Suku Dayak Sampit

suku bangsa di Indonesia

Suku Dayak Sampit adalah subetnis Dayak Ngaju yang mendiami sepanjang tepian daerah aliran sungai Mentaya di Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentawa Baru Ketapang, Baamang,Kota Besi, Cempaga dan Cempaga HuluKabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Secara administratif, Suku Sampit merupakan suku baru yang muncul dalam sensus tahun 2000 dan merupakan 9,57% dari penduduk Kalimantan Tengah, sebelumnya suku Sampit tergabung ke dalam suku Dayak pada sensus 1930.[1]

Suku Dayak Sampit
Daerah dengan populasi signifikan
Kalimantan Tengah
Bahasa
Sampit
Agama
Islam
Kelompok etnik terkait
Ngaju, Bakumpai

Bahasa

Bahasa Sampit[2] atau Bahasa Mentaya Tengah[3] adalah sebuah bahasa Dayak yang dituturkan di kecamatan Mentaya Hilir Utara, Baamang, Seranau dan Mentawa Baru, Seranau, Kota Besi, dan Cempaga Kabupaten Kotawaringin Timur, provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. Bahasa Sampit salah satu dari 9 bahasa dominan yang terdapat di Kalimantan Tengah.

Terdapat sedikit perbedaan dengan Bahasa Dayak Ngaju, seperti penyebutan kata saya kepada orang tua.

kalau dayak ngaju tak ada perbedaan. karena dayak sampit adalah bahasa keratonnya dayak ngaju.

Di cempaga kabupaten kotawaringin timur ada juga desa parit desa sudan yang keseharian warga nya menggunakan bahasa tamuan. ya tamuan yang arti nya bertemu dengan suku ap saja dan masarakat nya masih menjaga kental seni adat dan budaya ny di desa ini kita juga bisa menyaksikan upacara tiwah yang tujuan ny untuk nengantar kan roh yang sudah mati menuju ke surga.ad juga upacara babukung yang dilaksanakan ketika ad keluarga atau kerabat mereka meninggal dunia sebelum di makam kan.upacara babukung adalah upacara yang menampilkan seperti seni topeng ad juga yang kerasukan bukung bangas nama nya. dan masih banyak lagi seni budaya dayak tamuan yang unik dan bisa menari wisatawan asing maupun lokal.ada Mapas lewu,ada Mangkoni balay patahu,dan di sini juga masih banyak tanaman seperi kayu ulin, blangiran,dan di desa keruing kita bisa melihat benteng bekas perang saat penjajahan jepang.dan mata air sembilan di bukit ulin.dan di sini kita juga bisa melihat atau membeli kerajinan dari rotan seperti Bintingan,Lanjung yang biasa di pakay orang dayak ketika pergi kepasar atau berkebun,ada pula tikar purun,topi purun,tanggok yang biasa di pakay menangkap udang atau ikan atu bisa juga dijadikan hiasan dinding untuk persi mini nya.anda juga bisa memesan mandau dari penempa yg terjamin keasliannya.di sini kita juga bisa melihat bekantan,kelasi,orang utan kalau lg musim kemarau,dan ada juaga burung betet,sarindit,tekukur,punay,dan masih banyak lg.mungkin itu saja yang bisa saya explor tentang desa di cempaga hulu kabupaten kotim kalimantan tengah.By.jani

Pranala luar


  1. ^ (Indonesia) Riwanto Tirtosudarmo, Mencari Indonesia: demografi-politik pasca-Soeharto, Yayasan Obor Indonesia, 2007, ISBN 979-799-083-4, 9789797990831
  2. ^ http://multitree.org/codes/smpt
  3. ^ http://multitree.org/codes/nij-baa