Kekristenan

agama Abrahamik monoteistik

Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan monoteistik yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus menurut Perjanjian Baru. Agama ini meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, juruselamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Pengikutnya beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab. Murid-murid Yesus Kristus pertama kali dipanggil Kristen di Antiokhia (Kisah Para Rasul 11: 26b).

Gambaran umum agama Kristen

Dasar-dasar Iman

 
Crucifixion, menggambarkan kematian Yesus di kayu salib, lukisan dari D. Velázquez, pada abad ke 17.

Agama Kristen termasuk salah satu dari agama Abrahamik yang berdasarkan hidup, ajaran, kematian dengan penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan Yesus dari Nazaret ke surga, sebagaimana dijelaskan dalam Perjanjian Baru, umat Kristen meyakini bahwa Yesus adalah Mesias yang dinubuatkan dalam dari Perjanjian Lama (atau Kitab suci Yahudi). Kekristenan adalah monoteisme, yang percaya akan tiga pribadi (secara teknis dalam bahasa Yunani hypostasis) Tuhan atau Tritunggal. Tritunggal dipertegas pertama kali pada Konsili Nicea Pertama (325) yang dihimpun oleh Kaisar Romawi Konstantin I.

Pemeluk agama Kristen mengimani bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat, dan memegang ajaran yang disampaikan Yesus Kristus. Dalam kepercayaan Kristen, Yesus Kristus adalah pendiri jemaat (gereja) dan kepemimpinan gereja yang abadi (Injil Matius 16: 18–19)

Umat Kristen juga percaya bahwa Yesus Kristus akan datang untuk kedua kalinya sebagai Raja dan Hakim akan dunia ini. Sebagaimana agama Yahudi, mereka menjunjung ajaran moral yang tertulis dalam Sepuluh Perintah Tuhan.

Kata Kristen sendiri memiliki arti "pengikut Kristus atau "pengikut Yesus". Murid-murid Yesus Kristus untuk pertama kalinya disebut Kristen ketika mereka berkumpul di Antiokia (Kisah Para Rasul 11: 26b).

Pergerakan

Sepeninggal Yesus, kepemimpinan orang Kristen diteruskan berdasarkan penunjukan Petrus oleh Yesus. Setelah Petrus meninggal kepemimpinan dilanjutkan oleh para uskup yang dipimpin oleh Uskup Roma. Pengakuan iman mereka menyebutkan kepercayaan akan Allah Tritunggal yang Mahakudus, yakni Bapa, Anak (Yesus Kristus), Roh kudus, Gereja yang satu, kudus, katolik, apostolik; pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal.

Setelah itu, Gereja Kristen mengalami dua kali perpecahan yang besar: yang pertama terjadi pada tahun 1054 antara Gereja Barat yang berpusat di Roma (Gereja Katolik Roma) dengan Gereja Timur (Gereja Ortodoks Timur) yang berpusat di Konstantinopel (sekarang Istanbul, Turki). Yang kedua terjadi antara Gereja Katolik dengan Gereja Protestan pada tahun 1517 ketika Martin Luther memprotes ajaran Gereja yang dianggapnya telah menyimpang dari kebenaran.

Banyak denominasi Gereja kini menyadari bahwa perpecahan itu justru menyimpang dari pesan Yesus yang mendoakan kesatuan di antara para pengikutnya.

"Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku."

Doa ini kemudian menjadi dasar dari gerakan ekumenisme yang dimulai pada awal abad ke-20.

Ibadah

 
Contoh benda-benda yang digunakan umat Kristen dan Katolik untuk beribadah—Alkitab, sebuah Salib, and sebuah Rosario.

