Transjakarta

layanan bus raya terpadu di Indonesia

TransJakarta atau umum disebut Busway adalah sebuah sistem transportasi bus cepat di Jakarta, Indonesia. Sistem ini dimodelkan berdasarkan sistem Transmilenio yang sukses di Bogota, Kolombia.

Berkas:Logotije.jpg
Logo TransJakarta

Sejarah

Koridor 1 (2004)

 
Jalur TransJakarta (kanan) merupakan jalur khusus yang tidak boleh dilewati kendaraan lainnya.

Bus TransJakarta (Tije) memulai operasinya pada 15 Januari 2004 dengan tujuan memberikan jasa angkutan yang lebih cepat, nyaman, namun terjangkau bagi warga Jakarta. Untuk mencapai hal tersebut, bus Tije diberikan lajur khusus di jalan-jalan yang menjadi bagian dari rutenya dan lajur tersebut tidak boleh dilewati kendaraan lainnya (termasuk bus umum selain TransJakarta). Agar terjangkau oleh masyarakat, maka harga tiket disubsidi oleh pemerintah daerah.

Pada saat awal beroperasi, TransJakarta mengalami banyak masalah, salah satunya adalah ketika atap salah satu busnya menghantam terowongan rel kereta api. Selain itu, banyak dari bus-bus tersebut yang mengalami kerusakan, baik pintu, tombol pemberitahuan lokasi halte, hingga lampu yang lepas.

Selama dua minggu pertama, dari 15 Januari 2004 hingga 30 Januari 2004, bus Tije memberikan pelayanan secara gratis. Kesempatan itu digunakan untuk sosialisasi, di mana warga Jakarta untuk pertama kalinya mengenal sistem transportasi yang baru. Lalu, mulai 1 Februari 2005, bus Tije mulai beroperasi secara komersil.

 
Beberapa bus TransJakarta di Jalan Sudirman.

Sejak Hari Kartini pada 21 April 2005, TransJakarta memiliki supir perempuan sebagai wujud emansipasi wanita. Pengelola menargetkan bahwa nanti jumlah pengemudi wanita mencapai 30% dari keseluruhan jumlah pengemudi. Sampai dengan bulan Mei 2006, sudah ada lebih dari 50 orang pengemudi wanita.

Koridor 2 dan 3 (2006)

Tepat 2 tahun setelah pertama kali dioperasikan, pada 15 Januari 2006 TransJakarta meluncurkan jalur koridor 2 (Pulo Gadung - Harmoni) dan 3 (Kalideres - Pasar Baru).

Koridor 4, 5, 6, dan 7 (2007)

Pada tahun 2006, dimulai pembangunan 4 koridor baru Busway, yaitu:

  • Pulo Gadung - Dukuh Atas (Koridor 4)
  • Kampung Melayu - Ancol (Koridor 5)
  • Ragunan - Latuharhari (Koridor 6)
  • Kampung Rambutan - Kampung Melayu (Koridor 7)

Sama seperti pada pembangunan koridor-koridor sebelumnya, proyek pembangunan 4 koridor ini juga mengundang reaksi negatif beberapa pihak terutama karena kemacetan parah yang disebabkannya.

Koridor 4-7 ini diresmikan penggunaannya pada Sabtu, 27 Januari 2007, oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso di shelter Taman Impian Jaya Ancol. Setelah peresmiannya, keempat koridor ini baru efektif beroperasi pada tanggal 28 Januari 2007. Tidak seperti pada waktu peresmian koridor 1, tidak ada tiket gratis untuk masyarakat untuk sosialisasi di koridor-koridor ini.

Koridor 8, 9, dan 10 (2008)

 
Rencana jalur TransJakarta

Pembangunan koridor 8-10 akan dimulai pada bulan Agustus 2007.[1] Ketiga koridor ini direncanakan akan dapat beroperasi bulan Maret 2008.

Ketiga koridor ini melayani rute:

  • Lebak Bulus - Harmoni (Koridor 8), dengan panjang 26 km.

Rute melalui Jalan Ciputat Raya, Metro Pondok Indah, Teuku Nyak Arif, Letjen Soepomo, Panjang, Daan Mogot, Raya Tomang, Gajah Mada/Hayam Wuruk.

