KRI Irian (201)

kapal milik Angkatan Laut Republik Indonesia
Revisi sejak 18 Februari 2008 06.29 oleh Aday (bicara | kontrib) (Kru Kapal: edit)
KRI Irian
Karier (ID) Indonesia
Mulai dibuat 19 Oktober 1949[1]
Diluncurkan 17 September 1950[1]
Harga Unit -
Dibeli1962 dari Uni Soviet
Ditugaskan24 Januari 1963
Nama sebelumnyadari Ordzhonikidze (Орджоникидзе) (Object 055)
Status 1972, besi tua di Taiwan
Karakteristik umum
Berat benaman 13.600 T standar, 16.640 T beban penuh
Panjang 210 m keseluruhan, 205  m garis air
Lebar 22 m
Draft6,9 m
Tenaga penggerak2 shaft geared steam turbine, 6 boiler, 110.000 HP
Kecepatan 32,5 knot
Awak kapal 1.250 orang
Persenjataan12 x 15.2 cm 57 cal B-38, 4 triple Mk5-bis turrets
12 x 10.0 cm 56 cal Model 1934 6 twin SM-5-1 mounts
32 x 3.7 cm
10 x 533 cm tabung torpedo
PerisaiBelt = 100 mm
Conning tower = 150 mm
Dek = 50 mm
Turet = 75 mm

KRI Irian adalah Kapal penjelajah kelas Sverdlov dengan kode penamaan soviet Project 68-bis. Kapal jenis ini adalah Kapal Penjelajah konvensional terakhir yang dibuat untuk AL Soviet, 13 kapal diselesaikan sebelum Nikita Khrushchev menghentikan program ini karena kapal jenis ini dianggap kuno dengan munculnya rudal (peluru kendali). Kapal ini adalah versi pengembangan dari Penjelajah Kelas Chapayev.

Desain

Kapal jenis ini adalah pengembangan dan versi yang lebih besar dari Kapal penjelajah kelas Chapayev. Kemiripan KRI Irian dengan kapal kelas Chapayev adalah pada senjata utama , permesinan, dan perlidungan bagian samping. Sedangkan perbedaannya terletak pada kapasitas bahan bakar yang lebih banyak untuk jarak tempuh yang lebih jauh , lambung yang dilas keseluruhnya, proteksi bawah air yang lebih bagus, artileri anti pesawat yang lebih baik dan radar yang lebih baik pula.

Lapisan baja Pelindung ,dalam satuan mm:

  • sabuk lapis baja utama 100
  • akhiran 32
  • dek 50
  • rumah dek 130
  • tempurung meriam utama 175

Jumlah awak kapal

Kapal ini memuat 1,270 awak kapal, termasuk 60 orang perwira, 75 perwira pengawas, 154 perwira pertama.

Senjata dan tenaga penggerak

Senjata utama dari KRI Irian adalah buah 4 turret , dimana setiap turret berisi 3 meriam berukuran 6 inchi. Sehingga total ada 12 meriam kaliber 6 inchi di geladaknya. Sebagai tenaga penggerak , KRI Irian mengandalkan mesin turbin uap yang didukung oleh 6 buah Pendidih dan disalurkan melelui 2 buah shaft. Tenaga yang tersedia adalah sekitar 110.000 hp sampai 122.000 hp, tenaga ini mampu membuat kapal 13.600 ton ini mencapai kecepatan maksimum 32.5 knot. Sedangkan jarak maksimum yang bisa ditempuh adalah 9000 mil laut dengan kecepatan konstan 18 knot.

Senjata artileri KRI Irian adalah :

  • 4x3-152mm (seluruh amunisi 1,980 peluru),
  • 6x2-100mm (3,600 peluru),
  • 16x2-37mm (44,250 peluru),
  • 2x5-533mm peluncur terpedo, sampai 68 ranjau

Riwayat KRI Irian

KRI Irian sebelumnya adalah kapal Ordzhonikidze (Орджоникидзе) (Object 055) dari armada Baltik yang dibeli oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1962. Saat itu KRI Irian adalah kapal terbesar dibelahan bumi selatan. Kapal ini digunakan secara aktif untuk persiapan merebut Irian Barat.

Persiapan

Pada 11 Januari 1961 Pemerintah Soviet mulai mengeluarkan instruksi kepada Central Design Bureau #17 untuk memodifikasi Ordzhonikidze supaya ideal beroperasi di daerah tropis. Modernisasi skala besar dilakukan untuk membuat kapal ini bisa beroperasi pada suhu +40°C, kelembapan 95%, dan temperatur air +30°C.

Tetapi perwakilan dari Angkatan Laut Indonesia yang kemudian mengunjungi kota Baltiisk menyatakan bahwa mereka tidak sanggup untuk menanggung biaya proyek sebesar itu. Akhirnya modernisasi dialihkan untuk instalasi genset diesel yang lebih kuat guna menggerakkan ventilator tambahan.