Liturgi

Yustinus Martir menggambarkan liturgi [1] (tata cara urutan ibadah) Kristen di First Apology (c. 150) kepada Penguasa Antoninus Pius pada abad ke-2, dan penggambarannya masih relevan untuk menggambarkan struktur dasar dari liturgi ibadah Kristen. Yustinus menggambarkan, orang Kristen berkumpul untuk ibadah bersama pada hari Minggu, yaitu hari Yesus bangkit dari kubur. Pembacaan Firman Tuhan diambil dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tetapi terutama dari Injil. Pada akhir dari liturgi ibadah, diadakan Perjamuan Kudus, untuk memperingati pengorbanan Yesus.[1]

Namun gereja pada saat ini juga ada yang mengadakan ibadah selain hari Minggu. Gereja Advent Hari Ketujuh berkumpul pada hari Sabtu. Gereja Pentakosta atau Karismatik mengikuti "tuntunan Roh Kudus" dan tidak memiliki liturgi yang tertulis, walaupun ada tata cara urutan umum kebiasaan ibadah yang biasanya dari minggu ke minggu mirip. Gereja Evangelical menggabungkan Pop dan Rock ke dalam ibadahnya, sementara beberapa Gereja yang lain melarang sama sekali penggunaan alat musik dalam ibadah, seperti Gereja Ortodoks.

Ibadah dapat divariasikan untuk acara-acara khusus, seperti baptisan, pernikahan, atau hari raya Kristen seperti Natal dan Paskah. Ada pula ibadah untuk anak-anak, yang biasanya disebut Sekolah Minggu atau Ibadah Anak.

 
Sakramen Ekaristi

Sakramen

Sakramen adalah ritus Agama Kristen yang menjadi perantara (menyalurkan) rahmat ilahi. Kata 'sakramen' berasal dari Bahasa Latin sacramentum yang secara harfiah berarti "menjadikan suci". Salah satu contoh penggunaan kata sacramentum adalah sebagai sebutan untuk sumpah bakti yang diikrarkan para prajurit Romawi; istilah ini kemudian digunakan oleh Gereja dalam pengertian harfiahnya dan bukan dalam pengertian sumpah tadi.[2]

Kalender Liturgis

Gereja Katolik Roma, Gereja Timur, Anglikan, dan Kristen Protestan mengatur ibadah dalam jadwal kalender liturgis. Hal ini termasuk hari-hari suci, misalnya Hari Perenungan yang memperingati sebuah kejadian di dalam hidup Yesus Kristus, hari-hari puasa, atau perayaan-perayaan biasa seperti hari memperingati orang-orang kudus. Komunitas Kristen yang tidak mengikuti tradisi kalender liturgis biasanya masih tetap merayakan perayaan-perayaan tertentu, seperti Natal, Paskah, dan Kenaikan Yesus ke Surga. Beberapa Gereja sama sekali tidak memakai kalender liturgis.[3]

Simbol

Salib, yang saat ini adalah simbol Kekristenan yang paling mudah dikenali di seluruh dunia, telah digunakan sebagai simbol Kristen pada zaman sangat awal.[4] Lambang ikan juga nampaknya berada di urutan teratas lambang favorit setelah salib. Lambang ikan dipakai oleh karena kemiripan 5 huruf konsonan yang membentuk kata ikan (Ichthys), yang mana dapat dipakai sebagai singkatan untuk menggambarkan Yesus: Iesous Christos Theou Yios Soter, artinya Yesus Kristus, Anak Allah, Penyelamat.[5]

Orang Kristen awal mula suka untuk menghiasi makam-makam mereka dengan ukir-ukiran dan gambar mengenai Yesus, orang-orang kudus, kejadian dari Alkitab, dan perlambang-perlambang yang lain. Orang-orang Kristen awal tidak memiliki pemikiran negatif menganai gambar, ukiran, maupun patung.[6] Simbol-simbol yang lain meliputi burung merpati (simbol Roh Kudus), anak domba (simbol pengorbanan Yesus), pohon anggur beserta ranting-rantingnya (simbol bahwa orang Kristen harus memiliki hubungan secara pribadi dengan Yesus) dan banyak yang lain. Semua ini diambil dari ayat-ayat Alkitab Perjanjian Baru.[7]

 
Lukisan The Baptism of Christ oleh Francesco Albani.