  • Pinang Ranti - Pluit (Koridor 9), dengan panjang 29,9 km.

Rute melalui Jalan Pondok Gede Raya, Raya Bogor, Mayjen Sutoyo, MT Haryono, Gatot Subroto, S Parman, Latumeten, Jembatan Dua, Jembatan Tiga, Pluit.

  • Cililitan - Tanjung Priok (Koridor 10), dengan panjang 19 km.

Rute melalui Jalan Mayjen Sutoyo, DI Panjaitan, Jend Ahmad Yani, Yos Sudarso, Enggano.

Ujicoba Rute Baru

Dalam usahanya meningkatkan layanan TransJakarta, Badan Layanan Umum (BLU) TransJakarta sejak tanggal 1 November 2007 mulai melaksanakan uji coba beberapa rute baru.

  • Rute Blok M - Senen, pada bus disebut sebagai Koridor 1A. Jalur yang dilalui dari Blok M melewati Jl Sisingamangaraja, Jl Sudirman, Jl MH Thamrin, Monas lalu memutari Halte Monas menuju Halte Balaikota, Gambir II, Kwitang, dan membelok ke halte Atrium Senen. Sedangkan dari arah Atrium Senen, bus akan melewati halte RSPAD Gatot Soebroto, Deplu, Gambir I, Istiqlal, Juanda, Pecenongan, Monas, ke BI, Jl Thamrin, Jl. Sudirman, Jl Sisingamangaraja dan masuk terminal Blok M.[2]
  • Rute Rawa Buaya - ASMI. Melalui halte ASMI, Pedongkelan, Cempaka Timur, RS Islam, Cempaka Tengah, Pasar Cempaka Putih, Rawa Selatan, Galur, Senen, Atrium Senen, RSPAD, Deplu, Gambir 1, Istiqlal, Juanda, Pecenongan, Jelambar, Indosiar, Taman Kota, Jembatan Gantung, Dispenda/Dipenda, Jembatan Baru, Rawa Buaya. Rute Blok M - Senen mengambil 10 unit bus dari Koridor 1. Rute ini menggunakan 15 armada dari Koridor 3.[3]
  • Rute Pulo Gadung - Kaliders, menggabungkan koridor 2 dan 3.
  • Rute PGC - Atrium (Senen), merupakan rute khusus yang dibuka hanya pada hari Senin - Jumat, beberapa sumber menyatakan bahwa hal ini disebabkan rendahnya mobilitas pengguna TransJakarta ke Ancol selama hari kerja.
  • Rute PGC - Ancol, merupakan rute khusus yang dibuka hanya pada hari Sabtu dan Minggu, sebagai pengganti rute PGC - Atrium. Beberapa sumber menyatakan bahwa hal ini disebabkan tingginya kebutuhan penumpang TransJakarta ke obyek Wisata di Ancol.

Bus

Bus yang digunakan sebagai bus TransJakarta adalah bus Mercedes-Benz dan Hino. Warna bus adalah merah dan kuning disertai dengan gambar elang bondol dan salak di bagian eksterior. Bahan bakar yang digunakan adalah bio solar. Untuk Koridor 2 (warna bus biru dan putih) dan 3 (warna bus kuning dan merah), bus-bus yang digunakan adalah bus Daewoo berbahan bakar gas yang didatangkan dari Korea Selatan.

Bus-bus ini dibangun dengan menggunakan bahan-bahan pilihan. Untuk interior langit-langit bus, menggunakan bahan yang tahan api sehingga jika terjadi percikan api tidak akan menjalar. Untuk kerangkanya, menggunakan Galvanil, suatu jenis logam campuran seng dan besi yang kokoh dan tahan karat.

Bus TransJakarta memiliki pintu yang terletak lebih tinggi dibanding bus lain sehingga hanya dapat dinaiki dari halte khusus busway (juga dikenal dengan sebutan shelter). Pintu tersebut terletak di bagian tengah kanan dan kiri.