Pada 14 Februari 1961 Kapal ini tiba di Sevastopol dan pada 5 April 1962 kapal ini memulai ujicoba lautnya. Pada saat itu Kru Indonesia untuk kapal ini sudah terbentuk dan ada di atas kapal. Mekanik kapal ini Bapak Yathizan, di kemudian hari menjadi Kepala Departemen Teknik ALRI. Begitu juga banyak dari pelaut yang lain, di kemudian hari banyak yang mampu menduduki posisi penting.

Operasional

Datang ke Surabaya pada 5 Agustus 1962 dan dinyatakan keluar dari kedinasan AL Soviet pada 24 Januari 1963. Tidak pernah Uni Soviet menjual kapal dengan bobot seberat ini kepada negara lain kecuali kepada Indonesia. ALRI yang belum pernah mempunyai armada sendiri sebelumnya, belajar untuk mengoperasikan kapal-kapal canggih dan mahal ini dengan cara trial and error / coba-coba. Pada November 1962 tercatat sebuah mesin diesel kapal selam rusak karena benturan hirolis saat naik ke permukaan, sebuah destroyer rusak dan 3 dari 6 boiler KRI Irian rusak. Suhu yang panas dan kelembapan tinggi berefek negatif terhadap armada ALRI, akibatnya banyak peralatan yang tidak bisa dioperasikan secara optimal. Di lain pihak kehadiran kapal ini membuat AL Belanda secara drastis mengurangi kehadirannya di perairan Irian Barat.

Perbaikan

Pada 1964 Kapal Penjelajah ini sudah benar-benar kehilangan efisiensi operasionalnya dan diputuskan untuk mengirim KRI Irian ke Vladivostok untuk perbaikan. Pada Maret 1964 KRI Irian sampai di Pabrik Dalzavod. Para pelaut dan teknisi Soviet terkejut melihat kondisi kapal dan banyaknya perbaikan kecil yang seharusnya sudah dilakukan oleh para awak kapal ternyata tidak dilakukan. Mereka juga tertarik dengan sedikit modifikasi yang dilakukan ALRI yaitu mengubah ruang pakaian menjadi ruang ibadah (sesuatu yang tidak mungkin terjadi di negara komunis).

Penugasan Kembali

Setelah perbaikan selesai pada Agustus 1964 kapal menuju Surabaya dengan dikawal Destroyer AL Soviet. Setahun kemudian (1965) terjadi pergantian pemerintahan. Kekuasaan pemerintah praktis berada di tangan Soeharto. Perhatian Soeharto terhadap ALRI sangat berbeda dibandingkan Sukarno. Kapal ini dibiarkan terbengkelai di Surabaya, bahkan terkadang digunakan sebagai penjara bagi lawan politik Soeharto.[2]

Pemensiunan

Terdapat beberapa versi tentang riwayat KRI Irian setelah peristiwa G30S.

  • Versi pertama menyebutkan bahwa pada tahun 1970, KRI Irian sudah sedemikian parah terbengkalai hingga mulai terisi air. Tidak ada orang yang peduli untuk menyelamatkan Kapal Penjelajah ini. Sehingga pada masa Laksamana Sudomo menjabat sebagai KSAL maka KRI Irian dibesituakan (scrap) di Taiwan pada tahun 1972 dengan alasan kekurangan komponen suku cadang kronis.[3]
  • Versi kedua, menurut Hendro Subroto, kapal perang yang dibuat hanya empat buah ini di jual ke Jepang setelah persenjataannya dipreteli. "Padahal di Tanjung Priok masih terdapat dua gudang suku cadang. Tapi karena perawatan sebelumnya di tangani orang Rusia, selepas Gestapu, kita tidak punya teknisi lagi," menurut Hendro.[4]

Kru Kapal

Perwira yang pernah bertugas di atas KRI Irian adalah:

  1. Mantan Panglima TNI dan Menkopolkam di Kabinet Indonesia Bersatu, Laksamana (Purn.) Widodo AS yang saat itu menjabat sebagai Perwira Senjata pada tahun 1968.[5]
  2. dr. Tarmizi Taher, mantan Menteri Agama di Kabinet Pembangunan VI, sebagai Perwira Kesehatan di KRI Irian.[6]
  3. dr. Kartono Mohamad, kakak kandung dari Goenawan Mohamad, pendiri Majalah Tempo. Ia pernah menjadi dokter di KRI Irian semasa bertugas di TNI-AL (1964-1975).[7]

Referensi

Sumber

  1. ^ a b (Inggris)RUS Ordzhonikidze
  2. ^ (Inggris)Alexander Pavlov. Cruiser for Indonesia, December 1998
  3. ^ (Inggris)Sejarah, Pengembangan dan Penggunaan Penjelajah Kelas Sverdlov
  4. ^ (Indonesia)Dimana Kau Irian? Angkasa Online, 6 Maret 1999
  5. ^ (Indonesia)Kabinet Indonesia Bersatu, 2005-2009
  6. ^ (Indonesia)Tarmizi Taher
  7. ^ PDAT Tempo, Kartono Mohamad

Sumber lainnya

  • Conway's All the World's Fighting Ships 1947-1995