Baptisan

Baptisan merupakan sebuah ritual dan sakramen menggunakan air, yang menandakan seseorang berkomitmen menjadi seorang Kristen dan tergabung menjadi anggota Gereja. Ada gereja yang memperbolehkan baptisan dengan air yang dipercikkan (misalnya Gereja Kristen Protestan, Gereja Katolik dan Ortodoks), ada gereja yang mengharuskan baptisan dilakukan dengan diselamkan ke dalam air seperti Yesus (misalnya Gereja Pantekosta dan Karismatik).

Doa

Pengajaran Yesus tentang doa pada Khotbah di Bukit menggambarkan bahwa doa secara Kristiani hanya memakai sedikit faktor eksternal, atau tidak ada sama sekali, seperti misalnya harus menggambar simbol-simbol tertentu atau harus menyembelih hewan-hewan tertentu terlebih dahulu sebelum berdoa. Dalam doa secara Kristiani, semua perilaku-perilaku yang menekankan kepada "teknik-teknik berdoa" yang menggunakan faktor eksternal seperti yang tadi disebutkan biasanya dituduh sebagai "pagan" (paganisme, penyembahan berhala). Karena itu, dalam doa secara Kristiani, yang ditekankan adalah cukup hanya perlu percaya kepada kebaikan Tuhan ketika berdoa.[8] Di seluruh Perjanjian Baru, penekanan terhadap kebebasan untuk datang kepada Tuhan ini pun ditekankan.[9] Keyakinan ini harus dilihat dari sudut pandang kepercayaan Kristen terhadap hubungan yang unik antara orang percaya dengan Yesus, lewat Roh Kudus.[10]

Dalam tradisi lanjutan, beberapa gerakan sebelum berdoa dianjurkan, seperti misalnya membuat tanda salib, berlutut, atau membungkuk. Kebiasaan melipat tangan, menyatukan kedua tangan di depan dada, atau mengangkat tangan pun terkadang sering dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi ketika berdoa dan mengekspresikan isi doa.

Sejarah agama Kristen

Lahirnya Agama Kristen

 
Adoration of the Shepherds, lukisan oleh Guido Reni, pada abad ke 17.

Agama Kristen bermula dari pengajaran Yesus Kristus sebagai tokoh utama agama ini. Yesus lahir di kota Betlehem yang terletak di Palestina sekitar tahun 4-8 SM, pada masa kekuasaan raja Herodes. Yesus lahir dari rahim seorang wanita perawan, Maria, yang dikandung oleh Roh Kudus. Ia dibesarkan di Nazaret secara adat Yahudi. Sejak usia tiga puluh tahun, selama tiga tahun Yesus berkhotbah dan berbuat mukjizat pada banyak orang, bersama keduabelas muridnya. Yesus yang semakin populer dibenci oleh para pemimpin orang Yahudi, yang kemudian berkomplot untuk menyalibkan Yesus. Yesus disalib pada usia 33 tahun dan bangkit dari kubur pada hari yang ketiga setelah kematiannya. Setelah kebangkitannya, Yesus masih tinggal di dunia selama empat puluh hari, sebelum kemudian naik ke surga.

Gereja mula-mula

Setelah naiknya Yesus Kristus ke surga, rasul-rasul mulai menyebarkan ajaran Yesus ke mana-mana, dan sebagai hasilnya, jemaat pertama Kristen, sejumlah sekitar tiga ribu orang, dibaptis. Namun, pada masa-masa awal berdirinya, agama Kristen cenderung dianggap sebagai ancaman hingga terus-menerus dikejar dan dianiaya oleh pemerintah Romawi saat itu. Banyak pendiri gereja mula-mula yang menjadi korban kekejaman kekaisaran Romawi dengan menjadi martir, yaitu rela disiksa maupun dihukum mati demi mempertahankan imannya, salah satu contohnya adalah Ignatius dari Antiokhia yang dihukum mati dengan dijadikan makanan singa.