Pintu bus menggunakan sistem lipat otomatis yang dapat dikendalikan dari konsol yang ada di panel pengemudi. Untuk bus koridor 2 dan 3, mekanisme pembukaan pintu telah diubah menjadi sistem geser untuk lebih mengakomodasi padatnya penumpang pada jam-jam tertentu, di dekat kursi-kursi penumpang yang bagian belakangnya merupakan jalur pergeseran pintu, dipasang pengaman yang terbuat dari gelas akrilik untuk menghindari terbenturnya bagian tubuh penumpang oleh pintu yang bergeser.

Setiap bus dilengkapi dengan papan pengumuman elektronik dan pengeras suara yang memberitahukan halte yang akan segera dilalui kepada para penumpang dalam 2 bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Setiap bus juga dilengkapi dengan sarana komunikasi radio panggil yang memungkinkan pengemudi untuk memberikan dan mendapatkan informasi terkini mengenai kemacetan, kecelakaan, barang penumpang yang tertinggal, dan lain-lain.

Untuk keselamatan penumpang disediakan 8 buah palu pemecah kaca yang terpasang di beberapa bingkai jendela dan 3 buah pintu darurat yang bisa dibuka secara manual untuk keperluan evakuasi cepat dalam keadaan darurat, serta dua tabung pemadam api di depan dan di belakang.

Untuk menjaga agar udara tetap segar, terutama pada jam-jam sibuk, mulai bulan Januari 2005 secara bertahap di setiap bus telah di pasang alat pengharum ruangan otomatis, yang secara berkala akan melakukan penyemportan parfum.

Halte

 
Halte Gambir II.

Halte-halte TransJakarta berbeda dari halte-halte bus biasa. Selain letaknya yang berada di tengah jalan, bahkan di halte di depan gedung pertokoan Sarinah dan Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa, diberi fasilitas lift.

Kontruksi halte didominasi oleh bahan alumunium, baja, dan kaca. Ventilasi udara diberikan dengan menyediakan kisi-kisi alumunium pada sisi halte. Lantai halte dibuat dari pelat baja. Pintu halte menggunakan sistem geser otomatis yang akan lansung terbuka pada saat bus telah merapat di halte. Jembatan penyebrangan yang menjadi penghubung halte dibuat landai (dengan perkecualian beberapa halte, seperti halte Bunderan HI) agar lebih ramah terhadap orang cacat. Lantai jembatan menggunakan bahan yang sama dengan lantai halte (dengan pengecualian pada beberapa jembatan penyeberangan seperti halte Jelambar dan Bendungan Hilir yang masih menggunakan konstruksi beton)

Waktu beroperasi halte-halte ini adalah 05:00–22:00. Apabila setelah pukul 22:00 masih ada penumpang di dalam halte yang belum terangkut karena kendala teknis operasional, maka jadwal operasi akan diperpanjang secukupnya untuk mengakomodasi kepentingan para penumpang yang sudah terlanjur membeli tiket tersebut.

Untuk dapat memasuki halte, setelah membeli tiket (Single Trip), calon penumpang harus memasukkan tiket ke mesin pemeriksa tiket (atau biasa disebut barrier), setelah itu secara otomatis pintu palang tiga di barrier dapat berputar dan dilewati calon penumpang.

Mulai 1 November 2004, pada koridor 1 telah disediakan sistem tiket prabayar (Multi Trip). Seorang pengguna dapat membeli sebuah tiket khusus dengan nilai saldo awal tertentu (@Rp. 3500, pembelian awal dan selanjutnya minimal 10 unit nominal perjalanan) di halte Blok M. Alih-alih dimasukkan ke dalam lubang yang tersedia pada barrier, tiket tersebut ditempelkan ke sensor pada bagian atas dari mesin, mesin kemudian akan mengurangi jumlah saldo, menampilkan saldo yang tersisa, kemudian memperbolehkan pengguna untuk masuk ke dalam halte. Pengisian ulang saldo dapat dilakukan di seluruh halte yang terdapat di koridor 1.

Keuntungan dari penggunaan tiket ini ialah pengguna tidak perlu mengantri di loket setiap kali ingin menggunakan TransJakarta, sementara kekurangannya ialah tiket jenis ini tak mengenal sistem harga ekonomis pagi hari seperti tiket Single Trip.

