Ahmad Kandang

tokoh Gerakan Aceh Merdeka
Revisi sejak 10 Maret 2017 03.51 oleh Ibnu fadhillah humairah (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{Infobox military person |name = Ahmad Kandang |image = |nickname = |birth_date = 1964 |birth_place = {{negara|Indonesia}} Meunasah Blang...')

Muhammad Rasyid, lebih dikenal dengan nama Ahmad Kandang (lahir di Meunasah Blang Kandang, Muara Dua, Lhokseumawe, Aceh, 1964 - meninggal di Paya Bakong, Aceh Utara, Aceh, 27 Januari 2001) adalah tokoh pejuang GAM. Dia pernah menjabat sebagai Wakil Panglima GAM wilayah Pase.

Ahmad Kandang
Lahir1964
Indonesia Meunasah Blang Kandang, Muara Dua, Lhokseumawe, Aceh
Meninggal27 Januari 2001
Indonesia Paya Bakong, Aceh Utara, Aceh
Pengabdian Gerakan Aceh Merdeka
Lama dinas1989 - 2001
Perang/pertempuranPemberontakan di Aceh

Biografi

Nama aslinya Muhammad Rasyid. Tapi dia lebih dikenal dengan nama Ahmad Kandang. Pasalnya, ia lahir dan tinggal di Desa Meunasah Blang Kandang, Muara Dua, Aceh Utara.

Akhir Desember 1998, Ahmad Kandang menjadi pentolan GAM paling dicari aparat keamanan. Ia dituding sebagai dalang pembunuhan sejumlah anggota ABRI. Hal itu pula yang mendorong ABRI (kini TNI) melancarkan Operasi Wibawa ’99 yang menjadikan Aceh sebagai medan perang. Sebagai operator lapangan, tak mudah bagi TNI menangkap Ahmad Kandang. Ia dilindungi oleh pasukan dan masyarakat Kandang.

Ahmad Kandang dikenal sebagai Robinhood-nya Aceh. Pelaku utama pembobolan Bank Central Asia (BCA) Lhokseumawe pada Februari 1997 ini sangat dicintai masyarakat. Ia sering membagi rezeki kepada penduduk di kampungnya. Ini pula yang membuatnya selalu dijaga oleh masyarakat.

Pada pertengahan November 1998, misalnya, saat sepasukan Brimob telah mengepung rumah Ahmad Kandang, mereka tak berani menembak panglima GAM Pasee tersebut karena di dalam rumah tempat persembunyiaan Ahmad ada ibu dan bayi. Warga bahkan membentuk pagar betis untuk melindunginya. Kesempatan itu digunakan oleh pejuang ini untuk kabur dan melarikan diri.

Ahmad Kandang dikenal ahli perakit bom. Banyak bom yang dipasang untuk menghadang laju operasi TNI dibuat olehnya. Tapi, nasibnya tragis, karena dia meninggal karena bom yang dirakitnya meledak. Padahal, bom itu dia siapkan untuk menghadang iring-iringan TNI.[1]

Referensi