Saat itu, kepercayaan yang berkembang di Romawi adalah paganisme, di mana terdapat konsep ‘balas jasa langsung’. Namun dengan gencarnya para rasul menyebarkan ajaran Kristen, perlahan agama ini mulai berkembang jumlahnya, sehingga pemerintah Romawi semakin terancam oleh keberadaan agama Kristen. Romawi pun berusaha menekan, dan bahkan melarang agama Kristen, karena umat Kristen saat itu tidak mau menyembah Kaisar, dan hal ini menyulitkan kekuasaan Romawi. Selain itu, paganisme dan ramalan-ramalan yang sejak zaman Republik sudah dipakai sebagai alat-alat propaganda dan pembenaran segala tingkah laku penguasa atau alasan kegagalan penguasa, sudah tidak efektif lagi dengan keberadaan agama Kristen. Maka, pada masa-masa ini, banyak umat Kristen yang dibunuh sebagai usaha pemerintah Romawi untuk menumpas agama Kristen. Penyebar utama agama Kristen pada masa itu adalah Rasul Paulus, yang paling gencar menyebarkan ajaran Kristen ke berbagai pelosok dunia.

Masa kegelapan

Pada masa inilah, datang masa-masa kegelapan (192-284), mulai dari Kaisar Commodus hingga Kaisar Diokletianus. Pada masa inilah orang-orang masa itu kehilangan kepercayaan terhadap konsep balas jasa langsung yang dianut di Paganisme, sehingga agama Kristen pun semakin diminati. Hingga akhirnya pada tahun 313, Kaisar Konstantinus I melegalkan agama Kristen dan bahkan minta untuk dipermandikan, dan 80 tahun setelahnya, Kaisar Theodosius melarang segala bentuk paganisme dan menetapkan agama Kristen sebagai agama negara.

Sebagai agama resmi negara Kekristenan menyebar dengan sangat cepat. Namun Gereja juga mulai terpecah-pecah dengan munculnya berbagai aliran (bidah). Salah satu upaya untuk menekan bidaah adalah dengan diadakannya Konsili Nicea yang pertama pada tahun 325 M. Konsili Nicea mencetuskan pengakuan iman umat Kristen keseluruhan pertama kali, sebagai tanda persatuan Kristen universal yang dibedakan dari umat-umat Kristen yang bidaah. Salah satu contohnya adalah bidaah Arianisme, yang merupakan salah satu krisis bidaah terbesar saat itu yang menjadi alasan utama diadakannya Konsili Nicea yang pertama.

Ketika Kerajaan Romawi runtuh dan tercerai-berai, Gereja Kristen tetap bertahan. Pada abad ke-11 terjadilah Perang Salib, yang dianggap sebagai perang agama antara Kristen dan Islam. Dicetuskan pertama kali oleh Paus Urbanus II atas permohonan Kaisar Alexius I Komnenus dari Kekaisaran Bizantium, Perang Salib I bertujuan merebut kembali kota suci Yerusalem dari kekuasaan Islam, yang merupakan tempat penting umat Kristen sebagai tujuan ziarah saat itu.

Bagian timur dari Kerajaan Romawi, bertahan sebagai Gereja yang disebut Yunani atau Ortodoks, yang mewartakan kabar gembira di Rusia dan memisahkan diri dari belahan barat yang berada di bawah pimpinan Gereja Roma. Pemisahan ini terjadi pada tahun 1054 (lihat: Skisma Timur-Barat).

Sementara itu, pada tahun 1460 penemuan percetakan oleh Gutenberg membuat Kitab Suci terjangkau bagi semua orang. Sebelumnya, Kitab Suci dibatasi oleh Gereja kepada umat dengan tujuan untuk menekan bidaah yang merupakan salah satu krisis besar dalam tubuh Gereja saat itu. Kitab Suci hanya dibacakan di Gereja dan menjadi sumber kotbah.

Saat itu, banyak pihak-pihak tidak bertanggungjawab memanfaatkan kedudukan di dalam Gereja Barat (Katolik) sebagai sumber kekuasaan, sehingga secara tidak langsung mencoreng nama baik Gereja. Pejabat-pejabat tinggi di dalam Gereja semakin terpengaruh untuk mementingkan kepentingan duniawi sehingga semakin menyeleweng dari ajaran dasar Gereja Katolik. Banyak oknum yang menduduki posisi penting di dalam Gereja menggunakan kekuasaannya secara semena-mena sehingga merugikan banyak umat saat itu. Hal ini membuat banyak umat Kristen kecewa dan memprotes serta menuntut pembaharuan. Banyak umat yang berpikir bahwa salah satu cara mendatangkan pembaharuan di dalam Gereja ialah dengan memberikan Kitab Suci kepada semua orang.