Di beberapa halte tersedia buletin harian gratis 'Trans Kota' yang diperuntukkan bagi para penumpang. Isinya ialah berita umum, berita olahraga, berita hiburan, berita kriminalitas, artikel kesehatan, beragam tip dan trik, informasi barang konsumtif terkini, berita seputar operasional TransJakarta, dan lain-lain.

Untuk menjaring penumpang di berbagai tempat, disediakan beberapa bus feeder atau pengumpan. Bus ini menghubungkan berbagai daerah dengan salah satu halte TransJakarta seperti di dekat Ratu Plaza (halte Bundaran Senayan) walaupun tetap menggunakan halte bus biasa. Beberapa contoh bus feeder ini antara lain adalah bus yang melayani daerah Bintaro dan BSD.

Di Jalan Gadjah Mada, Jakarta Pusat, dibangun sebuah halte khusus dengan ukuran jauh lebih besar dari halte-halte yang lain. Halte tersebut diberi nama Harmoni Central Busway. Halte yang dibangun di atas Kali Ciliwung adalah titik transfer antarkoridor 1, 2, dan 3. Halte berdaya tampung 500 orang ini memiliki 6 pintu. Meskipun banyak pohon yang terpaksa ditebang dalam pembangunan jalur TransJakarta, sebuah pohon beringin tua di halte ini tidak ditebang saat pembangunan karena dianggap memiliki nilai sejarah yang tinggi. Namun pada bulan Oktober 2006, pohon ini dirusak oleh sekelompok orang dari Pemuda Persatuan Islam dengan alasan ingin membuktikan bahwa pohon tersebut tidak angker dan keramat seperti yang dipercayai oleh sebagian orang.[4]

Penumpang

Berdasarkan situs resmi TransJakarta[5], dari 1 Februari 2004 hingga akhir Maret 2005, TransJakarta dilaporkan telah mengangkut sebanyak 20.508.898 penumpang.

Ada program pendidikan khusus bagi anak-anak sekolah yang dinamakan "TransJakarta ke sekolah" (Bahasa Inggris: "TransJakarta goes to school") dan penyediaan bus khusus bagi rombongan untuk anak sekolah (TK, SD, SDLB). Mereka mendapatkan bus khusus yang tidak bergabung dengan penumpang umum. Targetnya, para siswa ini diajari untuk tertib, belajar antre, dan menyukai angkutan umum.

Tarif

Tarif tiket TransJakarta adalah Rp. 3.500 (Desember 2006) per perjalanan. Penumpang yang pindah jalur dan/atau transit antar koridor tidak perlu membayar tarif tambahan asalkan tidak keluar dari halte. Bagi penumpang yang membeli tiket antara jam 5-7 pagi, mereka dapat memperoleh tiket dengan harga yang lebih ekonomis yaitu Rp 2.000. Mulai 2006, kartu chip JakCard, dilancarkan oleh PT Bank DKI, boleh digunakan untuk membayar tarif.

Awal tahun 2007 direncanakan akan terjadi kenaikan tarif pada saat dioperasikannya koridor-koridor baru (4-7). DPRD Jakarta mengusulkan kenaikan dari Rp3.500 menjadi Rp5.000, sementara Organda mengusulkan menjadi Rp7.000. Kenaikan tarif ini akan diberlakukan dengan alasan antara lain:

  • Jangkauan rute akan menjadi semakin luas
  • Tarif saat ini hanya meliputi aspek biaya perawatan dan operasional saja
  • Seiring dengan bertambahnya jumlah penumpang, jumlah subsidi yang dibutuhkan menjadi semakin besar
  • Tarif saat ini dinilai mematikan angkutan umum yang ada (yang sampai saat ini masih dibutuhkan untuk menyokong operasional TransJakarta)
  • Penumpang yang melakukan transit antar koridor jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya oleh penyelenggara sehingga menjadi beban (finansial)

Rencana kenaikan tarif ini mengundang mengundang reaksi negatif dari beberapa pihak yang merasa haknya untuk mendapatkan angkutan yang murah dan nyaman dikurangi, pelayanan yang diberikan belum memuaskan, menambah beratnya biaya hidup keseluruhan, serta ada juga yang keberatan karena angkutan alternatif yang ada telah ditiadakan rutenya pada saat beroperasinya TransJakarta sehingga mereka tidak memiliki pilihan lain.

