Basuketi
Prabu Basuketi (ejaan Jawa: Basukethi) adalah nama salah satu tokoh pewayangan yang tidak terdapat dalam Mahabharata, karena merupakan ciptaan pujangga Jawa asli. Tokoh ini dikenal sebagai ayah dari Durgandini dan Matsyapati.
Identifikasi dengan Basuparicara
Dalam naskah Mahabharata yang berbahasa Sanskerta, tokoh Durgandini, yaitu nenek buyut para Pandawa dikenal dengan sebutan Satyawati. Wanita ini merupakan putri seorang raja bernama Basu. Dalam naskah Mahabharata yang telah disadur ke dalam bahasa Jawa Kuno, tokoh Basu disebut juga dengan nama Basuparicara. Basuparicara ini terkenal sakti dan mampu berbicara dengan segala jenis makhluk lain.
Dikisahkan Basuparicara suatu hari menyaksikan sungai Suktimati diperkosa oleh Gunung Kolagiri. Ia pun menendang Kolagiri sampai terpental jauh. Namun, Suktimati telah terlanjur mengandung anak Kolagiri. Sungai tersebut akhirnya melahirkan putri bernama Girika.
Girika kemudian menjadi istri Basuparicara. Pada suatu hari Basuparicara pergi bertamasya sendirian. Tiba-tiba ia teringat kecantikan Girika dan seketika itu juga mengeluarkan air mani. Air mani tersebut dibungkusnya dengan daun dan diserahkan kepada seekor burung bernama Syena untuk dibawa pulang.
Dalam perjalanan menuju istana, Syena diserang burung lain yang mengira ia membawa bungkusan makanan. Air mani itu pun jatuh ke dalam laut tepat di bawah mereka. Seekor ikan betina langsung melahapnya dan seketika itu juga langsung hamil.
Ikan betina tersebut kemudian ditangkap seorang nelayan bernama Dasabala. Dasabala tidak membunuhnya tetapi memeliharanya sampai melahirkan, namun bukan bayi ikan tetapi sepasang bayi manusia. Setelah melahirkan, ikan betina kembali ke wujud asal yaitu seorang bidadari yang telah mengalami kutukan, bernama Adrika.
Adrika kembali ke kahyangan meninggalkan anak-anaknya. Yang perempuan diberi nama Durgandini, sedangkan yang laki-laki diberi nama Matsyapati.
Versi pewayangan Jawa
Dalam pewayangan, Arya Basuketi adalah putera Prabu Basupati alias Basuparicara, raja negara Wirata dengan permaisuri Dewi Anganti alias Dewi Girika, putri Bagawan Kolagiri dengan Dewi Suktimati. Ia mempunyai dua orang saudara kandung bernama Arya Basunanda dan Arya Basumurti.
Arya Basukesti menjadi raja negara Wirata menggantikan kedudukan kakaknya, Prabu Basunanda yang mengundurkan diri hidup sebagai brahmana. Atas kemurahan hatinya, Prabu Basukesti mengizinkan dan menyerahkan puncak gunung Retawu di kawasan gunung Saptaarga kepada Manumayasa, putra Batara Parikenan dengan Dewi Brahmananeki, membagun sebuah padepokan atau pertapaan.
Prabu Basukesti pernah meninggalkan tahta kerajaan Wirata dan pergi bertapa sebagai ruwat atas nasibnya, karena setiap memiliki permaisuri selalu saja meninggal. Untuk sementara tahta kerajaan diserahkan kepada Arya Basumurti. Beberapa tahun kemudian, Prabu Basukesti kembali ke istana dan mendapat permaisuri bernama Dewi Adrika alias Dewi Pancawati. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh tiga orang putra masing-masing bernama Dewi Basuwati, Dewi Basutari dan Arya Basukiswara.
Prabu Basukesti meninggal dalam usia lanjut. Sebagai penggantinya, Arya Basukiswara diangkat menjadi raja negara Wirata.