Sulawesi
Sulawesi atau Pulau Sulawesi (atau sebutan lama dalam bahasa Inggris: Celebes) adalah sebuah pulau dalam wilayah Indonesia yang terletak di antara Pulau Kalimantan di sebelah barat dan Kepulauan Maluku di sebelah timur. Dengan luas wilayah sebesar 174.600 km², Sulawesi merupakan pulau terbesar ke-11 di dunia. Di Indonesia hanya luas Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Pulau Papua sajalah yang lebih luas wilayahnya daripada Pulau Sulawesi, sementara dari segi populasi hanya Pulau Jawa dan Sumatera sajalah yang lebih besar populasinya daripada Sulawesi.
Geografi | |
---|---|
Lokasi | Asia Tenggara |
Koordinat | 2°08′S 120°17′E / 2.133°S 120.283°E |
Kepulauan | Kepulauan Sunda Besar |
Luas | 174,600 km² km2 |
Titik tertinggi | 3,478 m m |
Pemerintahan | |
Negara | Indonesia |
Kependudukan | |
Penduduk | 19 juta jiwa |
Kepadatan | 92/km² jiwa/km2 |
Etimologi
Nama Sulawesi diperkirakan berasal dari kata dalam bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah yaitu kata sula yang berarti nusa (pulau) dan kata mesi yang berarti besi (logam), yang mungkin merujuk pada praktik perdagangan bijih besi hasil produksi tambang-tambang yang terdapat di sekitar Danau Matano, dekat Sorowako, Luwu Timur.[1] Sedangkan bangsa/orang-orang Portugis yang datang sekitar abad 14-15 masehi adalah bangsa asing pertama yang menggunakan nama Celebes untuk menyebut pulau Sulawesi secara keseluruhan.
Geografi
Sulawesi merupakan pulau terbesar keempat di Indonesia setelah Papua, Kalimantan dan Sumatera dengan luas daratan 174.600 kilometer persegi. Bentuknya yang unik menyerupai bunga mawar laba-laba atau huruf K besar yang membujur dari utara ke selatan dan tiga semenanjung yang membujur ke timur laut, timur, dan tenggara. Pulau ini dibatasi oleh Selat Makasar di bagian barat dan terpisah dari Kalimantan serta dipisahkan juga dari Kepulauan Maluku oleh Laut Maluku. Sulawesi berbatasan dengan Borneo di sebelah barat, Filipina di utara, Flores di selatan, Timor di tenggara dan Maluku di sebelah timur.
Sejarah
Sejak abad ke-13, akses terhadap barang perdagangan berharga dan sumber mineral besi mulai mengubah pola lama budaya disulawesi, dan ini memungkinkan individu yang ambisius untuk membangun unit politik yang lebih besar. Tidak diketahui mengapa kedua hal tersebut muncul bersama-sama, mungkin salah satu adalah hasil yang lain. Pada 1400an, sejumlah kerajaan pertanian yang baru telah muncul di barat lembah Cenrana, serta di daerah pantai selatan dan di pantai timur dekat Parepare yang modern.[2]
Orang-orang Eropa pertama yang mengunjungi pulau ini (yang dipercayai sebagai negara kepulauan karena bentuknya yang mengerut) adalah pelaut Portugis pada tahun 1525, dikirim dari Maluku untuk mencari emas, yang kepulauan memiliki reputasi penghasil.[3] Belanda tiba pada tahun 1605 dan dengan cepat diikuti oleh Inggris, lalu mendirikan pabrik di Makassar.[4] Sejak 1660, Belanda berperang melawan Kerajaan Gowa Makasar terutama di bagian pesisir barat yang berkuasa. Pada tahun 1669, Laksamana Speelman memaksa penguasa, Sultan Hasanuddin, untuk menandatangani Perjanjian Bongaya, yang menyerahkan kontrol perdagangan ke Perusahaan Hindia Belanda. Belanda dibantu dalam penaklukan mereka oleh panglima perang Bugis Arung Palakka, penguasa kerajaan Bugis Bone. Belanda membangun benteng di Ujung Pandang, sedangkan Arung Palakka menjadi penguasa daerah dan kerajaan Bone menjadi dominan. Perkembangan politik dan budaya tampaknya telah melambat sebagai akibat dari status quo. Pada tahun 1905 seluruh Sulawesi menjadi bagian dari koloni negara Belanda dari Hindia Belanda sampai pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II. Selama Revolusi Nasional Indonesia, "Turk" Westerling Kapten Belanda membunuh sedikitnya 4.000 orang selama Kampanye Sulawesi Selatan [5] Setelah penyerahan kedaulatan pada Desember 1949, Sulawesi menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). Dan pada tahun 1950 menjadi tergabung dalam kesatuan Republik Indonesia.[6]