Sebagai opini khalayak umum, TransJakarta belum dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat dan seringkali merugikan, sebab dari sisi pelayanan bukan pelayanan prima yang diberikan tapi pelayanan yang semena-mena. Penumpang dibiarkan berdesak-desakan dan harus antri, bahkan terkadang di bentak, kemudian tidak menerapkan Visitor Management Techniques sehingga susunan antrian penumpang menjadi amburadul.

Namun, ada juga beberapa pihak yang mendukung dengan harapan dengan naiknya tarif jumlah penumpang akan berkurang dan armada bus dapat ditambah sehingga kenyamanan dan keamanan dapat ditingkatkan; Beberapa pengemudi angkutan umum juga berharap bahwa dengan kenaikan tarif ini, sebagian bekas pelanggan mereka akan kembali beralih menggunakan jasa mereka.

Namun tarif baru yang sedianya naik pada 27 Januari 2007 ini ditunda untuk menunggu kajian Dinas Perhubungan Pemprov DKI Jakarta bersama-sama BPK dan YLKI.

Jalur

 
Jalur TransJakarta, Februari 2007

Jalur pertama yang dibuka adalah Koridor 1 sepanjang 12,9 km yang melayani rute Blok M-Kota. Dua tahun kemudian, Koridor 2 (14,3 km) dan 3 (18,7 km) mulai dioperasikan. Awalnya untuk transfer jalur penumpang harus melakukannya di tiga halte yang telah ditetapkan, yaitu Sawah Besar, Monas, dan Pecenongan, tetapi sejak September 2006, penumpang telah dapat menggunakan Harmoni Central Busway sebagai satu-satunya titik transfer.

Koridor 1

Koridor 1 untuk bus TransJakarta beroperasi dengan jurusan Terminal Blok M sampai Halte Stasiun Kota. Jalan-jalan yang dilalui koridor I adalah sepanjang Jalan Sisingamangaraja, Sudirman, MH Thamrin, Medan Merdeka Barat, dan Gajah Mada/Hayam Wuruk.

Halte-halte yang dilalui bus TransJakarta koridor I adalah:

Koridor 2

Koridor 2 untuk bus TransJakarta beroperasi dengan jurusan Terminal Pulo Gadung (Jakarta Timur) sampai Halte Harmoni Central Busway (Jakarta Pusat). Jalan-jalan yang dilalui koridor 2 adalah sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan, Suprapto, Senen Raya, Pejambon, Medan Merdeka Timur, Veteran, dan berputar di Halte Harmoni Central Busway. Untuk arah sebaliknya melewati Jalan Medan Merdeka Barat, Medan Merdeka Selatan, Kwitang, Suprapto, dan seterusnya hingga kembali ke Terminal Pulo Gadung.

Halte-halte yang dilalui bus TransJakarta koridor II adalah:

Koridor 3

Koridor 3 untuk bus TransJakarta beroperasi dengan jurusan Terminal Kalideres (Jakarta Barat) sampai Halte Pasar Baru (Jakarta Pusat). Jalan-jalan yang dilalui koridor 3 adalah sepanjang Jalan Daan Mogot, S. Parman, Raya Tomang, Gajah Mada/Hayam Wuruk, dan Juanda. Untuk arah sebaliknya melewati Jalan Veteran dan langsung ke Tomang Raya tanpa melewati Harmoni Central Busway dan seterusnya hingga kembali ke Terminal Kalideres.

Halte-halte yang dilalui bus TransJakarta koridor 3 adalah:

Koridor 4

Koridor 4 untuk bus TransJakarta mulai beroperasi secara resmi sejak tanggal 27 Januari 2007 dengan jurusan Terminal Pulo Gadung sampai Halte Dukuh Atas 2. Jalan-jalan yang dilalui koridor 4 adalah sepanjang Jalan Bekasi Raya, Pemuda, Pramuka, Matraman, Tambak, Sultan Agung, dan Halimun.

