Pembicaraan:Suiko

Revisi sejak 20 Februari 2017 01.27 oleh Hafidh Wahyu P (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '==Gelar Kaisarina== Saya menggunakan gelar kaisarina, bukannya "Kaisar Wanita" atau "Maharani" karena<br> 1. Penggunaan jenis kelamin setelah gelar tidak lazim diguna...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Komentar terbaru: 7 tahun yang lalu oleh Hafidh Wahyu P pada topik Gelar Kaisarina

Gelar Kaisarina

Saya menggunakan gelar kaisarina, bukannya "Kaisar Wanita" atau "Maharani" karena
1. Penggunaan jenis kelamin setelah gelar tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia. Bila kaisarnya pria, tentu kita tidak menulis gelarnya dengan "kaisar pria" dan ratu diganti "raja wanita." Kecuali bila memang tidak ada padanan lain, misal duchess diterjemahkan menjadi adipati wanita atau adipati putri.
2. Gelar kaisarina memang mirip dengan tsarina dari bahasa Slavia, karena memang gelar ini diturunkan dari kata yang sama, yakni Caesar. Kesamaan gelar di beberapa daerah karena proses adopsi gelar dari satu daerah ke daerah lain adalah sesuatu hal yang wajar. Sebagaimana gelar "raja" juga diambil dari gelar pemimpin di India.
3. Bila penguasa laki-lakinya disebut kaisar, penggunaan maharani untuk penguasa wanita menjadi lebih terkesan sebagai "permaisuri kaisar" daripada "kaisar wanita."
4. Terjadi ketimpangan dan ketidakserasian gelar. Bila prianya menggunakan gelar "kaisar", maka wanitanya baiknya menggunakan "kaisarina". Bila prianya menggunakan "maharaja", baru wanitanya serasi bila menggunakan gelar "maharani."
5. Gelar kaisarina sudah digunakan di buku terjemahan berjudul "ratu, permaisuri, selir" dan ebberapa literasi lain. Penggunaannya yang kurang akrab karena memang jarang sekali seorang wanita menjadi kaisar dalam sejarah. Namun di laman Kaisarina sudah dijelaskan mengenai gelar ini untuk menghindari kebingungan pembaca. Hafidh Wahyu P (bicara) 20 Februari 2017 01.27 (UTC)Balas

Kembali ke halaman "Suiko".