Perpecahan

 
Pembukaan dari 95 dalil Luther.

Puncak dari penyalahgunaan ajaran Gereja diawali dengan penjualan surat indulgensi oleh gereja kepada masyarakat. Praktik ini sendiri sebenarnya bertentangan dengan ajaran iman Gereja Katolik. Martin Luther, seorang rahib, memutuskan untuk melakukan pembaharuan dengan melakukan pemberontakan terhadap Gereja Katolik dengan memakukan 95 dalil Luther di pintu Gereja Kastil di Wittenberg, Jerman, 31 Oktober 1517, dan membangun gereja tandingan baru. Sedangkan Ignatius Loyola, pendiri ordo Yesuit dalam Gereja Katolik, berusaha melakukan pembaharuan dari dalam, salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan teologi Kristen yang ketat kepada para klerus, terutama dalam kepatuhan penuh pada otoritas dan ajaran Gereja, agar praktik korup dalam Gereja berkurang dan tidak menjadi-jadi. Konsili Trente merupakan konsili yang diadakan sebagai reaksi dari reformasi Martin Luther, di mana reformasi Martin Luther dianggap oleh Gereja Katolik sebagai tindakan yang memperparah kondisi kekristenan. Dalam Konsili Trente-lah ajaran iman Gereja Katolik dipertegas (termasuk penegasan kanon Alkitab Katolik) demi menekan dan mengurangi berbagai macam penyalahgunaan yang sewenang-wenang dalam tubuh Gereja.

Ketika Martin Luther menerjemahkan Kitab Suci menjadi bahasa Jerman, pengikut-pengikutnya mulai memiliki pandangan yang berbeda-beda akan Kitab Suci tersebut, lalu terjadilah pertentangan penafsiran antara umat satu dengan yang lain, salah satu kasusnya adalah pertentangan antara denominasi protestan reformed-nya Zwingli dan denominasi anabaptis, reformed-nya Calvinis dengan Arminian, dan masih banyak lagi. Inilah yang membuat agama Kristen Protestan sekarang banyak terbagi-bagi lagi menjadi denominasi-denominasi lagi.

Sejarah agama Kristen di Indonesia

Perkembangan Agama Kristen di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 zona waktu.

  1. Sebelum kolonialisme Belanda
  2. Saat kolonialisme Belanda
  3. Setelah kolonialisme Belanda

Sebelum kolonialisme Belanda

Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ke-7 di Sumatera Utara. Kota Barus yang dahulu disebut sebagai negeri Bancluur/Fansur dan saat ini terletak di dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera Utara adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia.[butuh rujukan]

Saat kolonialisme Belanda

 
Katedral di Jakarta.

Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah, Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1534, di kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547.[11] Namun ketika Belanda mengalahkan Portugis tahun 1605, Belanda mengusir para misionaris Katolik dan memperkenalkan Kristen Protestan (dari aliran Calvinist Dutch Reformed Church), sehingga terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran.[12]

Perkembangan Kekristenan di Indonesia pada zaman itu cukup lambat. Hal ini dikarenakan ajaran Kalvinisme merupakan aliran agama Kristen yang memerlukan pendalaman Alkitab yang mendalam, sementara edisi Alkitab saat itu belum ada yang berbahasa Indonesia. Lagipula, VOC sebagai kendaraan Belanda untuk masuk dan menguasai Indonesia saat itu adalah sebuah perusahaan sekuler dan bukan perusahaan yang cukup religius, sehingga tidak mendukung penyebaran agama yang dilakukan oleh misionaris Belanda sendiri. Setelah pengaruh VOC mulai tenggelam pada tahun 1799, pemerintah Belanda mulai memperbolehkan penyebaran agama dengan lebih leluasa. Orang Kristen aliran Lutheran dari Jerman yang lebih toleran dan tidak memaksa pemeluknya untuk mempelajari agama Kristen dengan sedemikian dalam, mulai memanfaatkan perizinan tersebut untuk mulai menyebarkan agama di antara orang Batak di Sumatera pada tahun 1861, dan misionari Kristen Belanda dari aliran Rhenish juga menyebarkan agama di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah.[12]