Halte-halte yang dilalui bus TransJakarta koridor IV adalah:

Koridor 5

Koridor 5 untuk bus TransJakarta mulai beroperasi secara resmi sejak tanggal 27 Januari 2007. dengan jurusan Terminal Kampung Melayu sampai Halte Ancol. Jalan-jalan yang dilalui koridor 5 adalah sepanjang Jalan Jatinegara Barat, Matraman Raya, Salemba Raya, Kramat Raya, Pasar Senen, dan Gunung Sahari. Untuk arah sebaliknya melewati Jalan Gunung Sahari dan seterusnya sampai Matraman Raya, kemudian masuk ke Jatinegara Timur.

Halte-halte yang dilalui bus TransJakarta koridor 5 adalah:

Koridor 6

Koridor 6 untuk bus TransJakarta mulai beroperasi secara resmi sejak tanggal 27 Januari 2007 dengan jurusan Halte Ragunan sampai Halte Latuharhari. Jalan-jalan yang dilalui koridor 6 adalah sepanjang Jalan Harsono RM, Warung Jati Barat, Mampang Prapatan, HR Rasuna Said, Latuharhari, Halimun, kembali ke HR Rasuna Said, dan seterusnya sampai ke Ragunan.

Halte-halte yang dilalui bus TransJakarta koridor 6 adalah:

Koridor 7

Koridor 7 untuk bus TransJakarta mulai beroperasi secara resmi sejak tanggal 27 Januari 2007 dengan jurusan Terminal Kampung Rambutan sampai Terminal Kampung Melayu. Jalan-jalan yang dilalui koridor 7 adalah sepanjang Jalan Kampung Rambutan, Raya Bogor, Sutoyo, MT Haryono, dan Otto Iskandardinata.

Halte-halte yang dilalui bus TransJakarta koridor 7 adalah:

Koridor 8


Koridor 8 yang sedang dibangun, rencananya akan melewati rute sebagai berikut ; a. Terminal Lebakbulus b. Tol Pondokpinang c. Pondokindah d. Bungur e. Jamblang f. Fly-over Permata Hijau g. Jl Supeno h. Jl Panjang i. Jl Panjang j. Jl Daan Mogot k. Jl Daan Mogot l. Jl S Parman

Koridor 9

Koridor 10

Koridor 11

Koridor 12

Rencana Rute : Pondok Kelapa - Blok M

Koridor 13

Koridor 14

Koridor 15


Kekurangan

  • Kurangnya bus-bus pengumpan (feeder) yang membantu melayani TransJakarta
  • Beberapa jembatan penyeberangan yang dibangun bagi penumpang TransJakarta secara berkala mengalami kerusakan, contohnya lantai jembatan yang berlubang serta tangga yang lantainya telah rusak [6] [7]
  • Pada jam-jam sibuk, jumlah armada yang tersedia belum sebanding dengan jumlah penumpang menyebabkan antrian panjang di halte-halte (terutama untuk koridor 2 dan 3) [8]
  • Halte-halte yang ada belum menyediakan sarana ventilasi udara yang layak sehingga membuat ruangan menjadi pengap ketika terdapat banyak orang yang mengantri [9]
  • Beberapa titik di jalur koridor 2, 3 dan 6 masih sering dimasuki oleh kendaraan pribadi, menyebabkan terhambatnya perjalanan bus pada jam-jam tertentu (pada kondisi tertentu, telah diberikan suatu solusi, yaitu setelah dilakukan koordinasi, bus akan mengambil jalur dari arah yang berlawanan, sementara bus-bus dari arah yang berlawanan akan melewati jalur umum)[10]
  • Karena sering dimasuki (secara tiba-tiba) oleh pejalan kaki dan kendaraan pribadi, maka di beberapa titik di Koridor 2 dan 3 secara berkala terjadi kecelakaan yang melibatkan bus TransJakarta dan pejalan kaki / kendaraan pribadi
  • Seringkali pengumuman halte yang diberikan tidak sesuai dengan halte yang akan dilalui, hal ini disebabkan oleh keteledoran pengemudi yang lupa menekan tombol pengumuman pada waktunya
  • Pembuatan maupun pengoprasian TransJakarta membuat kemacetan yang luar biasa dan kadang diluar batas kewajaran, terutama pembangunan jalur yang meninggikan permukaan jalan [11]

