Pekalongan, Winong, Pati

desa di Kecamatan Winong, Pati


Desa Pekalongan merupakan salah satu dari 30 desa di Kecamatan Winong Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah, yang berlokasi di sebelah tenggara dari pusat Kota Kabupaten Pati dengan jarak tempuh kurang lebih 17 Km.

Pekalongan
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenPati
KecamatanWinong
Kode pos
59181
Kode Kemendagri33.18.04.2011 Edit nilai pada Wikidata
Luas198,970 Ha
Jumlah penduduk2.854 jiwa (2014)
Peta
PetaKoordinat: 6°49′12″S 111°6′21″E / 6.82000°S 111.10583°E / -6.82000; 111.10583

Sejarah

Menurut cerita yang turun-temurun, orang pertama yang membuka Desa Pekalongan adalah Ki Ageng Rante Kencono Wulung, yang biasa disebut Mbah Rante. Semua tokoh di desa ini sepakat mengenai peranan Mbah Rante tersebut sehingga ia dijuluki waliyyul qoryah (walinya desa). Karena itu, nama Mbah Rante selalu disebut oleh warga desa ini saat memanjatkan doa hajatan (selamatan). Dan, haulnya selalu diperingati setiap tahun. Salah satu kegiatan haul yang sering dilaksanakan adalah kirab budaya Jawa.[1]

 
Makam Ki Ageng Rante Kencono Wulung.

Hanya saja, para tokoh desa tidak satu suara mengenai pertanyaan, apakah Mbah Rante mempunyai keturunan. Sebagian berpendapat bahwa nenek moyang warga desa ini adalah Mbah Rante, sementara sebagian yang lain berpendapat bahwa Mbah Rante tidak mempunyai keturunan.

Bagi yang berpendapat mempunyai keturunan, diyakini Mbah Rante mempunyai 4 (empat) anak, yaitu Lambu, Sastro Leksono, Sayyidin dan Sakidin. Keempat orang inilah yang menurunkan generasi hingga sekarang. Sedangkan bagi yang berpendapat tidak mempunyai keturunan, maka ayah dari Lambu, Sastro Leksono, Sayyidin dan Sakidin bukan Mbah Rante, tetapi orang lain. Namun sampai saat ini belum ada penelitian yang menemukan siapa orang lain itu.

Masih menurut cerita yang beredar dari mulut ke mulut, bahwa dulu Mbah Rante selalu menggunakan kalung. Karena kalung itu, wilayah tempat tinggalnya dinamakan Desa Pekalongan.

Geografi

Desa Pekalongan terletak di posisi yang sangat strategis, yaitu di jantung Kecamatan Winong. Letaknya berdekatan dengan pusat Pemerintahan Kecamatan Winong, berdekatan dengan pusat bisnis di Kecamatan Winong, dan berada di titik penghubung 4 (empat) kecamatan, yaitu Kecamatan Winong, Kecamatan Gabus, Kecamatan Pucakwangi dan Kecamatan Jakenan.

Desa-desa yang berbatasan dengan Desa Pekalongan adalah sebagai berikut:

Pemerintahan

Tidak diketahui secara tepat kapan pemerintahan Desa Pekalongan mulai beroperasi. Yang diketahui, bahwa Desa Pekalongan sudah mempunyai 6 (enam) kepala desa. Secara berurutan adalah Sapawi (Abdul Wahab), Abu Thoyib, Samari, Madpur, Ahmad Fahroni dan Ukhwatur Roi. Adapun aparat Desa Pekalongan saat ini adalah sebagai berikut:

Jabatan Pejabat
Kepala Desa Ukhwatur Roi, S.Pd.I.
Sekretaris Purnomo, B.A.
Kaur Keuangan Sudiyono
Kaur Umum Japar
Kaur Pembantu Umum Moh. Jamil
Kasi Kesejahteraan Rakyat Ah. Basith
Kasi Pemerintahan Imam Muttaqin, S.H.
Kasi Pembangunan Sabari

Sementara itu, yang duduk sebagai anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah berikut ini:

No. Nama
1. Drs. Ah. Thoha
2. Abdul Kohar
3. Wahono Al Muis, S.H.
4. Jundan Humaidillah, S.Ag.
5. Gunarto, S.Pd.
6. Moh. Subhan Aly, S.H.
7. Jauhar Hilal, S.Pd.I.
8. Miftahurrohim, S.Pd.
9. Sri Hidayati, S.Pd. SD.

