Pegunungan Menoreh

pegunungan di Indonesia

Pegunungan Menoreh adalah kawasan pegunungan/ perbukitan yang membentang di wilayah barat Kabupaten Kulon Progo, sebelah timur Kabupaten Purworejo, dan sebagian Kabupaten Magelang; sekaligus menjadi batas alamiah bagi ketiga kabupaten tersebut.

Daerah Pegunungan Menoreh secara geomorfologis mempunyai bentuk lahan yang kompleks. Kompleksnya kondisi fisik daerah Pegunungan Menoreh adalah adanya proses endogenik dan eksogenik yang bekerja pada berbagai batuan hingga membentuk bentanglahan yang ada saat ini. Beberapa batuan ditemukan antara lain: batu pasir, napal pasiran, batu lempung, dan batu gamping pada Eosen Tengah; batuan andesit, breksi andesit dan tuff yang merupakan hasil aktivitas Gunung api Menoreh pada Oligosen; batu gamping dan koral yang terendapkan pada Miosen Bawah; dan material koluvium yang terendapkan pada Zaman Quarter.

Perbukitan Menoreh dikenal dalam sejarah sebagai basis pertahanan Pangeran Diponegoro bersama para pengikutnya dalam Perang Jawa (1825–1830) melawan Hindia Belanda. Salah satu puteranya yang bernama Bagus Singlon atau Raden Mas Sodewo (putera Pangeran Diponegoro dengan R.Ay. Mangkorowati) memimpin perlawanan di wilayah ini. Raden Mas Sodewo atau Ki Sodewo bertempur di wilayah Kulonprogo mulai dari pesisir selatan sampai ke Bagelen dan Samigaluh.

Pegunungan Menoreh juga sebagai sumber inspirasi dari nama kereta api Menoreh, KA ekonomi AC yang melayani Pasar Senen-Semarang Tawang.

Jika dilihat dari Candi Borobudur, bentuk pegunungan Menoreh diyakini membentuk sosok yang sedang tidur di atas pegunungan, yang diyakini sebagai Gunadharma, yang dianggap sebagai arsitek Candi Borobudur.[1]

Referensi

  1. ^ Maryanto, Daniel Agus. 2007. Candi Borobudur. Yogyakarta: Citra Aji Parama.

Pranala luar