Kemiri, Gubug, Grobogan

desa di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah

TERJADINYA DESA KEMIRI

Kemiri
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenGrobogan
KecamatanGubug
Kode pos
58164
Kode Kemendagri33.15.17.2009 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²

 Menurut riwayat konon desa Gubug doeloe, terdiri dari lima pedukuhan yaitu pedukuhan Gubug krajan, Pilang Kidul, Pilang Lor, Pilangwetan dan Gubug Miri. Setelah Kawedanan Singenkidul digabung dengan Kabupaten Demak maka  pedukuhan Pilangwetan berdiri menjadi desa. Demikian juga pedukuhan Gubug Miri, juga menjadi desa yang bernama desa Kemiri. Menurut cerita masyarakat desa Kemiri, untuk pendiri desa Kemiri adalah Kyai Abdurrahman. Beliau berasal dari pedukuhan Gogodalem Salatiga, yang sekarang ikut kabupaten Semarang. Untuk mengetahui riwayat terjadinya desa Kemiri, marilah kita simak ceritanya sebagai berikut.  

TERJADINYA PEDUKUHAN GUBUG MIRI.

Sudah disebutkan di atas, bahwa pendiri desa Kemiri adalah Kyai Abdurrahman. Beliau adalah seorang Kyai dari pedukuhan Gogodalem, yang sekarang menjadi kecamatan Gogodalem  Kabupaten Semarang. Beliau mempunyai seorang putri bernama Munzinah, yang dinikahkan dengan santrinya sendiri bernama Sulaiman. Karena Munzinah sangat cantik, sehingga ada pejabat kraton Surakarta yang berkehendak merebut dan menikahi Munzinah. Tentu saja Kyai Abdurrahman menentang keinginan pejabat kraton tersebut, maka diajaklah keluarganya pergi meninggalkan pedukuhan Gogodalem. Perjalanan rombongan menuju ke arah utara, hingga sampailah di desa Gubug. Karena takut kalau tertangkap oleh pejabat kraton, Kyai Abdurrahman bersama keluarga tinggal di sebelah utara kali Tuntang. Di tempat yang baru itu, beliau juga merubah namanya dengan sebutan  MBAH DALEMAN. Karena tanah disitu sangat subur, sehingga banyak warga yang ikut bertempat tinggal di daerah itu. Akhirnya daerah tersebut menjadi pedukuhan, yang oleh Kyai Abdurrahman diberi nama pedukuhan GUBUG MIRI. Menurut cerita bahwa batas pedukuhan Gubug Miri itu dulunya, mulai dari masjid desa Kemiri sekarang sampai perbatasan desa Pilangwetan Demak. Konon untuk pemberian nama itu, karena di tengah ada pohon miri (kemiri) besar yang berbuah lebat. Karena masih bagian dari desa Gubug dan ada pohon kemiri besar itulah, maka pedukuhan baru itu diberinya nama pedukuhan Gubug Miri. Tetapi ada juga yang menceritakan, bahwa Kyai Abdurrahhman adalah berasal dari dukuh Miri desa Gogodalem Salatiga. Setelah pindah ke daerah baru di desa Gubug, maka beliau memberinya nama Gubug Miri. Sebelum tahun 70an banyak warga yang menyebutnya dengan nama Gubug Miri, bahkan orang-orang tua sekarang ada yang menyebutnya Miri saja. 

MENDIRIKAN LANGGAR DI  PINGGIR KALI.

Di pedukuhan Gubug Miri itu Kyai Abdurrahman mengajar mengaji kepada warga sekitar, yang dibantu oleh menantunya Kyai Sulaiman. Beliau mendirikan langgar (mushola) di pinggir sungai Tuntang, dan juga mendirikan pondok pesantren di dekatnya. Tetapi nasib berkata lain, karena Kyai Sulaiman menderita sakit dan meninggal dunia. Oleh warga pedukuhan Gubug Miri, beliau dimakamkan di belakang langgar yang terletak di pinggir kali Tuntang. Pada suatu ketika Kyai Abdurrahman mempunyai keinginan, untuk membuat masjid di pedukuhan Gubug Miri. Setelah kayu-kayu yang dibutuhkan tercukupi, bersama para warga dan santrinya didirikanlah masjid itu. Masjid tersebut didirikan di dekat rumahnya yang terletak di sebelah utara pondok pesantren, atau di sebelah barat pohon randu alas besar. Ada cerita kalau semua kayu untuk masjid itu, diperoleh dari pohon jati yang hanyut di kali Tuntang. Sepertinya pohon-pohon jati itu seperti kiriman, karena hampir setiap hari selalu saja ada pohon jati yang hanyut dan tersangkut di dekat langgar. Kyai Abdurrahman atau yang sering dipanggil Mbah Daleman wafat, dan jenazah beliau dimakamkan di depan masjid yang didirikannya atau di sebelah barat pohon randu alas besar. Demikian juga putrinya Munzinah ketika wafat, untuk jenazah beliau juga dimakamkan di samping ayahnya. Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan, pedukuhan Gubug Miri kemudian berdiri menjadi desa dan diberi nama  desa Kemiri. Untuk masjid yang didirikan oleh Kyai Abdurrahman dulu, oleh warga dipindah di pinggir jalan besar. Demikian juga untuk pondok pesantren, juga dipindahkan di sebelah utara masjid. Dengan adanya kemajuan zaman masjid tersebut dibangun secara permanenn dan oleh panitia pembangunan masjid diberi nama AL FUAZA.

Sejak dulu sampai sekarang, banyak warga desa Kemiri yang datang berziarah ke makam Ki Abdurrahman atau Mbah Daleman. Semua itu untuk mengenang dan menghormati perjuangan beliau, yang telah mendirikan desa Kemiri. Bahkan untuk makam Ki Abdurrahman dan putrinya, oleh pemerintahan desa kemiri  dibuatkan cungkup yang cukup besar. Tetapi untuk makam Kyai Sulaiman sangat memprihatinkan sekali, karena sepertinya tidak terawat. Makam tersebut sering terkena banjir kali Tuntang, sehingga batu nisannya hampir tidak terlihat. Walaupun begitu makam tersebut mempunyai suatu kelebihan, antara lain kalau ada binatang yang hidup atau mati lewat di dekat makam tersebut, pasti akan mengapung di permukaan. Menurut cerita warga mengatakan, bahwa sering melihat ular atau kadang buaya yang berenang di permukaan aliran kali Tuntang.     

Mbah Bedjo