Sedangkan yang menjadi pemimpin di level Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) adalah:

Ketua RT / RW Nama
Ketua RW 01 Sutrimo
Ketua RT 01 RW 01 Jatmiko
Ketua RT 02 RW 01 H. Dhofir Maqoshid, S.Ag., M.Pd.I.
Ketua RT 03 RW 01 H. Soehud
Ketua RT 04 RW 01 Ali Subhan
Ketua RT 05 RW 01 Zaini Dakiman
Ketua RT 06 RW 01 Nur Muksin
Ketua RT 07 RW 01 Sufaat
Ketua RW 02 H. Ali Zuhdi
Ketua RT 01 RW 02 Rustam
Ketua RT 02 RW 02 Budi Santoso
Ketua RT 03 RW 02 H. Ali Syafa, S.H.
Ketua RT 04 RW 02 Nurul Huda
Ketua RT 05 RW 02 Asyhari Amin, S.Pd.I., M.Pd.I.
Ketua RT 06 RW 02 H. Sunardi
Ketua RT 07 RW 02 Sawiyo

Kependudukan

Pendidikan

Desa Pekalongan terkenal dengan warganya yang terpelajar. Walaupun untuk hidup sehari-hari saja warganya masih ada yang serba kekurangan, namun untuk pendidikan tidak boleh berkurang. Kalau perlu, utang pun dilakukan. Hampir sulit mencari pemuda-pemudi desa ini yang tidak melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Tidak heran bila pernah berdiri organisasi bernama Forum Komunikasi Mahasiswa dan Pelajar Pekalongan (FKMPP) tahun 1992.

Semangat belajar di desa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor:

  • Kuatnya pengaruh yang ditanamkan para pendahulu untuk selalu belajar. Secara formal, pada tahun 1930 telah berdiri lembaga pendidikan di Desa Pekalongan, yaitu Madrasah Tarbiyatul Banin yang didirikan oleh KH. Munji dan KH. Mahfudz dari Kajen. Sejak tahun 1930 itulah, banyak guru dari Kajen dikirim untuk mengajar di Desa Pekalongan.
  • Adanya lembaga pendidikan yang jumlahnya cukup banyak untuk skala desa. Ada 2 sekolah tingkat dasar, 2 sekolah tingkat menengah pertama dan 3 sekolah menengah tingkat atas. Karena itu, warga desa lain berbondong-bondong datang untuk menuntut ilmu di Desa Pekalongan, bahkan tidak sedikit di antara mereka memilih untuk “mondok” (tinggal di sekitar sekolah).

Walaupun sekolah yang ada di Desa Pekalongan kebanyakan sekolah agama, namun dalam kenyataannya para pemuda-pemudi tidak sedikit yang melanjutkan ke jenjang pendidikan umum, seperti Universitas Gajah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas Muria Kudus, Universitas Negeri Semarang, Universitas Airlangga dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Keagamaan

Selain layak dijuluki “Desa Pendidikan”, Desa Pekalongan ini juga layak menyandang predikat “Desa Agamis”. Hal itu, karena kultur yang terbentuk menunjukkan semangat keberagamaannya yang kental. Misalnya, dari pagi anak-anak berangkat ke sekolah, lalu sore hari mereka berangkat ke Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) dan malam hari berangkat ke mushola untuk belajar mengaji lagi. Tidak hanya anak-anak. Bapak-bapak biasanya mengadakan pengajian tersendiri dan membaca Al-Barjanji. Demikian pula ibu-ibu juga mengadakan pertemuan rutin bulanan.

Banyak ulama dilahirkan oleh desa ini, antara lain K. Ahmad Fadlil, KH. Masyhuri, KH. Abu Thoyib, KH. Syahri Ismail, KH. Jabir Hasan, KH. Zaini Surahman, K. Lahuri, K. Sujono dan K. Alwan Sahlan.

Kepemudaan

Para pemuda Desa Pekalongan tergolong sangat aktif berorganisasi. Sejak tahun 1985, mereka telah mengenal organisasi karang taruna yang untuk pertama kalinya dipimpin oleh Zamakhsari. Organisasi kepemudaan lainnya bernama Ikatan Remaja Masjid Darussalam (IRMADA) yang didirikan tahun 1987 dan ketua pertamanya adalah Ir. Purnomo.