Setelah kolonialisme Belanda

Pada abad ke-20 setelah Belanda pergi dari Indonesia, agama Kristen dan Katolik mulai berkembang pesat. Hal ini dimulai oleh sebuah keadaan pada tahun 1965, ketika terjadi peralihan kekuasaan Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto. Saat itu, Komunisme (dan Atheisme) merupakan hal yang dilarang oleh pemerintah. Semua orang-orang yang tidak beragama, langsung dicap Atheis, dan dengan demikian sangat mudah untuk dituduh sebagai pengikut Komunis. Saat itu, gereja dari berbagai aliran mengalami pertumbuhan jemaat yang pesat, terutama dari orang-orang (sebagian besar beretnis Tionghoa yang berasal dari Cina, yang merupakan negara Komunis) yang merasa tidak nyaman dengan kebijakan pemerintah mengenai Komunisme dan Atheisme pada saat itu.[12]

Pada akhir abad ke 20 sampai awal abad 21, banyak misionaris dari Amerika yang menyebarkan aliran Evangelican dan Pentecostal. Aliran yang sering disebut "Karismatik" ini merupakan aliran yang dianggap "modern" karena menggabungkan antara Kristen tradisional dengan pola pikir modern pada zaman ini.[13]

Cabang-cabang utama

(Denominasi-denominasi nonnikean, nontrinitarian, dan restorasionis tidak ditampilkan)

Agama Kristen termasuk banyak tradisi agama yang bervariasi berdasarkan budaya, dan juga kepercayaan dan aliran yang jumlahnya ribuan. Selama dua milenium, Kekristenan telah berkembang menjadi tiga cabang utama:

Selain itu ada pula berbagai gerakan baru seperti Bala Keselamatan, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Mormon, Saksi-Saksi Yehuwa, serta berbagai aliran yang muncul pada akhir abad ke-19 maupun abad ke-20, dll.

Catatan dan referensi

  1. ^ a b "First Apology dari Justin Martyr". earlychristianwritings.com. Diakses tanggal 2011-03-02. 
  2. ^ Strong, Systematic Theology, Philadelphia, PA: Judson Press, 1954 hal 930
  3. ^ Hickman. Handbook of the Christian Year.
  4. ^ "ANF04. Fathers of the Third Century: Tertullian, Part Fourth; Minucius Felix; Commodian; Origen, Parts First and Second | Christian Classics Ethereal Library". Ccel.org. 2005-06-01. Diakses tanggal 2009-05-05. 
  5. ^ "Catholic Encyclopedia, Symbolism of the Fish". newadvent.org. Diakses tanggal 2011-03-02. 
  6. ^ "Catholic Encyclopedia, Veneration of Images". newadvent.org. Diakses tanggal 2011-03-02. 
  7. ^ Dilasser. The Symbols of the Church.
  8. ^ Mat. 6:5-15
  9. ^ Filipi 4:6
  10. ^ Alexander, T. D., & Rosner, B. S, ed. (2001). "Prayer". New Dictionary of Biblical Theology. Downers Grove, IL: Intervarsity Press. 
  11. ^ "Francis Xavier and Asia: The Road to Cultural Inventiveness". jmcommunications.com. Diakses tanggal 2011-03-02. 
  12. ^ a b c "U.S. Library of Congress' Country Studies of Indonesia". cuntrystudies.us. Diakses tanggal 2011-03-02. 
  13. ^ "A History of Christianity in Indonesia". icrs.ugm.ac.id. Diakses tanggal 2011-03-02. 

Lihat pula

Pranala luar