Suku Mante
Suku Mante (Gayo: Manti) atau juga dieja Mantir,[1] adalah salah-satu etnik terawal yang disebut-sebut dalam legenda rakyat pernah mendiami Aceh.[2] Suku ini, bersama suku-suku asli lainnya seperti Lanun, Sakai, Jakun, Senoi, dan Semang, merupakan etnik-etnik pembentuk Suku Aceh yang ada sekarang.[3] Suku Mante diperkirakan termasuk dalam rumpun bangsa Melayu Proto,[4] awalnya menetap di wilayah sekitar Aceh Besar,[5] dan tinggal di pedalaman hutan.[6] Suku-suku asli tersebut diperkirakan beremigrasi ke Aceh melalui Semenanjung Melayu.[3] Dalam legenda Aceh, Suku Mante dan Suku Batak disebut-sebut sebagai cikal-bakal dari Kawom Lhèë Reutōïh (suku tiga ratus), yang merupakan salah satu kelompok penduduk asli Aceh.[7] Saat ini Suku Mante sudah punah, atau lenyap karena sudah bercampur dengan suku bangsa pendatang-pendatang lainnya yang datang kemudian.[2] Sampai saat ini, masih belum terdapat bukti ilmiah yang kuat terhadap keberadaan suku ini.
Akan tetapi publik di hebohkan dengan video penemuan manusia kerdil di hutan aceh yang tidak sengaja terekam oleh pengendara trail di hutan aceh yang diunggah akun youtube fredograph pada Rabu, 22 Maret 2017.
Yang diduga suku mante yang di kabarkan telah punah . Pada tahun 2017 spekulasi orang tentang suku mante diduga dongeng atau punah ternyata salah besar, sekelompok pecinta motor trail melakukan ekspedisi di hutan aceh dan secara mengagetkan menemukan seorang suku mante kerdil sedang lari. Seorang pengendara mengejar suku mante menggunakan motor sambil membawa kamera alhasil suku mante lari ke semak-semak dan berhasil melarikan diri. Dan diketahui suku mante sangat lincah lari bahkan motor trailpun tidak sanggup mengejarnya.
Lihat pula
Referensi
- ^ Usman, Abdul Rani (2003), Sejarah peradaban Aceh: suatu analisis interaksionis, integrasi, dan konflik, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-461-428-0, hlm. 14. Diakses 6 Juni 2014.
- ^ a b Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah (1977), Geografi budaya Daerah Istimewa Aceh, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 57. Diakses 6 Juni 2014.
- ^ a b Meuraxa, Dada (1974), Sejarah kebudayaan Sumatera : Aceh, Sumatera Utara, Melayu Riau, Melayu Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, Palembang, Lampong, D.l.l., Hasmar, hlm. 12. Diakses 6 Juni 2014.
- ^ Usman, Abdul Rani (2003), hlm. 1.
- ^ Usman, Abdul Rani (2003), hlm. 12.
- ^ Hurgronje, Christiaan Snouck, Soekarno, Soedarso, Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies (1999), Kumpulan karangan Snouck Hurgronje, INIS, ISBN 978-979-8116-17-9, hlm. 198. Diakses 6 Juni 2014.
- ^ Memperjuangkan masyarakat madani: falsafah dasar perjuangan dan platform kebijakan pembangunan PK Sejahtera (2008), Majelis Pertimbangan Pusat PKS, hlm. 161. Diakses 6 Juni 2014.