Kontroversi

Penolakan

Warga Pondok Indah menolak pembangunan koridor VIII trayek Harmoni-Lebak Bulus, lantaran bakal mengenyahkan ratusan pohon palem yang telah berpuluh tahun menjadi keindahan median Jalan Metro Pondok Indah. Warga meminta pembangunan busway dihentikan karena belum ada analisis mengenai dampak lingkungannya. Warga khawatir pembangunan busway koridor VIII bakal merusak lingkungan. Selain itu, bakal menambah kemacetan dan polusi kawasan Pondok Indah. Pada 30 Oktober, warga mendaftarkan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Perkara itu didaftarkan dengan nomor perkara 1655/Pdt.G/2007/PN Jaksel.

Warga Pluit, Jakarta Utara, juga meminta pembangunan jalur busway koridor IX (Pinang Ranti-Pluit) ditunda. Perwakilan warga yang tergabung dalam Forum Masyarakat Peduli Lingkungan Pluit (FMPLP) mendatangi ruang Fraksi PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) DPRD DKI Jakarta, pada 4 Oktober 2007. Kedatangan mereka terkait penolakan pembangunan jalur busway koridor IX (Pinang Ranti-Pluit). Warga menolak jika pembangunannya tidak dilakukan secara benar. Sebab, selama ini sering terjadi kemacetan di sekitar lokasi pengerjaan proyek. Proyek busway koridor IX ini juga belum memiliki analisis dampak mengenai lingkungan (amdal). Warga meminta Pemprov DKI menunda pembangunan jalur busway Koridor IX itu, sebelum selesainya amdal dan manajemen proyek yang baik terlebih dahulu.

Pemerintah dan wakil rakyat Kabupaten Tangerang, Banten, menolak rencana pembangunan jalur khusus bus Transjakarta yang menghubungkan Terminal Kalideres dengan Bumi Serpong Damai (BSD). Alasannya, pembangunan busway itu dinilai hanya akan menambah kemacetan di Kabupaten Tangerang. Menurut Bupati Tangerang, Ismet, saat ini wilayah Kabupaten Tangerang, terutama di Jalan Raya Serpong, mulai perbatasan Kota Tangerang sudah memiliki tata letak dan ruas jalan yang baik. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang mendukung aksi penolakan terhadap pembangunan busway. Menurut Ketua Komisi D Bidang Pembangunan DPRD Kabupaten Tangerang Syarifullah, penolakan Ismet cukup mendasar.

Kemacetan saat pembangunan jalur

Lalu lintas di sejumlah jalan di Jakarta macet sejak bulan September 2007 dari pagi hingga petang. Kemacetan terjadi jalan arteri di kawasan Sunter, Kelapa Gading, Pluit, Jembatan Tiga, dan Ancol, Tomang-Grogol, Slipi serta Cawang dan juga merambat hingga ke jalan tol Cawang – Taman Mini, dan Ancol - Pluit.

Kemacetan terparah di Yos Sudarso depan Artha Gading hingga Boulevard Barat. Pada pukul 13.30, laju kendaraan pada dua arah di kawasan itu sangat lambat. Untuk menembus 200 meter, Kompas perlu waktu 30 menit. Pada pukul 15.30 – 17.00, kendaraan tak bisa bergerak. Sebagian pengemudi mematikan mesin kendaraannya. Stagnasi arus lalu lintas di sini sebenarnya sudah terasa pada waktu pagi hingga siang. Persoalannya, pada ruas sepanjang hampir satu kilometer di dua arah antara Plumpang hingga depan PT Toyota Astra (Sunter Jaya), terdapat banyak putaran, serta ada proyek busway Koridor X, juga proyek penataan taman, dan jalan layang (fly over). Kawasan tersebut menjadi simpul lalu lintas yang paling macet. Kendaraan yang hendak turun dari tol Cawang di ramp off Pulogadung dan Sunter juga tidak bisa bergerak, dan ekor kemacetan menjalar hingga gerbang tol Dalam Kota di Cililitan, sejak pagi hingga menjelang pukul 12.00, dan itu terjadi lagi petang harinya.