Pada saat kemerdekaan Indonesia, Sulawesi berstatus sebagai provinsi dengan bentuk pemerintahan otonom di bawah pimpinan seorang Gubernur. Provinsi Sulawesi ketika itu beribukota di Makassar, dengan Gubernur DR.G.S.S.J. Ratulangi.[7] Bentuk sistem pemerintahan provinsi ini merupakan perintis bagi perkembangan selanjutnya, hingga dapat melampaui masa-masa di saat Sulawesi berada dalam Negara Indonesia Timur (NIT) dan kemudian NIT menjadi negara bagian dari negara federasi Republik Indonesia Serikat (RIS).[8] Saat RIS dibubarkan dan kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sulawesi statusnya dipertegas kembali menjadi provinsi.[9] Status Provinsi Sulawesi ini kemudian terus berlanjut sampai pada tahun 1960.
Gubernur Sulawesi[10]
- DR. G. S.S.J. Ratulangi (1945 – 1949)
- Bernard Wilhelm Lapian (1949 – 1951)
- R. Sudiro (1951 – 1953)
- Andi Burhanuddin (1953)
- Lanto Daeng Pasewang (1953 - 1956)
- Andi Pangerang Pettarani (1956 – 1960)
Mulai tahun 1960 Sulawesi terdiri dari dua buah Daerah Tingkat I [11], yaitu :
- Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara dan
- Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah.
Pada tahun 1964 dibentuk Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah, yang dipisahkan dari Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah, sedangkan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah diubah menjadi Daerah Tingkat I Sulawesi Utara. Demikian pula Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dibentuk terpisah dari Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara, sedangkan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara diubah menjadi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan.[12]
Mulai tahun 1999 pemakaian istilah Daerah tingkat I dihilangkan, sehingga ke-empat wilayah di atas sebutannya berubah masing-masing menjadi provinsi. Memasuki era Reformasi seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah, terbentuk provinsi Gorontalo pada tahun 2000, dan kemudian provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2004.
Pemerintahan
Pemerintahan di Sulawesi dibagi menjadi enam provinsi berdasarkan urutan pembentukannya yaitu provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Sulawesi Tengah merupakan provinsi terbesar dengan luas wilayah daratan 68,033 kilometer persegi dan luas laut mencapai 189,480 kilometer persegi yang mencakup semenanjung bagian timur dan sebagian semenanjung bagian utara serta Kepulauan Togean di Teluk Tomini dan pulau-pulau di Banggai Kepulauan di Teluk Tolo. Sebagian besar daratan di provinsi ini bergunung-gunung (42.80% berada di atas ketinggian 500 meter dari permukaan laut) dan Katopasa adalah gunung tertinggi dengan ketinggian 2.835 meter dari permukaan laut.
Kota besar
Berikut 10 kota besar di Sulawesi berdasarkan jumlah populasi tahun 2010.[13]
Urutan | Kota, Provinsi | Populasi |
---|---|---|
1 | Makassar, Sulawesi Selatan | 1,339,374 |
2 | Manado, Sulawesi Utara | 675,354 |
3 | Kendari, Sulawesi Tenggara | 289,153 |
4 | Palu, Sulawesi Tengah | 335,297 |
5 | Gorontalo, Gorontalo | 180,127 |
6 | Bitung, Sulawesi Utara | 387,932 |
7 | Palopo, Sulawesi Selatan | 148,033 |
8 | Baubau, Sulawesi Tenggara | 137,118 |
9 | Parepare, Sulawesi Selatan | 129,542 |
10 | Kotamobagu, Sulawesi Utara | 107,216 |
Lihat Pula Daftar kota di Indonesia menurut jumlah penduduk.