Olah Raga

Olah raga yang tidak ada matinya di Desa Pekalongan adalah sepak bola. Dari generasi ke generasi selalu ditemukan pemain-pemain handal. Hampir setiap sore para pemuda desa ini bermain sepakbola. Tim sepakbola Desa Pekalongan yang bernama Putra Kencana telah berulang kali menorehkan sejarah sebagai juara turnamen di tingkat Kecamatan Winong. Di antara pemain legendarisnya adalah Halimi, Abdullah, Anshori, Sugiyono, Sugiarto, Budi Hartono dan Jundan Humaidillah.

Sarana dan Prasarana

Lembaga Pendidikan

Sebagaimana disinggung di atas, Desa Pekalongan memiliki banyak lembaga pendidikan. Yaitu sebagai berikut:

  • PAUD dan RA Tarbiyatul Banin
  • MI Tarbiyatul Banin
  • SD Negeri Pekalongan
  • MTs Negeri 1 Pati

Sekolah yang awalnya bernama MTs Negeri Winong ini berdiri tahun 1980.[2] Guru-gurunya untuk pertama kali banyak yang berasal dari luar kota. Lalu mereka menikah dengan penduduk setempat.

  • MTs Tarbiyatul Banin
  • MA Darul Ma'la
  • SMK Al-Falah
  • MA Tarbiyatul Banin

Saat ini Kepala MA Tarbiyatul Banin dijabat oleh Drs. Ahmad Adib Al Arif. Baru-baru ini, ia menerima penghargaan Satya Lencana Pendidikan yang diberikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.[3]

Selain lembaga formal di atas, di Desa Pekalongan terdapat Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) Assalam yang berdiri tahun 1991 dengan ketua pertamanya Drs. Abdul Salam.

Tempat Ibadah

Di Desa Pekalongan terdapat masjid dan mushola di tiap-tiap RT.

  • Masjid Darussalam
 
Suasana shalat Idul Fitri tahun 2015.

Masjid ini didirikan oleh KH. Munji dari Kajen tahun 1935 atau selang 5 tahun setelah berdirinya Madrasah Tarbiyatul Banin. Masjid ini tergolong masjid pertama di Kecamatan Winong. Awal-awalnya masjid ini berdiri, jamaahnya tidak hanya warga Desa Pekalongan. Lebih dari itu, juga warga desa-desa lain. Mereka datang jauh-jauh karena senang bisa shalat berjamaah di masjid.

  • Mushola

Selain masjid, di Desa Pekalongan juga terdapat mushola (bahasa Jawa: langgar) di tiap-tiap RT. Berikut ini daftar nama mushola:

Lokasi Nama Mushola
RT 01 RW 01 -
RT 02 RW 01 Baitul Muttaqin
RT 03 RW 01 -
RT 04 RW 01 -
RT 05 RW 01 -
RT 06 RW 01 -
RT 07 RW 01 -
RT 01 RW 02 Al-Amin
RT 02 RW 02 -
RT 03 RW 02 -
RT 04 RW 02 -
RT 05 RW 02 An-Nur
RT 06 RW 02 -
RT 07 RW 02 -

Perbelanjaan

Di Desa Pekalongan terdapat banyak sekali tempat-tempat perbelanjaan. Antara lain:

  1. Toko Baruna
  2. Toko Dua Dara
  3. Toko Kenzuze

Makam

Di Desa Pekalongan terdapat 2 (dua) makam, yaitu Makam Toro dan Makam Muris. Selain Mbah Rante, warga Desa Pekalongan yang dimakamkan di Makam Toro adalah H. Hasan Mujarrot, KH. Masyhuri dan K. Lahuri. Sedangkan warga Desa yang dimakamkan di Makam Turis adalah K. Umar, H. Ismail dan K. Abu Thoyib.

Fasilitas Tingkat Kecamatan

Selain fasilitas umum yang disebutkan di atas, di Desa Pekalongan juga memiliki fasilitas umum tingkat kecamatan:

  1. Kantor Urusan Agama Kecamatan Winong
  2. Kantor Majelis Wilayah Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama Winong
  3. Kantor Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kecamatan Winong
  4. Pasar Winong

Referensi

  1. ^ pasfmpati.com, 18 September 2015, diakses pada 28 Januari 2017
  2. ^ jateng.kemenag.go.id, 15 Maret 2016, diakses pada 28 Januari 2017
  3. ^ murianews.com, 1 Desember 2016, diakses pada 28 Januari 2017