Arus lalu lintas juga tersendat di Pluit Raya, Pluit Selatan, Gedong Panjang dan Jalan Pakin akibat pengecoran busway Koridor IX. [1]

Pembagunan jalur busway Koridor VIII (Lebak Bulus-Harmoni) itu, menimbulkan kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas yang sudah terjadi di Jakarta sejak sekitar sebulan terakhir, sejak dimulainya pembangunan tiga koridor jalur busway secara simultan di berbagai bagian kota. Jalan Panjang pun sudah berminggu-minggu selalu dilanda kemacetan, sejak dimulai pembangunnya lintasan bus khusus itu di beberapa ruasnya. Kemacetan total hampir tiap hari terjadi di sepanjang Jalan Letjen S Parman dan Jalan Gatot Subroto. Penyebabnya, pembangunan jalur busway Koridor IX (Pinang Ranti Gede-Pluit) yang juga melintasi ruas jalan yang membelah Jakarta dari arah barat laut ke tenggara itu. [2]

Jalan Gatot Subroto kini berubah seperti neraka setidaknya bagi warga Jakarta dan sekitarnya, yang setiap hari harus melalui jalan itu. Kondisi itu berlangsung sejak dua pekan lalu saat sebagian badan jalan digunakan untuk proyek pembangunan jalur bus transjakarta Koridor 9. Jalan yang lebar tiba-tiba mengecil. Arus kendaraan tersumbat.

Kemacetan parah juga terjadi setiap hari di jalan Gatot Subroto yang awalnya berbaris dalam empat lajur mengecil menjadi tiga lajur, lalu dua lajur, hingga tinggal satu lajur. Titik tersempit satu lajur itu terjadi tepat di samping warung rokok pinggir jalan, yang terletak antara Gedung Bidakara dan Graha Mustika Ratu. Formasi lajur itu terbentuk karena sebagian badan jalan termakan pembangunan Koridor IX. Satu lajur selebar sekitar tiga meter itu memanjang sekitar 50 meter hingga gerbang keluar Graha Mustika Ratu. Setelah itu, badan jalan melebar kembali sehingga mobil kembali bisa berformasi dua sampai tiga lajur. Penyempitan lajur hanya 50 meter di satu titik itu menyebabkan antrean mobil bisa mengular hingga Grogol dan juga hingga jalan layang Tendean ke arah Blok M. [3]

Referensi

  1. ^ Harian Trans Kota, 8 Juni 2007
  2. ^ (Indonesia)Detik.com  : Busway Blok M - Senen diuji coba
  3. ^ (Indonesia)Detik.com: Busway Rawa Buaya - Asmi juga diuji coba
  4. ^ (Indonesia) Situs berita Rileks.com
  5. ^ (Indonesia) Penumpang Tije Tembus 20,5 juta Orang (trans.jakarta.go.id)
  6. ^ (Indonesia) Lantai Jembatan Busway Benhil Rusak Lagi (detik.com)
  7. ^ (Indonesia) 17 hari Lubang di Jembatan Busway Sawah Besar Menganga (detik.com)
  8. ^ (Indonesia) HCB Penuh Sesak, Penumpang Minta Tambah Bus (kompas.com)
  9. ^ (Indonesia) Naik Busway Bagaikan Ikan Sarder (detik.com)
  10. ^ (Indonesia)
    • Jumlah penumpang yang dapat diangkut lebih sedikit bila dibandingkan dengan tidak adanya busway itu sendiri.
    • Dikecilkannya jalur yang sudah ada.
    • Halte yang jarang pada beberapa koridor tertentu.
    • Memperparah kemacetan dimana - mana.
    • Menghambat perjalanan kendaraan pribadi.
    Jalur Busway di Daan Mogot Jakbar Makin Semrawut
  11. ^ (Indonesia) Dukuh Bawah-Slipi-Tomang Macet 5 Km (detik.com)

Pranala luar