kepulauan Komoro, dan Madagaskar. Ikan ini sepertinya hidup dalam koloni yang kecil.
Jumlah dan pelestarian
L. chalumnae dimasukkan ke dalam daftar terancam kritis dalam IUCN.[1] berdasarkan traktat Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Terancam Punah, coelacanth dimasukkan dalam kelompok Apendiks I (terancam punah) pada 1989. Traktat ini melarang segala bentuk perdagangan internasional untuk keperluan komersil dan mengatur segala bentuk perdagangannya, termasuk pengiriman spesimen ke museum, melalui sistem perizinan. Pada tahun 1998, total populasi coelacanth Samudra Hindia Barat diperkirakan berjumlah 500 atau lebih sedikit, jumlah yang sangat kecil yang mengancam kelangsungan hidup spesies ini.[4]
Temuan pertama di Afrika Selatan
Pada 23 Desember 1938, Hendrik Goosen, kapten kapal pukat Nerine, kembali merapat ke pelabuhan di East London, Afrika Selatan, setelah menjaring pukat di sekitar sungai Chalumna dan Ncera. Seperti biasa ia menelepon rekannya Marjorie Courtenay-Latimer, seorang kurator di sebuah museum kecil di East London, untuk menawarkan apakah ia mau memeriksa hasil tangkapannya hari ini dan memberitahukan bahwa ia telah menangkap seekor ikan aneh dan ia simpankan untuknya. Korespondensi pada arsip di ‘’South African Institute for Aquatic Biodiversity’’ (SAIAB, sebelumnya bernama JLB Smith Institute of Ichthyology) menunjukkan bahwa Goosen bahkan dengan sangat hati-hati menjaga agar ikan itu tidak rusak, dan menyuruk krunya untuk menyimpannya untuk museum East London. Goosen menyatakan bahwa ikan ini berwarna biru baja pada saat pertama kali diangkat, akan tetapi ketika kapal Nerine berlabuh di pelabuhan East London beberapa jam berikutnya, ikan ini telah berubah warna menjadi abu-abu tua.
Marjorie tidak dapat mengidentifikasi ikan ini yang tidak ditemukan dalam daftar spesies makhluk hidup dalam bukunya. Kemudian ia berusaha menghubungi koleganya, Professor James Leonard Brierley Smith, akan tetapi ia tengah cuti Natal. Karena tidak dapat mengawetkan ikan ini, ia dengan enggan mengirim ikan ini taksidermis. Ketika Smith kembali, ia segera mengenali ikan ini sebagai seekor coelacanth, yang selama ini dikenali dari tinggalan fosilnya saja. Smith menamai ikan ini Latimeria chalumnae untuk meghormati Marjorie Courtenay-Latimer dan nama perairan tempat ditemukannya ikan ini. Kedua penemu ini kemudian diakui jasanya, dan ikan ini kemudian dijuluki sebagai "fosil hidup". Coelacanth temuan 1938 ini masih dipamerkan di Museum East London, Afrika Selatan.
Akan tetapi spesimen ini telah diisi, dan insang serta kerangkanya telah dibuang dan tidak tersedia untuk diteliti. Akibatnya ada yang meragukan apakah ikan ini adalah spesies ikan purba. Smith mulai berburu spesimen kedua, sebuah upaya yang menghabiskan waktu hingga lebih dari satu dasawarsa.
Spesimen kedua, Malania anjouanae
Sebuah spesimen kedua, dengan sirip punggung dan sirip ekor yang hilang cacat, ditangkap pada tahun 1952 di lepas pantai Anjouan. Pada saat itu diyakini sebagai spesies baru dan ditempatkan dalam genus baru juga, Malania, dinamai untuk menghormati Perdana Menteri Afrika Selatan pada saat itu, Daniel François Malan, yang tanpa bantuannya spesimen ini tidak akan terawetkan dengan otot dan organ-organ dalam yang utuh. [5]
Genetik
Genom dari Latimeria chalumnae diurutkan pada tahun 2013 untuk memberikan gambaran mengenai evolusi tetrapoda.[6] Urutan penuh dan anotasi dari Ensembl entry dapat ditemukan di Ensembl browser genome.
Referensi
- ^ a b c Musick, J. A. (2000). "Latimeria chalumnae". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.2. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 2013-12-23.
- ^ DOI:10.1186/1742-9994-8-25
Rujukan ini akan diselesaikan secara otomatis dalam beberapa menit. Anda dapat melewati antrian atau membuat secara manual - ^ "The African coelacanth genome provides insights into tetrapod evolution" (PDF). Nature. 496 (7445). 18 April 2013. doi:10.1038/nature12027. PMC 3633110 . PMID 23598338. Diakses tanggal 2013-06-19.
- ^ Jewett, Susan L., "On the Trail of the Coelacanth, a Living Fossil", The Washington Post, 1998-11-11, Retrieved on 2007-06-19.
- ^ pages 63-82, Weinberg, Samantha. 2006. A Fish Caught in Time: the Search for the Coelacanth. HarperCollins Publishers, New York, NY.
- ^ Amemiya CT, Alfoldi J, Lee AP et al. "The African coelacanth genome provides insight into tetrapod evolution". Nature. 496 (7445): 311–316. doi:10.1038/nature12027. PMC 3633110 . PMID 23598338.
Pranala luar
- View the West Indian Ocean coelacanth genome
- A Fish for Our Time dalam Intelligent Life, November/December 2013, by Samantha Weinberg
]