Sumber daya alam
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Artikel ini memerlukan pemutakhiran informasi. |
Daftar gunung di Sulawesi
- Gunung Lokon (1.689 mdpl)
- Gunung Klabat
- Gunung Soputan
- Gunung Mekongga (2.620 mdpl)
- Gunung Mahawu
- Gunung Bawakaraeng (2.705 mdpl)
- Gunung Latimojong (3.680 mdpl)
- Gunung Karangetang
- Gunung Awu
- Gunung Bawah Laut Sangihe
- Gunung Gandang Dewata (3307 mdpl)
Empat semenanjung utama
Bahasa
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Artikel ini memerlukan pemutakhiran informasi. |
Bugis-Makassar
Suku Bugis-Makassar adalah suku yang lebih dominan di Pulau Sulawesi ini. Di mana suku ini dapat ditemui di mana-mana di Pulau Sulawesi. Suku Bugis mayoritas adalah pedagang jadi tidak heran jika rata-rata pasar di pulau ini dikuasai oleh Suku Bugis. Suku Bugis adalah suku yang taat beragama. Suku Bugis adalah suku yang sangat menjunjung tinggi harga diri dan martabat. Suku ini sangat menghindari tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat seseorang.
Budaya
Artikel ini memerlukan pemutakhiran informasi. |
Hasil kebudayaan Bugis-Makassar yang paling terkenal adalah Kapal Pinisi. Kapal Pinisi adalah alat transportasi zaman dulu, biasanya untuk mengangkut barang. Kapal laut ini tergolong kapal layar, yang memakai tenaga angin sebagai penggerak. Kapal Pinisi ini sudah terkenal sejak abad ke-14. Bahkan sekarang, dunia sudah mengakui keberadaan Kapal Pinisi. Saat ini Kapal Pinisi digunakan sebagai kapal pesiar mewah dan kapal ekspedisi. Akan tetapi masih ada masyarakat Sulawesi yang menggunakan kapal ini sebagai alat transportasi sehari-hari. Anda bisa menemui kapal ini beserta proses pembuatannya di kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Penduduk suku Toraja terkenal sebagai penduduk yang bermukim di dataran tinggi atau pegunungan. Nenek moyangnya berasal dari suku bangsa cina. Hasil kebudayaannya sangat beragam, dan masih terjaga sampai saat ini. Yang paling mudah dikenali dari kebudayaan Toraja adalah rumah adatnya. Tongkonan adalah rumah adat suku Toraja. Rumah ini merupakan simbol spiritualital masyarakat Toraja. Berbagai upacara adat Toraja diselenggarakan di rumah ini.[14]
Referensi
- ^ Watuseke, F. S. 1974. On the name Celebes. Sixth International Conference on Asian History, International Association of Historians of Asia, Yogyakarta, 26th-30th August. Unpublished.
- ^ Caldwell, I.A. 1988. 'South Sulawesi A.D. 1300–1600; Ten Bugis texts.' Ph.D thesis, The Australian National University; Bougas, W. 1998. 'Bantayan; An early Makassarese kingdom 1200 -1600 AD. Archipel 55: 83-123; Caldwell, I. and W.A. Bougas 2004. 'The early history of Binamu and Bangkala, South Sulawesi.' Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 64: 456-510; Druce, S. 2005. 'The lands west of the lake; The history of Ajattappareng, South Sulawesi, AD 1200 to 1600.' Ph.D thesis, The University of Hull.
- ^ Crawfurd, J. 1856. A descriptive dictionary of the Indian islands and adjacent countries. London: Bradbury & Evans.
- ^ Bassett, D. K. (1958). English trade in Celebes, 1613-67. Journal of the Royal Asiatic Society 31(1): 1-39.
- ^ Kahin (1952), p. 145
- ^ Westerling, R. 1952. Challenge to Terror
- ^ Sejarah Provinsi Sulawesi Utara
- ^ Kementerian Penerangan, Republik Indonesia: Provinsi sulawesi, 1953, hal. 176-177
- ^ Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1950
- ^ [1]
- ^ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1960
- ^ Undang Undang nomor 13 tahun 1964
- ^ "Indonesia: Provinces, Cities & Municipalities". City Population. Diakses tanggal 2010-04-28.
- ^ Potensi Wisata Sulawesi
Pranala luar
- Daftar Taman Nasional di Sulawesi Diakses 5 Desember 2014.